Artikel ini terjemahan dari tulisan berbahasa Inggris "Cost, Abuse and Danger of the Dollar" karya Rudo de Ruijter, seorang peneliti independen asal Belanda sekitar Februari 2007. Meski sudah lama, artikel ini saya pilih dengan alasan kesederhanaan uraian, serta deskripsi ekonomi-politik dari perang mata uang yang mudah difahami. Begitupun dibutuhkan bacaan lanjutan untuk memahami konteks tulisan ini secara utuh.
Ini bukanlah terjemahan resmi, sekedar interpretasi saya dengan tujuan menyebarluaskan informasi ke pembaca Indonesia yang kesulitan mengakses bahasa asing. Sangat tidak disarankan mengutip tulisan ini untuk tujuan penulisan ilmiah. Mohon merujuk langsung ke sumber aslinya. Demikian halnya dengan penggunaan kata-kata yang mungkin terasa sarkasm, yang tak mungkin penterjemah hindari dari tulisan. Melalui ini dimohonkan kema'afannya. Terima kasih!
Mereka yang menggunakan dollar di luar Amerika Serikat (AS) selama ini tanpa sadar membayar kontribusi kepada AS. Ia datang dalam bentuk inflasi sebesar 1,25 juta dollar per menit. Hal ini merupakan hasil dari melambungnya hutang luar negeri AS. Hanya setengah dari seluruh biaya impor AS itu ditambahkan ke dalam bentuk utang luar negeri dan sialnya dibayar oleh para pemegang dollar di luar negeri melalui skema inflasi.
Bahkan para pemegang dollar ini tampaknya tidak menyadari, bahwa nilai dollar yang mereka perhatikan itu, tidak lebih dari sebuah fasad (tampilan luar bangunan) yang berbahaya. Andaikat mereka tidak memahami apa menjaga bangunan mata uang itu tetap tegak, fasad itu sewaktu-waktu bisa menghantam mereka secara mengejutkan.
Sementara itu, tersamar dengan baik, peran dollar di tengah-tengah beberapa konflik AS.
1. Permintaan dunia terhadap dollar
Sampai pada 1971, setiap dollar AS mewakili emas dalam jumlah tetap. AS menyimpan cadangan emas yang sangat besar, yang menutupi total nilai semua dollar yang dikeluarkan. Bila suatu bank asing memiliki lebih banyak dollar daripada yang mereka butuhkan, mereka bisa menukarkannya menjadi emas. Itulah alasan utama mengapa dollar diterima di seluruh dunia kala itu.
Pada 1971 kebijakan jaminan emas terhadap dollar dibatalkan. Sebenarnya, ini adalah langkah darurat presiden Nixon: perang Vietnam ternyata menghabiskan biaya lebih besar dari keuntungan yang bisa diraih AS serta lebih banyak dollar yang telah dicetak berbanding jumlah yang diizinkan oleh cadangan emasnya. Sejak saat itu pula, nilai dollar tidak lagi disangga oleh emas, tapi ditetapkan melalui hukum penawaran dan permintaan di bursa valas.
Pada awal 70-an pula AS masih mampu menghasilkan minyak yang cukup untuk konsumsi dalam negerinya. Untuk melindungi perusahaan minyak mereka dari persaingan luar negeri, impor minyak pun dibatasi. Sebagai kompensasi dari pembatalan kebijakan pembatasan import tersebut, negara-negara OPEC berjanji bahwa mereka hanya akan menerima dollar untuk penjualan minyak mereka. Terlebih dollar adalah mata uang yang paling banyak digunakan dalam perdagangan dunia saat itu. Jadi tidak ada yang spesial bukan?
Sejak 1971 semua orang yang ingin mengimpor minyak, harus membeli dollar terlebih dahulu.[1] Ini adalah situasi dimana semua hal yang menyenangkan dimulai untuk AS. Hampir semua orang membutuhkan minyak, jadi semua orang pun kemudian menginginkan dollar.
Pembeli minyak dari seluruh dunia menyerahkan mata uang mereka, Yen, Crowns, Franch maupun mata uang lainnya. Mereka menerima greenback (istilah slank untuk dollar AS) sebagai balasannya. Dengan dollar tersebut mereka pergi dan membeli minyak ke negara-negara OPEC. Negara-negara OPEC pun kemudian membelanjakan kembali uangnya. Tentu saja, mereka bisa melakukannya bukan saja di AS, tapi juga di seluruh negara lain di dunia. Semua orang menginginkan dollar, karena semua orang butuh minyak lagi dan lagi.
