Minggu, 07 April 2019 terasa berbeda. Biasanya saya hanya menghabiskan waktu di rumah ataupun di warung kopi langganan saya. Namun kali ini saya melakukan sesuatu yang bernilai dalam sisi pendidikan. Iya, saya bersama kawan-kawan komunitas Gabook ( Gift A Book ) melakukan kunjungan ke Desa Seunadeu Kemukiman Kunyet, Kecamatan Padang Tiji. Tujuannya adalah ingin memberikan edukasi pendidikan dan belajar bersama anak-anak Desa Seunadeu.
Sedikit penjelasan bahwa komunitas Gabook ini adalah komunitas yang bergerak di bidang pendidikan. Gabook itu sendiri adalah singkatan dari Gift A Book yang bermakna hadiah sebuah buku. Seperti pengertiannya, dalam setiap kegiatan yang Gabook adakan selalu di tutup dengan pembagian buku gratis untuk anak-anak.
Kenapa memilih Desa Seunadeu ?
Pertama sekali karena desa Seunadeu ini termasuk salah satu desa yang letaknya jauh dari perkotaan. Juga jauh sebelum penentuan lokasi yang kami lakukan, salah satu Founder Gabook mendapat tanggungjawab dari kampus untuk melaksanakan KKN ( Kuliah Kerja Nyata ) di desa tersebut. Berdasarkan dari laporannya kami akhirnya memilih melaksanakan kegiatan disana.
Pagi itu sekitar pukul 09:00 WIB kami berkumpul di salah satu warkop di kota Grong-Grong. Kemudian setelah semua perlengkapan lengkap, saya dan delapan relawan Gabook lainnya melakukan perjalanan menuju Desa Seunadeu. Akses jalan menuju desa Seunadeu masih sangat memprihatinkan. Pasalnya kami mendapati akses dari Desa Blang Geulidieng menuju Kunyet masih ada jalanan yang masih berlubang, dan bahkan ada juga yang masih belum di aspal. Sangat di sayangkan bahwa pada akhirnya kita mendapati ada lokasi di sekitaran kita yang masih belum optimal dalam pembangunan.
Setelah sekitar dua belas kilometer kami berjalan, di hitung dari kota Sigli, akhirnya kami pun sampai ke tujuan. Disana kawan-kawan dari Kelompok 19 KKN Unigha telah siap menyambut kedatangan kami. Kelompok yang di ketuai Zubir ini kemudian membawa kami menjumpai Bapak Geuchik Desa Seunadeu. Setelah mendapat izin dari Bapak Geuchik, kami pun mengajak anak-anak Desa Seunadeu yang telah lebih dulu di kumpulkan oleh mahasiswa KKN menuju lokasi belajar.
Belajar di Alam Terbuka
Setelah beberapa menit mencari lokasi belajar, akhirnya Bapak Geuchik merekomendasikan lokasi perkebunan ( Lampoeh ) untuk di jadikan tempat belajar. Bermodalkan tikar untuk di jadikan pengalas duduk anak-anak, kami pun memulai rangkaian kegiatan belajar bersama anak-anak.
Lampoeh yang luas dan tidak jauh dari pedesaan ini masih sangat alami keadaannya. Nuansa alam yang khas di hiasi dengan beragam pepohonan ini membuat semuanya terlihat alami. Belajar di alam terbuka seperti ini juga menjadi ciri khas dari komunitas Gabook. Alasannya adalah untuk menyampaikan pada mereka bahwa belajar itu tidaklah membosankan, semua lokasi bisa kita jadikan tempat untuk belajar. Juga ini merupakan salah satu upaya agar kakak-kakak relawan menjadi lebih akrab dengan mereka.
Anak-anak yang mengikuti kegiatan Gabook kali ini berjumlah tiga puluh orang. Semuanya masih duduk di bangku Sekolah Dasar ( SD ). Dua di antaranya sudah duduk di kelas enam dan yang lainnya kebanyakan masih duduk di kelas tiga.
Sesi pertama adalah pengenalan diri kakak-kakak relawan Gabook dengan anak-anak. Kemudian di lanjutkan dengan pemberian materi dan juga motivasi. Pemberian materi ini berdasarkan dari keahlian-keahlian relawan Gabook sendiri. Karena kebanyakan relawan adalah mahasiswa, maka yang di ajarkan disini adalah melatih keberanian anak-anak untuk tampil di depan dan juga melatih keterampilan yang di miliki oleh mereka.
