Hi steemians. Kali ini saya akan posting tentang Gerakan Literasi Sekolah.
Meskipun sangat lambat tetapi pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anis Baswedan pada tahun 2015 meluncurkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS ini bertujuan untuk membiasakan dan memotivasi siswa agar mau membaca dan menulis untuk menumbuhkan budi pekerti. Oleh karena itu paying hukum GLS ini merupakan pengembangan dari Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
Terdapat beberapa program yang dapat dilakukan di sekolah melalui GLS. Program tersebut diantaranya adalah pertama membaca senyap dimana. Program ini merupakan kegiatan yang bersifat rekreatif dan menyenangkan. Siswa membaca buku masing-masing dengan senyap setiap hari pada waktu yang telah dijadwalkan. Jika memungkinkan waktu yang ideal 30 menit, namun bisa juga 15 menit dengan frekuensi paling kurang 3 (tiga) kali seminggu. Program ini akan berhasil jika guru dapat memposisikan diri sebagai suri teladan. Guru harus ikut membaca bersama siswa di kelas agar siswa lebih termotivasi. Kegiatan ini tidak boleh membebani siswa. Oleh karena itu kelas harus didesain dengan suasana membaca yang menyenangkan.
Kedua, tantangan membaca. Program ini merupakan upaya yang dilakukan sekolah guna mendorong siswa membaca buku dengan jumlah tertentu dalam selang waktu tertentu pula. Misalnya tantangan membaca 30 buku dalam satu bulan. Siswa yang mampu membaca 30 buku dalam satu bulan diberi penghargaan. Tantangan membaca dapat dibuat dalam bentuk kriteria tertentu. Misalnya tantangan membaca anak SMP tentu berbeda dengan tantangan membaca anak SMA.
Prosedur operasional standar (POS) tantangan membaca dapat dirancang oleh sekolah. Misalnya sekolah membuat alur tantangan membaca dengan cara mendapat kartu daftar bacaan sesuai dengan ketentuan panitia. Selanjutnya siswa memilihi buku bacaan sesuai minatnya. Kemudian siswa meminjam atau membeli buku tersebut dan membacanya. Langkah selanjutnya adalah siswa mendaftar sendiri buku yang sudah dibaca kepada tim tantangan membaca. Siswa dapat menyelesaikan tantangan membaca sesuai jumlah yang sudah ditentukan panitia. Jumlah buku yang dibaca diverifikasi oleh guru atau petugas perpustakaan sekolah atau tim yang dibentuk sekolah. Siswa yang mampu menyelesaikan buku sesuai dengan jumlah yang ditentukan setelah diverifikasi diberi penghargaan oleh sekolah.
Ketiga, mengajak siswa menulis. Mengapa harus menulis? Menurut But Gardner, When you speak, your words echo only across the room, or down the hall. But when you write, your words echo down the ages (Tatkala Anda berbicara, kata-kata Anda hanya bergema di seberang ruangan, atau di ujung lorong. Tetapi ketika Anda menulis, kata-kata Anda bergema sepanjang zaman). Tujuan dari program ini adalah mendorong dan membantu siswa untuk menulis sehingga menghasilkan karya-karya ekspresi mereka. Selain itu juga bertujuan agar setiap siswa mampu serta memiliki kapabilitas dalam berkarya dan membuat karya tulis. Misalnya membuat program satu kelas satu buku (sakesaku). Bahkan jika memungkinkan dapat membuat program satu siswa satu buku (sasisaku). Agar program ini berjalan maka sekolah harus berupaya menerbitkan buku kumpulan karya terbaik siswa setiap tahun. Buku ini dapat dijadikan sebagai portofolio siswa maupun sekolah.
Program yang penulis tawarkan di atas merupakan beberapa program yang dapat dijalankan dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Masih banyak program-program lain yang dapat dijalankan guna menguatkan gerakan literasi di sekolah. Tentu semua program tersebut harus mendapat dukungan dari kepala sekolah. Bagaimanapun kepala sekolah sangat menentukan program literasi sekolah berjalan atau tidak.
Kita harus mendorong dan membantu siswa kita untuk membaca sebanyak siswa lain di negara-negara maju. Dorongan ini perlu dilakukan agar program literasi dapat berjalan sesuai harapan. Jika program literasi sudah berjalan, maka kita dapat mengatasi krisis literasi yang telah melanda Indonesia selama ini. Mengapa perlu dorongan? Karena pada dasarnya siswa kita bisa melakukan pogram literasi sebagaimana siswa lain di negara-negara maju. Siswa kita hanya perlu dorongan dan motivasi dari guru dan kepala sekolah.
Guna mewujudkan hal tersebut maka sekolah perlu membuat program literasi yang hendak dilakukan di sekolah. Beberapa contoh program di atas dapat diadopsi dalam program literasi sekolah. Sekolah dapat mengembangkan program literasi sesuai dengan karakteristik dan kemampuan sekolah.
Bukan hanya membuat program literasi saja, sekolah juga perlu menetapkan target apa yang dapat dicapai dari program literasi tersebut. Setiap program tentu memiliki target. Demikian juga dengan program literasi sekolah. Target yang ditetapkan harus mampu dicapai sesuai dengan program literasi yang telah disusun. Sekolah juga perlu merancang rencana tindak lanjut dari program literasi. Jika program literasi yang telah disusun berhasil dilaksanakan sesuai target yang ditetapkan, maka dalam tindak lanjut perlu direncanakan program lanjutan. Misalnya dengan membuat program akseliterasi.
Akseliterasi merupakan gabungan antara kata akselerasi dan literasi. Akseliterasi merupakan program yang dilakukan untuk mempercepat kemampuan literasi di sekolah. Salah satu tujuan utama dari akseliterasi adalah mempercepat kemampuan membaca siswa. Hal ini perlu dilakukan mengingat kemampuan membaca siwa Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara maju. Akseliterasi dapat dilakukan setelah program literasi sekolah berhasil dilaksanakan.
Salam literasi...
Sukses terus...
Salam literasi juga.
Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq