Aku memang bukan seorang hafiz --yang menghafal Alquran hingga khatam. Bahkan, beberapa juz saja aku tak bisa menghafalnya. Membacanya saja aku hanya bisa satu qiraah, itupun tidak kukuasai seluruh mazhab qiraah tersebut. Qiraah Imam Hafesh, itulah yang masyhur di Indonesia. Qiraah ini saja ku hanya paham sekedar hukum bacaan dan mempelajari mad dan qashirnya. Begitu tertinggalnya aku dalam mempelajari Alquran mulia ini.
Ini hanya sekedar untuk membacanya. Apalah lagi kita bicara berapa ayat yang bisa kupahami tafsir, berapa ayat yang sudah ku amalkan dengan sempurna, berapa ayat yang telah kuajarkan untuk ummat. Masih tidak ada apa-apanya. Sejauh itu kerengganganku dengan Alquran, bahkan aku tak merasakan kerenggangan itu. Ya Allah, di mana aku saat malaikatMu menanyakan Maa Imamuka di alam kubur sana.
Terus ku merenungi, ya tepat di malam Jumat itu, aku terketuk membaca sejarah pendahulu, bagaimana mereka mencintai Alquran. Salah satunya, Syeikh Said Nursi, Badi'uzzaman ia dikenal. Yang satu lagi, Syeikh Said Ramadhan Al-Buti, Imam Ghazali Kecil beliau disebut.
Dari keduanya inilah hatiku terbuka untuk mencari kedekatan dengan Alquran. Selangkah demi selangkah, aku kembali kepadanya. Kumulai dari merutinkan baca Alquran sejak sekarang. Aku akan membacanya 1 juz setiap hari. Dan terus kuusahakan hingga mampu kukhatamkan seminggu sekali.
Syeikh Badiuzzaman ingin kukisahkan. Pada masa beliau masih muda, sejumlah harian lokal menyebarkan berita bahwa Menteri Pendudukan Inggris, Gladstone namanya, dalam Majelis Parlemen Inggris mengatakan di hadapan para wakil rakyat, "Selama Alquran berada di tangan kaum muslimin, kita tak akan bisa menguasai mereka. Karena itu, kita harus melenyapkan dan atau memutuskan hubungan mereka dengannya".
Beritu terdengar di telinga Syeikh Said Badi'uzzaman. Sangat mengguncang hatinya. Berita itu mbuatnya tak bisa lagi tidur. Beliau berkata, "Akan kubuktikan kepada dunia bahwa Alquran merupakan mentari hakikat, yang cahayanya tak akan padam dan sinarnya tak mungkin bisa dilenyapkan".
Sejak saat itu, Badi'uzzaman mendedikasikan seluruh umurnya demi Alquran.
Sama halnya Syeikh Said Ramadhan Al-Buty, beliau juga menulis banyak buku tentang pembelaan terhadap Alquran, Laa Ya`tihil Bathil ini salah satunya. Dan sedang kubaca saat ini bersamaan dengan beberapa karya Habib Saad.
Syeikh Al-Buty, hingga menutup usianya bersama Alquran. Beliau dibom oleh sekelompok teroris berhaluan takfiri di sebuah masjid, sedang mengajar tafsir Alquran, dan pada malam Jumat, beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Betapa hidup dan matinya bersama Alquran. RahimakumaLlah ya Syaikhainiy.....