Perlu saya jelaskan juga bahwa relawan-relawan Gabook ini berasal dari berbagai kampus dan mempunyai disiplin ilmu yang berbeda-beda. Ada yang berasal dari FKIP , Fakultas Hukum bahkan ada juga dari jurusan Keperawatan. Hingga akhirnya mereka di persatukan dalam komunitas ini dengan tujuan yang sama yaitu menciptakan generasi-generasi penerus yang lebih baik. Oleh karena itu beragam pengalaman kami seduhkan untuk memotivasi anak-anak dan berharap ada hal positif yang dapat di ambil oleh mereka.
Setelah sesi pertama kami lewati, kami melanjutkan ke sesi berikutnya. Dalam sesi ini kami menceritakan sebuah dongeng untuk mereka, dongeng yang di angkat yaitu kisah Malin Kundang. Walaupun sebenarnya mereka sudah terbiasa mendengar dongeng ini, namun dengan pembawaan yang khas di dukung oleh nuansa alam yang sejuk, menjadikan dongeng ini sebagai sesuatu yang baru untuk mereka. Alhasil mereka semuanya nampak mendengar dengan sangat fokus hingga akhirnya di kejutkan dengan sebuah pertanyaan dari kakak relawan, “ Siapa yang tahu pesan yang di sampaikan dalam dongeng ini ?“. Semuanya menjawab “ Jangan menjadi anak durhaka”. Iya, beginilah hasil yang kami harapkan, ada nilai-nilai moral dan keagamaan juga yang harus kami sampaikan, mengingat di era yang serba digital ini, banyak anak-anak yang kehilangan arahnya. Tidak sedikit pula dari mereka yang akhirnya menjadi jauh dengan orangtua di akibatkan oleh krisis moral tersebut.
Enam puluh menit sudah berlalu. Akhirnya kami melanjutkan ke sesi lain, yaitu pembentukan kelompok melatih keterampilan untuk tampil di depan. Pembagian kelompok berdasarkan kelas di Sekolah Dasar. Menarik bahwa, saya dan kawan-kawan mendapati anak-anak ini mempunyai keahlian yang berbeda-beda. Ada yang sudah pandai menghitung meskipun masih duduk di kelas dua, dan bahkan ada yang pandai sekali melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran.
Kemudian setelah selesai melatih keterampilan kelompok. Maka saatnya untuk mereka tampil ke depan. Satu persatu kelompok tampil di depan, ada yang menampilkan kepiawan mereka dalam menyanyikan lagu anak-anak, berhitung, ada juga yang membacakan ayat-ayat pendek. Mereka semua nampak sangat antusias dan semangat menunjukkan keahlian mereka masing-masing, meskipun ada juga yang masih malu-malu pada awalnya.
Akhirnya kami memasuki sesi yang terakhir yaitu pembagian buku dan juga foto bersama dengan anak-anak. Meskipun tidak begitu banyak buku yang dapat kami berikan, kami berharap dengan adanya komunitas ini dapat mendongkrak semangat anak-anak dalam dunia pendidikan. Kami juga berharap dengan terbentuknya komunitas ini dapat menjadikan contoh dan menjadi acuan kawan-kawan mahasiswa lainnya dalam menebarkan virus berbagi untuk anak-anak di pelosok negeri.
Donatur Gabook ( Gift A Book )
Ini merupakan aksi kedua komunitas Gabook yang sebelumnya sukses melakukan kegiatan di Desa Lancang Kecamatan Kembang Tanjong. Mengenai donasi yang kami dapatkan, sepenuhnya merupakan kebaikan hati dari relawan dan donatur yang telah menyumbang. Sumbangan yang di terima bisa dalam bentuk buku maupun uang tunai dan sepenuhnya akan di gunakan untuk kepentingan kegiatan anak-anak. Target yang ingin di capai komunitas ini adalah mengunjungi seribu desa di Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya, oleh sebab itu kami sangat mengharapakan dukungan oleh semua pihak untuk menyukseskan impian kami ini. Komunitas Gabook sendiri bisa di temui langsung di Instagram @Gabook.id.
Congratulations @muhammadnauval! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!