Peran Orangtua/Masyarakat dalam Pendidikan
Ada beberapa pihak yang harus mengoptimalkan peran orangtua/masyarakat dalam pendidikan. Pertama, dinas pendidikan. Kedua, lembaga swadaya masyarakat yang fokus dalam dunia pendidikan.
Pelibatan orangtua/masyarakat dalam dunia pendidikan tentunya butuh upaya khusus. Pada prosesnya pemerintah harus turun tangan melalui dinas pendidikan memikirkan bagaimana orangtua/masyarakat dapat bersinergi dengan lembaga pendidikan atau sekolah. Sehingga peran orangtua menjadi penting dalam upaya mencerdaskan anak bangsa yang berkarakter.
Dengan turun tangan dinas pendidikan, orangtua dapat dikumpulkan dan diberi pengetahuan bahwa seorang anak/siswa hanya sekitar 8 jam di sekolah. Selebihnya mereka harus dikontrol orangtua masing-masing (kecuali sekolah berasrama/boarding school). Di rumah, sejak usia kanak-kanak, orangtua harus memahami proses anaknya belajar. Apakah dari meniru/mencontoh, apakah dari konkret ke abstrak.
Para orangtua/masyarakat adalah teladan pertama bagi anaknya. Anaknya suka mengaji, turut andilnya kebiasaan orangtua mengaji -- mungkin setelah maghrib -- juga menjadi kebiasaan anaknya. Orangtua berharap anaknya tidak merokok, orangtua juga tidak boleh merokok. Seorang anak dibentuk agar tidak suka keluyuran malam atau suka nongkrong di warung kopi, ayahnya harus menghindari teladan tidak baik seperti itu.
Inilah yang banyak tidak dipahami orangtua. Anak-anak kita sekarang telah kehilangan keteladan orang pertama dan kedua dalam masa pertumbuhannya sebagai seorang manusia. Karena kebiasaan sangat sulit dibentuk ketimbang menjejalinya dengan sejumlah pengetahuan. Di Barat, seorang ayah menyesali pola didikannya karena si anak gagal berlaku hidup tertib yaitu mengantri. Sebab di Barat, orangtua/masyarakat sudah memahami benar bahwa untuk mengajari si anak ilmu matematika, barangkali hanya butuh waktu 3 bulan, tapi untuk menumbuhkan sikap disiplin dalam diri seorang anak (manusia), butuh waktu sampai 12 tahun.
(Bersambung . . .)