Tidak seperti di kota besar, bisa beribadah di masjid merupakan kemewahan bagi warga kampung Napirboy. Ketika waktu salat tiba, mereka tak pergi ke masjid. Bukannya tak ingin, tapi di kampung mereka belum ada masjid.
Selama ini, 50 KK muslim dan 15 KK mualaf Kp.Napirboy, Distrik Waigeo Selatan, Kab. Raja Ampat, Papua Barat menunaikan salat di rumah masing-masing.
Tetapi, kesulitan tiba saat mereka harus melaksanakan salat berjamaah, seperti salat Jumat dan tarawih.
Masjid terdekat berjarak 30Km di Kota Waisai, ibu kota Kabupaten Raja Ampat. Karena tak punya kendaraan dan tak ada ojek/angkot, warga harus menumpang kendaraan proyek yang ingin ke kota.
Seandainya berjalan, butuh waktu 4 jam melintasi jalan aspal dan tanah berbatu. Sehingga, mereka terpaksa mengganti salat Jumat dengan salat zuhur di rumah.
Sementara itu, rumah-rumah kecil milik warga tak mampu menampung ratusan jamaah. Warga pun berlapang dada untuk salat beratapkan langit dan beralaskan terpal seadanya.
Untuk membangun masjid, biaya yang dibutuhkan tidak sedikit. Letak kampung yang jauh membuat biaya pembangunan lebih mahal, sementara penghasilan warga sebagai petani hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Warga pun sudah meminta bantuan pemerintah. Namun, memang masih banyak wilayah lain di Kab. Raja Ampat yang perlu diutamakan.
Kehadiran Masjid di Kp. Napirboy menjadi vital bagi muslim dan muallaf Napirboy dalam beribadah dan melaksanakan syiar Islam.
Tanpa keberadaan masjid, entah sampai kapan warga muslim Kp. Napirboy harus menebak-nebak waktu azan.
Mari hidupkan azan bagi saudara muslim kita di pelosok Papua Barat, agar nantinya mereka bisa menunaikan ibadah salat Ied.