2. Belanja gratis
Dalam perdagangan minyak yang masif itu diperlukan dollar dalam jumlah besar. Banyak dollar akan tetap berada dalam siklus uang secara permanen di luar AS, yaitu antara negara-negara OPEC dan negara-negara lainnya.
Catatan: AS mengkonsumsi 25% produksi minyak dunia. Pada tahun 2004, mereka mengimpor hingga setengah dari kebutuhannya. Kecenderungan itu memburuk dengan cepat: pada tahun 2006 AS mengimpor hingga 60% dari kebutuhannya.
Pada awalnya, tidak cukup banyak dollar untuk memenuhi kebutuhan ini. Mereka harus dicetak.[2] Ini sedianya membebani AS membayar harga kertas dan tintanya. Tapi kemudian keuntungan besar itu pun tiba: hanya ada satu cara untuk mendapatkan dollar baru dan bagus dari negara pencetaknya: maka AS pun pergi berbelanja ke luar negeri. Dan dikarenakan dollar ini tetap berada di luar negeri secara permanen, AS tidak perlu mengeksport sesuatu sebagai imbalannya. Jadi, negara ini berbelanja secara gratis!
Belanja gratis ini tidak hanya terjadi di masa awal saja. Menyusul segera lebih banyak dollar yang dibutuhkan dalam perdagangan minyak, baik karena kenaikan harga atau volume, itu berarti belanja gratis kembali untuk AS.
Hal yang sama juga terjadi ketika jumlah dollar beredar dalam perdagangan di seluruh dunia dunia meningkat. Baik oleh globalisasi, perdagangan bebas dunia, kebijakan privatisasi layanan publik seperti pasokan gas, air dan pasokan listrik, telepon dan transportasi diseluruh dunia, kesemua itu membutuhkan sejumlah besar dollar. Setiap menitnya lebih banyak dollar menghilang di setiap sudut kecil dunia. Dan, di tempat pertama, setiap menit ini berarti belanja gratis untuk AS!
Hutang
Tentu saja belanja gratis tersebut menciptakan beban hutang baru untuk AS. Sebab, pada suatu hari nanti, negara pengekspor bisa menggunakan dollar yang telah diperoleh tersebut untuk membeli barang di AS. Kemudian, pada akhirnya, AS harus mengekspor "sesuatu" sebagai gantinya.
Neraca perdagangan
Jadi, untuk menghindari masalah, AS harus berhati-hati, agar neraca perdagangan (pembelian dan penjualan) mereka tetap seimbang. Setelah 1971, ketika situasinya lebih banyak dollar dimasukkan ke dalam sirkulasi, hanya pada 1973 saja AS menjual lebih banyak dari yang ia beli. Setelah itu situasinya terus menurun, dan setiap tahun AS membeli lebih banyak barang dari luar negeri yang tidak pernah mereka bayar.[3]
Pada 2004 saja, selisih neraca perdagangannya mencapai $ 650 miliar![4] Pada populasi 300 juta orang, ini berarti rata-rata setiap warga AS membeli barang import seharga $ 2.167 yang tidak mereka bayar!
Pada periode yang sama, tidak ada pula perbaikan pada neraca pembayaran. Sehingga utang luar negeri AS meningkat $ 650.929.500.000 dalam setahun itu saja. Ini setara dengan $ 1,25 juta per menitnya!
Defisit perdagangan AS yang terbesar adalah dengan China ($ 162 miliar), Jepang ($ 76 miliar), Kanada ($ 66 miliar), Jerman ($ 46 miliar), Meksiko ($ 45 miliar), Venezuela ($ 20 miliar), Korea Selatan ($ 20 miliar), Irlandia ($ 19 miliar), Italia ($ 17 miliar) dan Malaysia ($ 17 miliar).[5]
Nilai tukar terhadap dollar
Setiap negara yang melakukan pembelian lebih banyak daripada yang mampu dijualnya, akan menyaksikan nilai mata uangnya terus berkurang. Jika anda tidak dapat melakukan banyak hal dengan mata uang tersebut, maka permintaannya akan menurun sebagaimana nilai tukarnya. Tapi apa yang berlaku untuk semua mata uang lainnya, tidak berlaku untuk dollar AS. Selama seluruh dunia membutuhkan dollar untuk membeli minyak, tentu akan selalu ada permintaan.
AS mengkonsumsi ¼ produksi minyak dunia. Ketika harga dollar naik, hanya harga untuk konsumen minyak dinegara lain saja yang akan semakin mahal. Sementara untuk AS harga tetap sama.
