Kisah ini adalah kisah nyata tentang aku dan kucing jelek yang hidup di tanah ini. Aku memang suka kucing, bagaimanapun kucing itu punya fisik gak normal, aku tetap menyayangi seekor kucing. Saat aku pertama merantau ke sini, kucing itu sudah ada di depan kontrakan sedang tertidur di atas keset. Kucing itu benar-benar jelek, mempunyai fisik yang kurang normal seperti hal layak seekor kucing pada umumnya. Kucing itu adalah kucing jantan, yang saya tau kucing itu mungkin hanya memiliki tiga hal dalam hidupnya, berjuang, makan dalam sampah, dan mungkin cinta.
Kalian tau, bagaimana keadaan si kucing tersebut ? Dia hanya memiliki satu mata, dan satu matanya lagi hanya sebuah lubang saja, kaki depannya satu terpincang-pincang mungkin karena di pukul orang atau apakah aku kurang tau, dan sepertinya lukanya cukup parah. Si kucing jelek memiliki bulu berwarna putih dengan corak-corak hitam.
Setiap anak kecil yang melihat kucing itu hanya ada satu reaksi yang akan di katakan "Kucing itu sangat JELEK sekali, ayo lemparkan batu". Aku hanya melihat dari atas kontrakan kucing itu berlari sambil terpincang di lempari kerikil oleh anak-anak kecil. Kalian tau, kucing tersebut rupanya sudah dikenali banyak warga disini dengan memanggilnya si JELEK. Anak-anak di larang mendekatinya, dan orang dewasa selalu melemparinya dengan batu. Apa yang dapat aku lakukan, aku disini hanya seorang perantauan baru yang belum mengenal semua warga di tempat ini, aku ingin bilang pada semua untuk tidak menyakiti kucing itu, namun aku hanya terdiam melihat kucing itu terus di sakiti warga sekitar. Yup dalam hati aku memang menangis, sambil kuhisap sebatang rokok di atas kontrakan, aku gelengkan kepala atas perbuatan semua warga disini pada si jelek.
Suatu malam, saat aku mau membeli makan ke warteg. Aku melihat si jelek sedang mencari makan di tong sampah, yaa mungkin itu memang sudah takdir kucing, tapi aku benar-benar tidak tega melihatnya. Lalu setelah aku sampai di warteg, aku coba pesan dua nasi bungkus, yang satu aku berniat untuk diberikan pada si jelek. Malam itu pada pukul sepuluh memang sudah agak sepi warga, lalu aku hampiri si jelek dan memberikannya makan, tak lupa aku usap-usap kepalanya, dan tanpa sadar rupanya air mataku menetes karena membayangkan bagaimana jika aku yang berada di posisi si jelek.
Pagi hari ketika aku berangkat kerja dan memakai sepatu di depan pintu kontrakan, aku lihat kebawah rupanya bapak muda yang berteriak "Pergi sana Kucing JELEK!" sambil menyiramkan air pada si jelek. Aneh disana si jelek tidak lari terpingkal, ntah tak bisa karena kakinya yang pincang atau apalah aku baru melihat kucing yang berani sama air, disana si jelek pergi dengan berjalan terpincang beralih kerumah lainnya, yang lain pun hanya membanting pintu melihat kedatangan si jelek. Yang saya harukan dari perjuangan si jelek adalah mungkin si jelek memang mau meminta makan sedikit saja, saat warga menyiramnya, dia akan tetap berdiri disana, basah kuyup, sampai warga menyerah dan memberi sedikit makanan sisa. Namun tak banyak yang seperti itu, kadang ada yang pukul si jelek dengan batang sapu, namun si jelek tetap berdiam. Sumpah aku gakuat menyaksikan ini, hatiku terasa sakit, aku ingin menangis.
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://www.facebook.com/444016739079456/photos/a.444738372340626.1073741827.444016739079456/554844134663382/?type=3
Congratulations @abumuroeng! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!
Congratulations @abumuroeng! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!