The History of the 13th Century is Embedded on Mount Kandeh
On Friday (6/4/2018), dozens of volunteers from Central Information for Samudra Pasai Heritage (CISAH) Lhokseumawe, Aceh Indonesia and students of Aceh History Concern (Pelisa) from SMAN 5 Lhokseumawe dug a number of points of Bukit Kandeh in Meunasah Village Mesjid Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe , Aceh-Indonesia. Based on the reference they found, in that location there is a tomb relics of the history of the Islamic Empire: Samudera Pasai and Aceh Darussalam.
Especially in 2012 and then, they found a number of tombstones in that location. It is a historical relic of the Islamic Empire, Samudera Pasai. It is believed that there are historical sites that can be used as material for further study and research. However, the historical site is still embedded.
As we know or in the literature mentioned before Ottoman in Turkey became the superpower in the World, Pasai Ocean had already raised the flag of power to Southeast Asia that is the 12th century. Moroccan Muslim historian Ibn Batutta in his painting also illustrates so.
Pasai Ocean was not only the center of Islamic studies at that time, but became an international trade center, so at that time brothers from around the world, such as Asia, Africa, China and Europe joined the trade. That's why CISA volunteers have been so concentrated on finding historical sites in the interior of Lhokseumawe and surrounding areas to save history.
In the activities of mutual help (meuseuraya), CISA volunteers again found dozens of tombstones that are still immersed. After being cleansed of the moss and recorded, the number of tombstones found was 48. Of that number, there were still 21 or 42 tombstones. While six more have not found their partner. Then the tombstone was back in pairs.
They also applied chalk to clarify inscriptions (inscribed in Arabic) on tombstones. The inscription on the tombstone is documented for further investigation of its contents. Of the 48 tombstones found, there are six of them found inscription tauhid sentence: Lailahaillallah Muhammadarrasulullah. It is hoped that in the future there will be efforts from related agencies to investigate further, related to the findings of the tombstone by including CISA, so it can be booked to be a reference for future generations. (*)
Sejarah Abad ke-13 Terbenam di Bukit Kandeh
Pada Jumat (6/4/2018) puluhan relawan Central Information for Samudra Pasai Heritage (CISAH) Lhokseumawe, Aceh Indonesia dan siswa Peduli Sejarah Aceh (Pelisa) dari SMAN 5 Lhokseumawe menggali sejumlah titik Bukit Kandeh kawasan Desa Meunasah Mesjid Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe, Aceh –Indonesia. Berdasarkan referensi yang ditemukan mereka, di lokasi itu ada makam peninggalan sejarah Kerajaan Islam: Samudera Pasai dan Aceh Darussalam.
Apalagi pada 2012 lalu, mereka menemukan sejumlah batu nisan di lokasi itu. Batu nisam itu adalah peninggalan sejarah Kerajaan Islam, Samudera Pasai. Diyakini di lokasi itu masih ada situs sejarah yang dapat dijadikan bahan untuk pengkajian dan penelitian lebih lanjut. Namun, situs sejarah tersebut masih tertanam.
Sebagaimana kita ketahui atau dalam literatur menyebutkan sebelum Usmani di Turki menjadi adikuasa di Dunia, Samudera Pasai sudah lebih dulu mengibarkan bendera kekuasaan sampai ke Asia Tenggara yaitu abad ke-12. Sejarawan muslim asal Maroko Ibnu Batutta dalam catatanya juga menggambarkan demikian.
Samudera Pasai bukan hanya menjadi pusat studi islam ketika itu, tapi menjelma menjadi pusat perdagangan internasional, sehingga saat itu saudara dari belahan dunia, misalnya Asia, Afrika, Cina dan Eropa ikut berniaga. Karena itulah relawan CISA selama ini sangat konsen mencari situs sejarah di pedalaman kawasan Lhokseumawe dan sekitarnya untuk menyelamatkan sejarah.
Dalam kegiatan gotong royong (meuseuraya), Relawan CISA kembali menemukan puluhan nisan yang masih terbenam. Setelah dibersihkan dari lumut dan didata, jumlah batu nisan yang ditemukan tersebut berjumlah 48. Dari jumlah itu, yang masih berpasangan 21 atau 42 batu nisan. Sedangkan enam lagi belum ditemukan pasangannya. Lalu batu nisan itu tata kembali berpasangan.
Mereka juga mengoleskan kapur tulis untuk memperjelas inskripsi (tulisan dalam bahasa Arab yang terpahat) pada batu nisan. Inkripsi pada batu nisan tersebut didokumentasikan untuk diteliti lebih lanjut tentang isinya. Dari 48 batu nisan yang ditemukan tersebut, ada enam diantaranya ditemukan inskripsi berupa kalimat tauhid: Lailahaillallah Muhammadarrasulullah.
Diharapkan kedepan ada upaya dari dinas terkait untuk meneliti lebih lanjut, terkait temuan batu nisan tersebut dengan tetap melibatkan CISA, sehingga dapat dibukukan untuk menjadi referensi bagi generasi mendatang. (*)
Terbaik....
Dan semoga tercapai...
Terimakasih @husaini, amin.
Wahh thanxs for info sir...
thank you for @kpsingh visiting also. Regards
Nisan jaman dulu ukirannya bagus, unsur seninya tinggi. Tp pernah baca di buku sejarah, (judul, pengarang sm tahun terbit'a lupa, he) nisan yang ber ukir demikian menandakan bahwa kuburan tersebut bukan milik sembarangan orang, umumnya milik (Aneuk ureng meupo cuco ureng meugah). jika orang biasa, maka nisannya juga biasa2 saja. Benarkah?
Aneuk Ureung Meupo Cuco Ureung Meugah, menankeuh kheun ureun tuha dilei. Hana salah le sang nyan @ayijons. Nisan yang ditemukan di lokasi tersebut seperti terlihat pada gambar. Biasa jih meunyo ureung biasa, batei jrat jih yang meunan-meunan sagai. Trimakasih sudah berkunjung.