Ketika harga minyak naik, maka dibutuhkan lebih banyak dollar dalam siklus perdagangan ini. Jika konsumsi minyak tetap sama, maka tambahan dollar itu bisa dicetak dan ditambahkan ke siklus tanpa menurunkan nilai tukarnya. Karena AS mengimpor 1/8 dari konsumsi minyak dunia, dan 7/8 tambahan dollar yang dibutuhkan di luar AS. Ini berarti pada setiap kenaikan harga minyak, AS membiayai kenaikan tersebut dengan 1 uang dollar baru dan menjual 7 kali lebih banyak dollar baru ke luar negeri. Belanja gratis sambil menciptakan hutang!
AS memanfaatkan berbagai macam trik untuk mempengaruhi nilai tukar. Seperti memasukkan lebih banyak dollar dalam sirkulasi valas saat nilai uang lebih tinggi dari yang diinginkan. Membeli kembali dollar sendiri saat permintaan menurun, misalnya dengan menerbitkan obligasi.
Namun, solusi ini menghabiskan biaya lain: yaitu suku bunga. Semua suku bunga tersebut secara bersamaan telah mencapai tingkat tertinggi, sehingga bahwa pinjaman baru harus dikontrak setiap kali jatuh tempo bayarnya. Utang AS pun meningkat lebih cepat setiap saat!
3. Bankrut dan masih berlanjut
Pada situs http://www.usdebtclock.org anda dapat melihat jumlah hutang saat ini dan berapa banyak pertumbuhan setiap detik … 45% dari itu pun harus dibayarkan kembali ke peminjam asing. Utang luar negeri itu sedemikian tingginya, bahkan tampaknya AS tidak bisa membayar kembali hutangnya. AS menuju kebangkrutan.
Meski demikian dollar masih diperdagangkan secara normal. Untuk pembelian minyak dan gas, dollar masihlah dibutuhkan. Dan, dibingungkan oleh nilai tukar yang tampaknya sehat, perdagangan dunia terus melakukan transaksinya dalam dollar. Bisnis seperti biasa?
Menurut logika ekonomi biasa, nilai tukar dollar yang lebih rendah harusnya menghasilkan lebih banyak ekspor dari AS dan lebih sedikit impor, karena importir asing dapat membeli lebih murah dari AS saat itu. Namun, selama orang diluar negeri masih cukup tergila-gila untuk menerima dollar, maka AS tidak merasa punya masalah untuk mencetak lagi beberapa utang dalam bentuk dollar ini.
Membayar sedikit lebih mahal untuk kaus kaki buatan China dan elektronik dari Jepang? Tidak masalah. AS hanya perlu meningkatkan impor dan utang luar negeri dari mereka sedikit lebih keras. Membayar lebih banyak dollar untuk suatu produk berarti inflasi. Dan satu persen saat inflasi bemakna pada saat bersamaan nilai hutang luar negeri yang luar biasa besarnya itu menurun pula nilainya satu persen. Jadi AS sama sekali tidak tertarik untuk menghentikan impornya!
Dalam perdagangan minyak, umumnya, penurunan nilai tukar dollar memiliki konsekuensi logis. Eksportir minyak tidak akan menerima tingkat keuntungan yang lebih rendah. Saat dollar turun dengan 10 persen, mereka akan menaikkan harga minyak 10 persen, jadi nilainya tetap sama.
Jika dollar AS tidak lagi diperlukan untuk membeli minyak, maka tidak ada keuntungan lagi bagi perdagangan dunia untuk menggunakan dollar — hanya merugikan saja. Mata uang dollar yang tidak lagi mewakili setiap berat emas serta jumlah hutang yang sangat besar akan menyebabkan konsekuensi logis bencana. Dollar yang menuju keruntuhan.
Dan ketika orang diluar negeri tidak lagi menerima dollar, AS tidak dapat mencetak dollar untuk berbelanja dengan mengorbankan bagian dunia lainnya. AS tidak bisa membayar tentaranya yang mahal. Mereka akan kehilangan pula pengaruh politiknya.
Melenyapkan hutang
Runtuhnya mata uang dollar juga memiliki efek samping yang ajaib bagi AS. Bila dollar tidak berharga, hutang luar negeri mereka juga akan lenyap. Utang ini disusun melalui dollar di luar negeri. Dalam kasus ekstrim mereka akan menjadi layaknya kertas lusuh. Sayangnya, keruntuhan dollar juga akan disertai dengan runtuhnya bank, perusahaan dan organisasi internasional, yang telah menggabungkan takdir mereka bersama dollar.
