STRATEGI CINTA: Serial Vini Vidi Vici

in #fiction7 years ago

Strategi Cinta

VIDI curiga sama Vini. Bidadari itu pernah ngenalin seorang cowok pada Vidi dan Aji temannya yang sama-sama naksir Vini. Cowok itu diakui Vini sebagai pacarnya. Bahkan mereka akan bertunangan seusai Vini tamat SMA. Waktu itu Vidi langsung percaya dan sempat patah hati. Tapi sekarang ia mulai curiga sama Vini. Jangan-jangan…

Masalahnya gini. Tiap malam Minggu ia selalu liat Vini jalan dengan Vici, adiknya. Kadang-kadang, Vici yang ke rumah Vini dan bobo di sana. Vidi nggak pernah liat Vini jalan sama cowok yang ia panggil Mas Wandi itu.

Taruhlah cowok itu masuk dalam daftar orang sibuk ke sekian di Indonesia. Tapi sesibuk-sibuknya, pasti punya sedikit waktu buat kekasih tercinta. Atau kalo nggak, sesekali Vini pasti cerita tentang cowok itu pada Vici. Yang terakhir ini emang nggak kuat dijadiin alasan. Soalnya biar sering nguping pembicaraan Vini dengan Vici, isi pembicaraan itu sendiri nggak jelas di telinga Vidi.

Tapi Vidi tetap curiga. Dia udah berupaya ngorek informasi sama adiknya. Pake nyogok segala dengan sebungkus gados-gado (makan kesukaan Vici). Tapi, Vici tetap bilang kalo Vini udah punya pacar. Namanya Mas Wandi.

“Kamu kalo ngomong yang benar dong!” pancing Vidi.

“Kapan pernah aku bohong?”

“Ya, kali ini. Orang nipu kan bisa keliatan dari sorot matanya.”

“Belagu kamu. Sana tanyain ke Vini kalo nggak percaya.”

Itu emang udah ada dalam batok kepala Vidi yang nggak beda jauh dengan batok kelapa. Dia pengin nanyain langsung ke Vini.

Dia udah punya suatu strategi untuk maksa Vini jujur. Bahkan kalo strategi itu gol, Vini bakal jadi miliknya. Selamanya.

Vidi senyam-senyum sendiri, ngebayangin betapa bahagia dirinya bila berhasil menggaet Vini. Dan senyumnya tambah lebar saat ngebayangin betapa merananya Aji jika hal itu benar-benar terjadi.



Source

Malam Jumat, Vidi tampil rapi. Pake celana khaki dan kemeja lengan panjang hitam bergaris-garis merah vertikal, bikin tubuhnya keliatan lebih ramping (kata lain untuk kerempeng). Rambutnya disisir rapi dan dipakein minyak rambut efek basah.
Jangan dikata lalat, kutu aja sampe tergelincir saking licinnya.

Orang serumah pada heran ngeliat penampilannya.

“Nih, anak. Nggak malam Minggu nggak malam Jumat, rapiiii melulu…” ujar Mama saat Vidi lewat.

“Jaman udah berubah, Ma. Vidi yang dulu ditolak banyak cewek, sekarang malah dikejar-kejar cewek. Makanya Vidi harus pinter-pinter bagi waktu biar semua kebagian jatah diapelin.”

Tentu aja nggak ada yang percaya.

Bukan cuma orang serumah yang kaget ngeliat penampilan Vidi, si Messi juga sampek geleng-geleng kepala. Bukan karena kaget, tapi waktu makan keselek sama tulang ikan.

Vini pun nggak kalah kaget. Cewek itu sampek pangling, kiraian siapa yang datang.

“Tumben Vid, malam Jumat tampil rapi. Kayak mau ngapelin cewek aja,” sambut Vini seraya nyuruh Vidi duduk. Mereka berdua duduk di ruang nonton keluarga. Vidi emang nggak dianggap tamu lagi di keluarga Vini. Tapi udah dianggap sebagai pembantu, hehehe...

“Aku emang mau ngapelin kamu, Vin.”

“Serius?” balas Vini heran liat wajah Vidi yang tampak sungguh-sungguh.

“Nggak ada istilah main-main dalam cinta. Itu prinsipku, entah cowok-cowok lain. Aku nggak kayak kamu yang suka ngebohongin cowok…”

Vini tambah kaget. “Kamu benar-benar serius rupanya. Eh, kapan aku ngebohongi kamu?”

“Jujur aja, deh! Sebenarnya Mas Wandi itu bukan pacar kamu, kan?”

