Sepulangnya saya dari petualangan penuh tantangan di negeri Paman Sam. Kini, saya kembali lagi ke kehidupan anak sekolahan. Berbekal baju seragam putih hijau tosca. Saya kembali berbaur dengan teman-teman yang dulunya adik leting saya.
Walaupun panggilan "bang" tetap melekat di nama saya, tapi pertemanan kami tetap mengasyikkan. Mereka semua menerima saya dengan baik.
Kami, sebagai anak kelas 3 SMA tentunya dihadapkan dengan berbagai tantangan kedepan. Diantara teman-teman yang lain saya-lah yang bisa dibilang paling siaga akan semua kemungkinan yang terjadi di kelas 3. Bagaimana tidak, cerita tentang "keseraman" kelas 3 sudah saya dengar-dengar dari kembaran saya sendiri yang sekarang melanjutkan studi-nya di Universitas Sumatera Utara (USU) di jurusan Antropologi.
Hal yang sudah saya lewati yaitu UAS semester 5. Alhamdulillah, semua berjalan lancar. Nilai matematika dan fisika saya meningkat kebawah, hehe.... Secara keseluruhan saya merasa puas dengan apa yang tertera di rapor semester 5 saya.
Baru beberapa Minggu yang lalu. Tanntangan ke-dua gagal saya taklukkan, yaitu SNMPTN (Seleksi Nilai Masuk Perguruan Tinggi Negeri) atau biasa dikenal dengan jalur undangan. Saya tidak bisa masuk ke dalam 50% siswa yang bisa masuk jalur undangan. Tetapi saya bisa menerima itu dengan baik. Saya sadar bahwa nilai rapor saya tidak terlalu "wow". Saya memang siswa yang aktif. Tapi tak "se-aktif" nilai rapor saya.
Terlepas dari peluang mendapatkan SNMPTN, membuat saya semakin matang dan mantap untuk bersiap-siap menghadapi SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) atau biasa dikenal sebagai Tes tulis.
Tapi, SBMPTN itu masih lama. Itu akan menjadi mimpi buruk terakhir di masa SMA ini. Karena akan ada 2 rintangan yang siap menguras pikiran dan tenaga saya sebagai siswa. Yaitu, UN dan UASBN. Terlebih lagi sekarang sudah berbasis komputer.
Sebenarnya tidak ada bedanya berbasis komputer atau ujian tulis biasa. Tetapi, entah kenapa kata "komputer" terasa lebih seram jika diseragamkan dengan "ujian". Tapi akan lebih indah jika diseragamkan dengan "Internet" dan hari "Minggu".
Dilema saya sudah mulai berlangsung. Sebagai anak IPA, saya memang tidak terlalu akrab dengan pelajaran-pelajaran seperti Ekonomi, Geografi dan Sosiologi. Tetapi setelah menyelesaikan program pertukaran pelajar ke Amerika. Minat saya untuk melanjutkan kuliah di Arsitektur telah berevolusi menjadi Hubungan Internasional.
Oleh karena itu, saya terpaksa harus ingkar dari IPA dan banting setir ke IPS.
Intinya, semua hal ini masih bergentayangan dalam pikiran saya. Apakah saya akan sanggup "berperang" dalam SBMPTN SOSHUM nantinya? Mungkin yang bisa menjawab hanyalah Dia, doa, dan usaha.
Man Jadda wa Jada
Siapa yang bersungguh2 akan berhasil
Nah, Sebuah pepatah arab yang kesaktiannya terjamin sejak dulu. Terima kasih bang @bangrully
Sabar sbg abang kelas yg tertinggal. Semangat atas banting setirnya.
Ga ada yg ga mungkin kok. Selagi kita selalu berdoa dan berusaha.
Cayo!
Bebanku di SMA ditambah dengan rumitnya pelajaran yang engkau ajarkan. 😬 @juliadewi
Hanya tinggal beberapa puluh hari kau merasakan indahnya beban yg kuberikan wahai anak muda. Nanti akan sangat kau rindukan beban itu.
Internet dan hari Minggu akan lebih indah jika gratis
Say no more