4. Cadangan dollar Jepang dan China
Sekelompok pembeli dollar yang penting dibentuk oleh beberapa bank sentral di berbagai negara. Bank sentral bertugas menyimpan cadangan strategis. Ini adalah cadangan dimana mereka dapat membeli kembali mata uang mereka sendiri, ketika kuantitas mata uangnya ditawarkan secara besar di bursa valas. Dengan cara ini, bank sentral mencegah supaya nilai mata uang mereka tidak turun.
Cadangan ini lebih disukai dalam bentuk mata uang terbaik yang diterima di dunia, jadi sampai sekarang masih dalam bentuk dollar. Begitupun, di China dan Jepang, demikian juga di Taiwan, Korea Selatan dan negara-negara lain, cadangan dollar ini telah tumbuh jauh di atas jumlah strategis yang diperlukan.[6]
Hal tersebut terjadi bukan karena bank sentral mereka menyukai menimbun dollar AS sebanyak itu. Justru sebaliknya. Negara-negara tersebut lebih banyak mengekspor dan karena itulah sebabnya dollar mengalir masuk ke mereka secara besar-besaran. Selanjutnya dollar tersebut harus ditukar dengan uang lokal untuk membayar pekerja dan bahan mentah. Permintaan uang lokal yang kuat biasanya menaikkan nilai tukarnya, sehingga kemudian produknya menjadi lebih mahal untuk eksport. Jadi, agar tidak membahayakan posisi ekspor negara tersebut, bank sentral lokal kemudian berusaha menjaga agar nilai tukar uangnya tetap stabil. Mereka melakukannya dengan membeli dollar yang masuk.
Bagi negara-negara tersebut, hal ini masalah besar, karena untuk membeli semua dollar yang ditimbun ini, bank sentral terpaksa harus mencetak uang lokal. Jadi, sebenarnya, upah yang diterima para pekerja adalah inflasi uang lokal sebagai pembayaran atas produk ekspor mereka.[7]
Seiring waktu, mereka telah mengekspor berbulan-bulan hasil kerja dan material untuk nilai yang tak seberapa. Pada bank sentral timbunan dollar ini pun tidak menghasilkan banyak keuntungan. Hanya bisa ditukar dalam bentuk obligasi dan surat utang negara AS yang hanya menawarkan sedikit bunga. Tapi bahkan bunga ini pun tidak bisa disebut pendapatan. AS hanya membayar bunga dari kenaikan spiral utang luar negeri, jadi, kasarnya dari inflasi dollar itu sendiri.
Sementara itu nilai dollar yang ditimbun tersebut tunduk pada naik turun nilai tukarnya. Diatas itu semua, resiko keruntuhan mata uang dollar yang tidak pernah jauh. Bank sentral di Asia umumnya terjebak antara kebutuhan untuk menurunkan cadangan dollar mereka, kepentingan menjaga agar mata uang lokal mereka stabil serta mempertahankan dollar ketika nilai tukarnya berada dalam posisi bahaya atau jatuh di pasar mata uang global.
Sialnya, AS membiarkan utang luar negerinya meningkat lebih cepat dan lebih cepat. Berapa lama hal ini bisa terus berlangsung?
Pada saat yang bersamaan para ahli di Bank Pembangunan Asia berpikir, bahwa nilai dollar harusnya turun 30-40%![8] Dengan penurunan sebesar itu tentu ada risiko besar, bahwa bank dan para perusahaan ingin menyingkirkan dollar cadangan mereka secepat mungkin serta bank sentral tak mau lagi bersedia, atau mampu, untuk menghindari keruntuhan total dollar. Siapa yang menjual dollarnya dulu beruntung, siapa yang menunggu hanya akan bernasib sial.
5. Menyamarkan konflik
Untuk menjaga agar permintaan terhadap dollar bersifat tetap, maka penjualan minyak pula harus tetap dilakukan dalam mata uang dollar. Itulah sebabnya AS berusaha untuk terus mempertahankan pengaruhnya sebanyak mungkin, demikian halnya keberadaan pasar minyak dunia IPE dan NYMEX milik Amerika Serikat, serta para penguasa di negara-negara eksportir minyak. Dengan jalan itu, AS turut mengamankan pasokan minyak untuk dirinya pada saat bersamaan. Di luar itu, kontrak yang menguntungkan dapat diperoleh dari para pemerintah suatu negara, dan dengan kontrak ini pula, keuntungan maksimal dapat diambil dari produksi minyak.
