Bagian Pertama
Banyak orangtua layak disebut penyebab rusaknya generasi bangsa. Pernyataan ini agak keras memang. Tapi itulah kenyataannya. Anak untuk orangtua seperti ini menganggap anak hanyalah 'bumbu kehidupan'.
Oleh karena itu, sejak dulu saya sepakat bahwa yang ada adalah kenakalan orangtua, bukan kenakalan remaja. Tapi banyak orangtua menolak realitas ini. Jika anak mereka rusak karena salah didikan, entah untuk membenarkan pola pikir mereka, sengaja mereka beralasan bahwa tiap keluarga terkadang kerap 'dititip Allah' satu anak yang bermasalah.
Di sekolah saya, satu-satunya SMA negeri yang berasrama di Pidie Jaya, menjadi rujukan saya. Anak-anak di sini, terdiri dari tiga kategori dilihat dari sisi minat si siswa yang didukung orangtuanya. Dua kategori lain, pertama disokong keluarga, tapi si siswa setengah hati. Yang kedua, hanya orangtua yang berminat, sementara si siswa tidak berminat sama sekali.
Untuk kategori yang berminat si orangtua dan si siswa, umumnya mereka menjadi siswa yang berprestasi. Yang didukung keluarga dan si anak setengah hati, di tengah jalan akan terbagi dua lagi: a) ikut anak-anak berprestasi, b). menjadi siswa yang selalu bermasalah.
Nah, mengapa ini terjadi. Hasil penelitian saya, beberapa guru (khususnya guru SD dan SMP) menyebut, peran orangtua di rumah untuk mempersiapkan anaknya sangat kurang. Si anak seharusnya dapat diatur jadwal belajar dan bermainnya. Jika si anak mampu dikoordinasi antara waktu belajar dan bermain, otaknya akan berjalan sesuai dengan harapan kita. Namun, jika si anak hanya bermain sepanjang hari sepulang sekolah, fungsi kognitif sama sekali kurang berfungsi.
Sehingga kita dapati seorang anak yang tidur atau tidak fokus di saat guru menjelaskan di kelas. Mengapa? Karena bagian yang menerima pengetahuan (kognitif) tidak berfungsi dengan baik. Sebaliknya saat pelajaran olahraga, si siswa tersebut sangat bersemangat mengikutinya. Sebab bagian psikomotorik (keterampilan) berfungsi baik.
(Bersambung . . .)
Maju terus pantang mundur. Pendidikan masih menjadi solusi untuk memutus mata rantai kemiskinan!
Salam kenal Bang @bagindooo, semoga pendidikan kita terus maju.
Salam kenal kembali pak..salam hangat dari jakarta