Semangat yang tergelupas
Hari ini sabtu, seperti biasa malamnya akan disebut malam minggu. Dia mulai bersiap untuk malam terbaik dari pada malam-malam lain yang ada pada satu pekan. Di kamar yang luasnya tidak terlalu Ika mulai membersihkan diri dengan perawatan ala sebisanya, hal ini begitu harus dimaklumi karena memang kampung tempat tinggalnya dari lahir, sentuhan kekotaan belum begitu melekat pada dirinya, biar dia menempuh pendidikan sarjananya di ibukota, namun hal itu hanya dijadikan hirau pada dirinya. Tidak ada yang begitu istimewa hasil perawatan yang dilakukan Ika, dia hanya memotong kukunya yang mulai sedikit panjang dan hanya sedikit masker hasil parutan bengkuang yang di anggap lebih alami dari pada membeli yang sudah jadi harganya mahal karena merek dagang, hasilnya juga bisa mencerahkan selama 24 jam kedepan.
Menunggu masker bengkuangnya mengering, tangan kiri untuk membalas sms abang sayang dan tangannya sambil merapikan bengkuang masker yang mulai mengering hadapannya tetap kedepan cermin kecil yang hanya bisa terlihat mukanyanya saja. Malam minggu ini akan begitu istimewa, padahal bukan karena pergi berdua dengan abang keluar rumah untuk hanya sekedar melihat ramainya kota yang berjarak satu jam perjalanan dari rumahnya, bukan juga karena akan ada hadiah berkesan buat dirinya, tapi persiapan ini hanya untuk duduk kurang dari dua jam di ruang tamu rumahnya, menjamu abang yang begitu dia sayang, sayangnya melebihi. Ika sudah lama tidak berjumpa dengan abang sayangnya, mungkin rindu itu begitu mencekik baginya, selebihnya dia yang tau.
Masih semangat dengan perawatan ala dirinya, Ika sesekali melihat foto kenangan satu-satunya dengan abang sayang. Itu foto yang begitu indah di pekarangan mesjid saat Ika masih berkuliah dulu di ibukota, memang satu-satunya. Ceritanyanya sederhana, saat abang berkunjung ke ibukota, abang hanya meminta berjumpa denga Ika di mesjid yang megah di ibukota, Ika memang tidak menolak, rasa rindu itu saling terpendam di hati yang dalamnya lumanyan, akan terbayar begitu saja setelah berjumpa seketika. Alasan lain hanya bercerita sebentar selebihnya setelah sholat langsung pulang.
Setelah masker mengering, masih ada kerjaan buat Ika, dia tinggalkan telfon genggamnya, langsung membersihkan rumah sebelum waktunya mandi dan senja menjelang. Namun tak peduli biar setelah perawatan cerahnya akan hilang setelah dilumuri keringat membersihkan rumah. Memang begitu kebiasaan Ika, cantiknya tanpa dibuat tapi dirinya tidak pernah merasakan. Itu hanya diucapkan laki pengagumnya dan yang paling spesial ucapan abang sayang dan Ika begitu sayang. Setelah magrib usai dan siap dengan pakaian terbaik yang sangat jarang dipakai, Ika siap menjamu sang abang. Tidak terlalu mencolok pakaiannya, memang begitu apa adanya, abang sayang juga tidak pernah mau berkomentar dengan itu. Ika menunggu abang denga keponakan perempuannya yang masih kecil di ruang tamu.
Abang hanya satu jam berbicara dengan Ika, ini memang kebiasaan yang selalu tidak ingin berlama-lama. Antara harapan dan sia-sia, Ika ikut kecewa, tapi abang harus berkata tegas agar Ika tidak sakit meluas, abang hanya ingin semua kondisi mapan agar bisa selaras nanti demi Ika yang menjadi pujaan dan semangatnya tidak tergelupas begitu saja.
Sabtu mencekam.
oh, HAHA !!
Terbakar cemburu
great , love it .
thanks for sharing
thanks
Bagaimana masudnya tergelupas?
Terkelupas maksudnya (teupluk)
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by agsdiansyah. arbi from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews/crimsonclad, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows and creating a social network. Please find us in the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.