Kekhawatiran selalu menang melawan akal sehat
Tapi ketika pemerintah suatu negara tidak mau lagi menjual minyak mereka dalam bentuk dollar, AS punya masalah. Selanjutnya, presiden AS tidak akan pernah menjelaskan bagaimana ketergantungan AS terhadap permintaan dollar. Konflik harus selalu disamarkan. Dan untuk melakukannya, selalu saja tema yang memancing emosi yang dipilih. Pada masa yang lalu tema konflik itu berupa ancaman bahaya komunis, hari ini temanya berupa bahaya teroris, fundamentalis dan tema-tema menakutkan populer lainnya, seperti "musuh yang memiliki senjata pemusnah massal" atau "musuh yang mencoba membuat nuklir."
Fakta bahwa tak ada satu bukti pun secara rasional untuk tuduhan semacam itu, bukan masalah. Emosi selalu menang. Sekalipun jika tuduhan ini bisa berbalik dan kemudian bisa dibuktikan, hal itu tetap tidak diperhatikan oleh orang-orang. Tidak ada bukti Irak memiliki senjata pemusnah massal, namun sebaliknya AS, pihak penuduhlah yang memiliki senjata pemusnah massal tersebut dan pernah menggunakannya. Tidak ada bukti bahwa Iran memiliki niat untuk nuklir, namun AS, pihak penuduhlah yang memiliki nuklir dan pernah menggunakannya, dan kemudian berulang kali mengancam untuk menggunakannya lagi.
Tapi lagi-lagi, pada saat sebuah tuduhan sarat dengan emosi, manusia cenderung mematikan kecerdasan mereka. Sebagai akibatnya, nalar bukan lagi menjadi argumen untuk menjaga kedamaian. Panggung politik hanya sekedar untuk melancarkan tuduhan. Dan karena itu, sebagai hasilnya, hanya spesialis senjata pemusnah massal atau nuklir yang diminta untuk memberikan pendapat mereka, sedemikian hingga hampir tidak ada yang tahu apa sebenarnya akar konflik tersebut.
Venezuela
Di Venezuela, sejak bertahun-tahun, AS mencoba menjatuhkan presiden Chavez, dengan menggambarkan Chavez seorang komunis yang berbahaya. Chavez telah menasionalisasi industri minyak dan telah mengatur perjanjian barter ekspor minyak Venezuela dengan imbalan perawatan medis dari Kuba dan lainnya. Dalam transaksi barter tersebut tidak ada kebutuhan untuk menggunakan dollar dan AS tidak memperoleh keuntungan sedikitpun dari barter minyak tersebut.
Iraq
Sampai 1990, AS mempertahankan kontak komersial yang menguntungkan dengan Saddam Hussein. Dia adalah sekutu yang baik. Misalnya, pada 1980 dia mencoba membebaskan sandera di kedutaan besar AS di Teheran.
Namun pada 1989, Saddam menuduh Kuwait membanjiri pasar minyak dan membuat harga minyak turun. Tahun berikutnya Saddam mencoba mencaplok Kuwait. Hal ini menyebabkan AS segera berbalik arah dan berubah sikap. Melalui aneksasi Kuwait, Saddam akan menguasai 20 persen cadangan minyak dunia. Maka pasukan Irak pun diusir oleh AS dari Kuwait, melalui kekuatan aliansi 134 negara, dan dihukum melalui embargo PBB yang berlangsung sepuluh tahun dengan pengecualian hanya sekedar untuk air dan roti.
Meskipun AS mencari cara untuk membangun kembali pengaruhnya di Irak, peralihan Saddam ke mata uang euro pada 6 November 2000,[9] menjadi penyebab invasi AS selanjutnya. Dollar merosot dan pada Juli 2002 situasinya mulai mengkhawatirkan, bahkan IMF memperingatkan kemungkinan dollar akan runtuh.[10] Beberapa hari kemudian rencana untuk sebuah serangan dibahas di Downing Street.[11] Satu bulan kemudian Cheney memproklamirkan keyakinannya sekarang, bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal.[12] Dengan dalih ini, AS pun menyerang Irak pada 19 Maret 2003. Akhirnya AS berhasil mengalihkan kembali perdagangan minyak Irak ke dalam dollar pada 5 Juni 2003.[13]
Ada perbedaan besar antara perdagangan minyak Irak dalam mata uang euro maupun dollar. Ini akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini. (Lihat bagian "6. Bagaimana cara mencuri cadangan minyak?")
Iran
AS mulai berkonflik dengan Iran, sejak mereka diusir keluar negara tersebut pada 1979. Menurut AS, Iran adalah negara kaum fundamentalis yang berbahaya.
