Hasrat membaca yang menggebu membuatku mengorbankan apa saja. Tabunganku sering tak sempat mencapai 1 jutaan, karena bacaanku habis, segera kutunaikan dan kubeli buku dengan semua tabungan itu.
Minggu ini, tabungan tak ada, semua celah uang ku lihat tak ada yang memberi harapan baik. Akhirnya, SBD ku yang hanya berjumlah 5 koin menjadi rupiah. Kutukarkannya kepada seorang sahabat. Ia menggantikan uang rupiah sebesar Rp.200.000.
Tanpa ba bi bu, segera ku isi BBM kereta. Toko buku langgananku tujuannya. Fitnah Kubra dan Sejarah Usul Fiqh akhirnya kumiliki. Alhamdulillah, saya bersyukur.
Buku ini yang satu berharga 91.000 dan yang satunya 87.000. Mahal memang. Tapi apa boleh buat, kertas untuk percetakan buku memang sudah mahal. Pajak penulis juga mahal kata Tere Liye. Wajar bila rakyat di negeriku malas membaca. Karena perjuangan memiliki buku memang sangat pelik. Saya yakin apa yang Unesco bilang mang benar adanya. Unesco mengatakan bahwa minat baca rakyat Indonesia hanya 0,001. Itu artinya di negeriku hanya satu dari seribu orang yang mau membaca.
Semoga apa yang kudapatkan dalam buku ini berkah dan mudah kupahami.
Sedih memang melihat fenomena ini... Tapi what should we do..