Assalamu'alaikum, Maak… ♡♡♡
Maak, sehat-sehat terus. Baik-baik terus. Dan juga berbahagialah dunia akhirat, Maak.
Maak, beberapa malam ini rasanya kembali hangat meski cuaca dingin. Mungkin karena telah lama saya tak pernah berbicara denganmu, maak. Tak pernah lagi berbagi cerita konyol, yang saya rasa ketika sedang bersama emaak ialah rasa kesal yang tak terkira. Maaf, Maak!
Maak, sudah lama memang engkau sakit-sakitan. Sudah lama pula engkau mengeluhkannya, tapi yang saya lakukan selama ini hanyalah mengadu pada abang, mencarikan obat, perhatian seadanya dan hal remeh lainnya. Maafkan saya, Maak.
Maak, ada yang menggelayut di kantung mata ketika saya ingat itu semua, saya ingin sekali menangis tersedu di pelukmu. Tapi saya malu, maak. Saya takut itu akan menjadi airmata terakhir saya buat emaak. Maak, panjang umurlah.
Semua bermula dari beberapa malam lalu, emaak kumat lagi sakitnya. Saya memang masih bersikap seperti biasa, ntah mengapa belakangan sering kesel sama emaak. Emaak berkali-kali merintih, tak sanggup lagi menahan sakit. Sayapun bingung harus apa, yg saya lakukan hanya memberi minyak angin dan memijit bagian yang sakit. Lalu emaak terlelap. Saya perhatikan lagi raut wajah emaak, beliau semakin renta. Saya dengarkan dengan seksama nafas emaak, beliau sudah lelah. Bahkan sangan lelah. Nafasnya tidak beraturan dan berat.
Perlahan mata ini mulai nanar, mulai membayangkan hal buruk terjadi. Saya menangis. Saya genggam tangan emaak, berharap rasa sakit yang beliau rasa dapat beliau transferkan kepada saya.
Malam itu, saya tidak begitu terlelap. Saya mendengar beberapa kali beliau mendengkur dan ngelindur, lalu terjaga dan minta diantarkan ke kamar mandi.
Lalu malam selanjutnya beliau belum sembuh betuk, cuaca hujan dan sangat dingin. Berkali beliau katakan 'dingin kali malam ini' aku pun mengiyakan sembari kutambah lagi selimut untuk beliau. Dan kugenggam jemari beliau sambil terlelap. Ntah beliau tau atau tidak.
Kemarin malam, ada musibah. Tetangga kakakku yang sudah dianggap sebagai saudara meninggal. Lalu keponakanku si Fajar bilang "mamak jangan pigi keyak almh. Wak Neng yaa". Kudengar sekikas percakapan emaak dan kakakku mengenai hal tersebut, nyaliku menciut. "Aku juga belum siap kehilangan emaak" pikirku.
Malam ini, keponakanku Zahara sedang telponan dengan emaakku. Menanyakan tentang latar belakang pendidikan ayahnya, emaak jawab "ayah tamat SMP, mamak kamu pun tamat SMP". Zahara jawab "Loh, kok sama? Gak ada yg kuliah apa?". Saya pun tersenyum simpul, lalu muncul pernyataan di kepalaku "Maak, tanggung jawabku terhadap anakku kelak semakin besar. Lebih besar dari tanggung jawabmu".
Maak, maafkan ayah yang telah meninggalkan kami padamu. Dan ayah, terimakasih karena telah menemukan ibu sebaik emaak untuk kami.
Panggoi, 11 Okt 2017