Posisi geografis Iran, antara Laut Kaspia dan Samudra Hindia, memperumit ambisi AS untuk mengendalikan cadangan minyak dan gas yang kaya di sisi Timur Laut Kaspia. Untuk mengangkut minyak dan gas ini ke pasar dunia tanpa melewati wilayah Rusia maupun Iran, jaringan pipa harus dibangun melalui Afghanistan. Rencana tersebut dibuat pada awal 90-an, namun hingga saat ini jaringan pipa migas tersebut masih belum wujud.
Sementara itu AS mencoba untuk menggagalkan semua proyek pesaing dari negara lain.
Tentu saja, ini menyebabkan banyak konflik kepentingan dengan Iran. George W. Bush kemudian menjadikan keberadaan Osama bin Laden untuk memulai perang melawan Afghanistan.[14]
Pada 1999, Iran secara terbuka menyatakan bahwa mereka juga ingin menerima euro untuk minyaknya. Iran menjual 30% produksi minyaknya ke Eropa, sisanya ke India dan China serta tidak setetes pun untuk AS, sebagai akibat embargo yang dilakukan oleh AS sendiri. Terlepas dari kisah ancaman Bush, yang menyebutkan negara tersebut dalam ucapannya yang terkenal sebagai bagian dari "poros kejahatan," Iran sendiri baru mulai menjual minyaknya dalam nominal euro sejak musim semi 2003.
Setelah itu, Iran ingin membangun bursa minyak sendiri, terlepas dari IPE dan NYMEX. Direncanakan mulai pada 20 Maret 2006. Mengingat kekuatan dollar yang sangat lemah pada saat itu, keberhasilan bursa minyak Iran ini diyakini bisa menyebabkan malapetaka bagi dollar dan untuk AS sendiri. Itulah sebabnya ketegangan sangat tinggi di awal 2006.[15]
Akhirnya pembukaan bursa minyak Iran ditunda. Setelah itu Putin pun mendirikan bursa minyak di Rusia secepatnya, dengan mengambil keuntungan dari penundaan bursa minyak Iran.[16], [17], [18]
AS menuduh Iran ingin membuat nuklir. Karena AS tidak memiliki pengaruh yang cukup untuk memaksa Iran mengalihkan kembali perdagangan minyaknya ke dalam dollar, AS mungkin saja berharap bahwa situs nuklir Iran akan dibom sekali lagi,[19] sehingga Iran harus mengkonsumsi minyaknya daripada menjualnya dalam euro.
Selain itu, sebuah rencana yang matang telah disusun untuk menguasai pasar bahan bakar nuklir dunia, bersama dengan beberapa negara lain dengan menggunakan Iran sebagai dalih dan uji kasus. Melalui rencana ini permintaan akan mata uang dollar akan dapat diamankan untuk waktu yang lama, bahkan hingga setelah era minyak berakhir. [20]
Russia
Sejak 8 Juni 2006 Rusia juga telah berbalik ke dollar.[18] Dengan menjual surplus dollar ke bank sentral, Putin memutuskan bahwa hal itu tidak berpengaruh pada nilai dollar. Namun, dasar dari permintaan dollar di seluruh dunia telah menurun. AS membutuhkan Rusia untuk rencana menguasai pasar bahan bakar nuklir dunia, sehingga balas dendam oleh AS terhadap Rusia tampaknya mustahil terjadi.
6. Bagaimana cara mencuri cadangan minyak?
Masih ada aspek lain dari penyalahgunaan dollar. Selama demonstrasi melawan invasi AS ke Irak, banyak demonstran yang memahami bahwa perang ini sama sekali bukan tentang senjata pemusnah massal. Irak memiliki cadangan minyak terbesar kedua di dunia. Beberapa demonstran berpikir, AS mengejar minyak tersebut. Dan itu juga benar. Tapi bagaimana caranya anda bisa mencuri cadangan minyak, yang berada di dalam tanah dan begitu besar sehingga anda tidak dapat membawanya serta?
Anda dapat melakukannya melalui mata uang. Dengan memaksakan, bahwa minyak ini hanya bisa diperdagangkan dalam dollar, dalam satu langkah AS pun turut menjadi pemilik minyak ini. AS adalah satu-satunya negara, yang memiliki hak untuk mencetak dollar dan dengan demikian dapat menguasai perdagangan minyak kapan saja. Negara lain yang ingin membeli minyak ini, harus membeli dollar terlebih dahulu. Sebenarnya pada saat yang sama mereka seperti membayar minyak ke AS. Uang yang mereka terima adalah hak untuk menerima sejumlah komoditi minyak. (Sama seperti ketika anda pergi ke Ikea untuk membeli perabotan, anda membayar terlebih dahulu dan anda kemudian menerima sebuah catatan, yang dengannya anda baru dapat mengambil perabotan di pintu belakang toko.) Jadi, pada dasarnya, dollar adalah hak untuk membeli minyak. Dan karena semua orang membutuhkan minyak, maka semua orang menginginkan lembaran hijau dollar ini.
