ربما فتح لك باب الطاعة وما فتح لك باب القبول وربما قضى عليك بالذنب فكان سبباً في الوصول
"Terkadang Allah membuka pintu taat bagimu tapi tidak dibukakan pintu qabul (penerimaan), dan terkadang Allah mentakdirkanmu jatuh dalam dosa, akan tetapi itu merupakan sebab wushul (sampai kepada Allah)."
[Kalam Hikmah Ibnu 'Athaillah As-Sakandari]
Dalam menjelaskan kalam hikmah ini Guru kami Aby Zahrul Fuadi Mubarak (Abi MUDI) memberi perumpaan bahwa salik ila Allah bagaikan seorang pengemudi yang menempuh perjalanan menuju satu tujuan. Maka bisa saja ada pengemudi yang perjalanannya mulus, namun akhirnya ia mengalami kecelakaan fatal dan tidak sampai pada tujuan karena terlena atau merasa sombong yang membuatnya tidak lagi berhati-hati dalam mengemudi. Namun ada pengemudi lain yang sering ban kendaraannya jatuh dalam lobang atau kempes, atau mengalami sedikit kecelakaan hingga ia harus menghentikan perjalanannya, ternyata itu jadi sebab baginya untuk sampai pada tujuan karena kecelakaan itu menjadi kesempatan baginya untuk mengobati rasa kantuk atau istirahat dari kelelahan, kemudian ia melanjutkan perjalanan dengan penuh kehati-hatian.
Begitulah gambaran bagi orang yang menempuh perjalanan menuju Allah. Bisa jadi ada orang yang digerakkan untuk berbuat kebaikan, namun karena terbuai dengan ketaatannya, ia merasa ujub pada dirinya, tidak lagi merenungi bahwa kebaikan yang Ia jalani merupakan anugerah dari Allah, merasa sombong dengan amalnya dan memandang rendah orang lain, ternyata itu semua menjadi sebab amal kebaikannya menjadi tidak bernilai.
Ada juga orang yang terlanjur mengerjakan dosa, akhirnya ia merasa dirinya begitu hina, menyesali perbuatannya, ia taubat dan kemudian istiqamah dalam ketaatan karena tidak ingin terulang pada masa kelamnya, maka dosa itu menjadi sebab ia sampai kepada Allah.
Namun hal ini tidak bisa dijadikan pembenaran untuk memulai mengerjakan dosa. Hal ini dimaksudkan bagi dosa yang sudah terlanjur dilakukan, agar pelakunya tidak berputus asa dari rahmat Allah. Karena rahmat Allah terlalu luas dibandingkan kesalahan yang dilakukan oleh seseorang.
Intinya, saat kita ditakdirkan dalam ketaatan, senantiasa lah merenungi bahwa itu adalah anugerah Allah, tidak boleh merasa sombong dan memandang rendah orang lain. Begitu juga bila seandainya kita sudah terlanjur berbuat dosa, jangan berputus asa dari rahmat Allah, karena betapa pun besar dosa dan kesalahan kita, Rahmat dan pengampunan Allah jauh lebih besar dari itu.