Petani garam di Kecamatan Seunuddon Kabupaten Aceh Utara awalnya kesulitan memasarkan garam yang dihasilkan secara tradisional. Mereka sering merugi, dan bahkan tidak sedikit yang sudah gulung tikar karena usaha mereka bangkrut. Sebab permintaan garam tradisional menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir ini. Masyarakat dan rumah makam, bahkan restoran lebih memilih menggunakan garam pabrikan, karena meyakini proses produksinya yang higienis.
Ini pula yang menyebabkan Mustafa Kamal (28) pemuda asal Desa Matang Karieng Kecamatan Seunuddon berpikir keras untuk bisa menolong mereka. Mereka harus diselamatkan, usaha garam tradisional yang berada di kawasan Teupin Kuyun Kecamatan Seunuddon dan sekitarnya harus tetap jalan. Begitulah kira-kira yang terpikir Mustafa Kamal sebelum membangun pabrik sabun cair. Pemuda ini sangat memahami bagaimana kondisi kehidupan petani garam di kawasannya itu.
Mereka menggantukan hidupnya hasil usaha tersebut. Dengan hasil garam tersebut mereka bertahan hidup, dari hasil garam itu pula mereka berharap mampu menyekolahkan anaknya, dari garam mereka berharap mampu memenuhi kebutuhan sandang dan pangan, bahkan jika bisa sampai tersier. Kendati itu tidak memungkinkan, karena faktor tersebut, tapi itulah harapan mereka.
Tidak memungkinkan, karena mereka tak memiliki lahan pekerjaan lain di kawasannya. Mereka tak memiliki keahlian lain selain memproduksi garam dengan cara tradisional. Mereka tak memiliki modal untuk membuka jenis usaha lain. Apalagi usaha tradisional itu sudah turun temurun dari nenek moyang mereka. Hanya itu yang diwariskan orang tua mereka, hanya itu pula yang diwariskan kakek mereka dan hanya itu pula yang diwariskan buyut mereka.
Untuk itulah, Mustafa Kamal kembali berpikir, bagaimana cara menyelamatkan mereka. Bagaimana cara menyelamatkan agar garam tradisional tetap beredar di pasar, dan garam tradisional harus menjadi salah satu bahan pelengkap bagi ibu rumah tangga. Sementara mereka tidak memiliki kemampuan selain memproduksinya.
Sedangkan untuk memasarkan seperti garam beryodium lain yang beredasar di pasaran mereka belum mampu.
Mereka juga belum mampu membuat kemasan yang menarik minat pembeli, mereka tidak memiliki modal untuk memasang iklan di media online, cetak dan televisi seperti perusahaan lain yang memproduksi garam. Singkat cerita, tak ada cara lain untuk menyelamatkan mereka, kecuali garam mereka harus menjadi salah satu bahan yang akan digunakan untuk menghasilkan produk lain. Sehingga dengan demikian, garam mereka akan selalu dibutuhkan.
Mustafa Kamal mulai menemukan titik terang untuk menyelamatkan petani garam di kawasannya. Ia kembali berpikir bagaimana produk apa yang akan dihasilkan dengan garam. Tiba-tiba ia menemukan ide. (Bersambung).
Hello @jaff, thank you for sharing this creative work! We just stopped by to say that you've been upvoted by the @creativecrypto magazine. The Creative Crypto is all about art on the blockchain and learning from creatives like you. Looking forward to crossing paths again soon. Steem on!