Jadi, peralihan Saddam ke euro pada awal November 2000 bukan hanya sekedar serangan terhadap nilai dollar. Peralihan ini menyiratkan pada saat yang sama AS tidak bisa lagi menguasai minyak Irak dengan bebas. AS harus membeli euro untuk minyak.
Sejak pengalihan kembali Irak ke dollar pada 5 Juni 2003,[21] AS secara finansial kembali bebas menguasai minyak Irak. Sekarang masalah saat ini adalah bagaimana memasang pemerintahan boneka guna mencegah agar minyak Irak tidak lagi beralih dari dollar. Itu mudah dikatakan, tapi ternyata lebih sulit dari yang diharapkan.
Ekonomi dollar
Perekonomian berbasis dollar tidak terbatas pada AS semata. Cadangan minyak yang diperdagangkan dalam dollar juga termasuk didalamnya. Juga perusahaan, bank dan investasi, di manapun di seluruh dunia, termasuk didalamnya saat membayar dengan dollar. Mereka seperti pulau-pulau kecil dari ekonomi dollar. Keuntungan dan dividen mengalir kembali ke pemilik sebenarnya. Nilai investasi dipengaruhi oleh nilai dollar. Penjual minyak, yang menerima hasil penjualan mereka dalam dollar, adalah aktor utama dalam ekonomi dollar dan biasanya berperilaku seperti perwakilan sempurna dari kepentingan AS. Mereka menganggap ini sebagai kepentingan mereka sendiri.
7. Euro versus dollar
Istilah Euro pertama kali dikutip pada Januari 1993. Pada Juli 2005 nilainya setara dengan ketika pertama kali diperkenalkan: US$ 1,22. Mata uang baru ini telah mengalami fluktuasi dalam waktu singkat. Dari akhir 1998, Euro meluncur menjauh, sampai saat Saddam Hussein menyatakan beralih ke euro pada November 2000. Meski pada akhirnya AS berhasil mengembalikan perdagangan minyak Irak kembali ke dollar pada Juni 2003, euro terus berhasil melanjutkan kenaikannya. Sejak musim semi 2003, Iran mulai menjual minyak dalam mata uang euro.
Euro telah menjadi mata uang dunia kecil. Antara Juli 2004 dan Juli 2005, bagian dari dollar dalam perdagangan dunia turun dari 70 persen menjadi 64 persen. Kurang dari setengah dari 64 persen ini terkait dengan perdagangan luar negeri AS. Jika Euro ingin menjadi sehebat dollar, mereka masih harus menempuh perjalanan yang jauh.
Pada prinsipnya, euro mengandung resiko yang kurang lebih sama dengan dollar. Selama ada motor yang menggerek permintaan secara permanen untuk euro, seperti misalnya penjualan minyak dalam mata uang euro, zona euro bisa saja membuat hutang dan membiarkannya meningkat tanpa batas waktu.
Begitupun, untuk menghindari hutang semacam itu, zona Euro harus mengekspor dengan nilai yang setara dengan semua euro yang dibutuhkan di luar perbatasannya serta mempertahankan jumlah mata uang asing yang sama di bank sentral mereka. Mengapa? Karena trik pinjaman seperti ini bekerja dengan baik untuk AS selama lebih dari 30 tahun!
Ketika negara-negara produsen minyak berencana menjual minyak dalam dua atau tiga mata uang yang berbeda, seperti yang pernah dipertimbangkan di masa lalu, ini berarti bahwa kedua atau ketiga negara yang terlibat tersebut dapat melakukan trik yang sama seperti yang dilakukan AS sekarang. Dalam jangka panjang hal itu akan melipatgandakan masalah dua tau tiga kali lebih banyaknya.
Satu-satunya solusi untuk masalah ini adalah bahwa negara-negara penjual minyak menerima semua mata uang yang ada di pasar. Teheran telah mempertimbangkan untuk menerima lebih dari satu mata uang dan bukan hanya Euro. Selangkah demi selangkah.
8. Sel kanker "hijau"
Karena AS membiarkan "hutang luar negerinya" meningkat tanpa batas waktu dan bahkan turut menggunakan kekuatan militer untuk menjaga posisi yang menguntungkannya ini, kita tidak dapat berbicara tentang posisi hutang luar negeri yang normal, sebagaimana yang kita ketahui biasa dalam hubungan dagang antara negara di dunia. Apa yang dilakukan AS adalah perampokan. Anda juga bisa menyebutnya penipuan atau pajak imperialis yang dikenakan pada pengguna dollar. Tapi masih ada lagi.
Setiap lembar dollar adalah tanda hutang IOU (I Owe You) dari AS, sebuah janji untuk memberikan sesuatu sebagai balasannya. Karena jumlah hutang raksasa yang telah dikeluarkan AS, negara tersebut tidak dapat menebus hutang tersebut. Ia bangkrut. Hanya karena nilai dollar yang terus dipakai saja menunjukkan bahwa tidak ada hal buruk yang sedang terjadi. Padahal itu karena kewajiban membayar gas dan minyak dalam mata uang dollar yang membuat permintaan tetap berlanjut.
Namun, nilainya dikendalikan secara artifisial, seperti melalui penimbunan yang dilakukan bank sentral di China, Jepang, Taiwan dan negara lainnya. Karena penimbunan ini bermakna pemiskinan negara-negara ini serta juga karena AS mempercepat penambahan hutang tanpa batas waktu, maka akan ada saat dimana bank-bank sentral ini harus berhenti menimbun dollar. Jadi pertanyaannya adalah, bukan akankah dollar ambruk, tapi kapan?
Juga karena para pedagang masih saja disesatkan oleh nilai dollar yang tampaknya sehat, banyak yang masih menerima lembar tanda IOU ini yang bersarang seperti "sel kanker hijau" diseluruh bagian ekonomi dunia. Hasilnya tidak bisa dielakkan. Semua bank, perusahaan dan ekonomi yang terinfeksi akan diseret bersamanya ketika permintaan dollar melorot dan kekejaman imperium AS runtuh.
Footnotes
[1] Except oil imports from Iraq between November 6th 2000 and June 5th 2003, from Iran since spring 2003 and from Russia since June 8, 2006
[2] “Printing dollars” is a way of speaking. Most dollars only exist as numbers on bank accounts.
[3] Trade balances 1960- 2002 http://www.census.gov/foreign-trade/statistics/historical/gands.txt
[4] Trade deficit 2004: http://www.census.gov/ compendia/statab/tables/07s1283.xls
[5] Countries 2004: http://www.census.gov/ foreign-trade/Press-Release/2004pr/ final_revisions/04final.pdf
NOTE: huge differences between US' and Chinese data for US' imports!
http://www.bis.org/publ/work217.pdf (page 9)
[6] Washington Post:
http://www.washingtonpost.com/wpdyn/ content/article/2005/11/18/ AR2005111802635.html
[7] Epoch Times: http://en.epochtimes.com/ news/6-11-7/47852.html
[8] Int. Herald Tribune: http://www.iht.com/articles/2006/12/07/ business/adb.php
[9] Iraqi oil in euros: http://www.un.org/Depts/oip/background/ oilexports.html
[10] IMF warning over dollar collapse:http://news.bbc.co.uk/1/hi/business/2097064.stm
[11] Downing Street Memo: http://www.timesonline.co.uk/tol/ news/uk/article387374.ece
[12] Cheney: http://english.aljazeera.net/ News/archive/archive?ArchiveId=2480
[13] How can the dollar collapse in Iran?http://www.moneyfiles.org/deruiter01.html (See Iraq)
[14] Pipelines to 9/11: http://www.courtfool.info/ en_Pipelines_to_9_11.htm
[15] How can the dollar collapse in Iran?http://www.moneyfiles.org/deruiter01.html
[16] RTS announcement: http://en.rian.ru/russia/20060510/ 47915635.html
[17] RTS speeding up: http://www.themoscowtimes.com/stories/ 2006/05/16/041.html
[18] RTS opening: http://en.rian.ru/russia/20060522/48434383.html
[19] ElBaradei: http://www.tv5.org/TV5Site/info/ afp_article.php?rub=une&idArticle=070220142845.f39qywzj.xml
[20] Raid on Nuclear Fuel Market: http://www.courtfool.info/ en_Raid_on_Nuclear_Fuel_Market.htm
[21] Financial Times, 5 June 2003
Congratulations @rshahputra! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of comments
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Panjang ya penjelasannya, tapi yg penting informasinya bagus. Hehe
Terima kasih @hime.sama ...
😊
terimakasih atas terjemahannya.
sangat membantu
Tumben, dimana skrg?