“Siapa bilang?”

“Vici.”

Vini terdiam. Nggak nyangka kebohongan rancangan Vici malah dibongkar oleh Vici sendiri. Padahal, Vici kan nggak cerita apa pun sama Vidi. Malah dia nggak tau abangnya mau ke rumah Vini.

“Benar kan, kamu ngebohongi saya dan Aji…”

“Ngaku deh, Mas Wandi memang bukan pacarku. Tapi pacarnya Mbak Siska.”

“Naah, gitu dong. Gimana pun juga, orang jujur itu lebih baik ketimbang orang yang nggak punya duit. Ehem…” Vidi memperbaiki posisi duduknya, lebih dekat Vini. “Kalau emang Mas Wandi bukan pacar kamu, berarti masih ada lowongan dong buatku?”

“Lowongan apaan?” Vini pura-pura nggak ngerti.

“Lowongan jadi pacar kamu.”

Vini terdiam lagi, mikir. Gimana baiknya ya, ngejelasin pada Vidi agar cowok itu nggak tersinggung. Trus terang aja, Vini nggak sampe hati bikin Vidi kecewa. Ngeliat wajah Vidi aja dia hamper nangis saking culunnya wajah cowok itu. Lagian, Vidi kan udah dianggap sebagai abang sendiri.

Ngeliat kebisuan Vini, Vidi jadi nggak tenang. Jantungnya berpacu dua kali lebih cepat. Dag… dig… dug… dag… dig…dug, gituuuu terus.

“Kok kamu bawa bedug, sih? Ramadhan kan udah lewat,” ujar Vini tiba-tiba.

“Siapa yang bawa bedug?”

“Barusan suaranya kedengaran.”

“Oooh. Itu suara jantungku. Bunyinya emang keras kalo liat cewek kece kaya kamu.”

Vini mendelik. Nggak nyangka Vidi bisa ngegombal juga. Meski gombalannya bau terasi, tapi bolehlah daripada nggak ada.

“Aku minta maaf, Vid. Untuk saat ini, aku nggak mau pacaran dulu. Lagian, kamu kan udah kayak abang sendiri. Kamu bisa ngerti, kan?”

“Syukurlah, Vin. Kalo kamu ngerti perasaanku,” sahut Vidi sambil tersenyum.

Wah, trouble lagi nih!

“Aku rasa kamu salah sangka, Vid!” kata Vini lumayan keras. Seenggaknya cukup keras buat didengar tetangga sebelah.

“Kebetulan sekali kalo perasaan kita sama. Kamu jangan nyangka itu sebuah kesalahan, Vin. Perasaan yang sama adalah sebuah anugerah cinta.”

“Vidi, dengerin baik-baik ya. Aku nggak pengin pacaran dulu!!!” ulang Vini lebih keras.

Wajah Vidi malah tampak berbinar. Ditatapnya Vini dengan sorot nggak percaya. “Saya juga pengin pacaran dengan kamu sejak dulu,” sahut Vidi sambil mencoba meraih tangan Vini. Tapi cewek itu malah menepisnya.

Vini gregetan banget dengan sikap Vidi itu. Tapi mau marah rasanya nggak tega. Gimana pun juga dia harus ngerti kondisi kuping Vidi yang nggak tokcer lagi. Jalan terbaik adalah dengan ngomong dengan suara keras dalam tempo pelan sambil deketin mulut ke hidung Vidi.

Namun hal itu malah bikin Vini hampir muntah. Maklum, Vidi emang malas banget bersihin kupingnya. Nggak heran kalo baunya aja sampe keliatan.

“Vidi yang baik, aku belon mau pacaran. Kamu anggap aku sebagai adik aja, ya!” ujar Vini lagi. Dan cewek itu nyaris bersorak girang ketika Vidi ngangguk. Tapi…

“Saya ini cowok yang penuh pengertian, Vi. Biarpun kita udah resmi pacaran, kamu bebas bersahabat dengan adik saya.”

Duh!

“Buka itu yang aku omongin,” sahut Vini sambil nahan rasa kesalnya. “Aku… nggak… mau… pacaran! Nggak… mau!!” ulangnya kata per kata. Penekanannya ada pada kata nggak dan mau.

“Saya juga mau, Vin. Kamu nggak usah ngulang kalimat itu lagi.”

Vini kehilangan cara buat ngejelasin maksudnya. “Saya tinggalin kamu sebentar ya,” cewek itu bangkit dari duduknya. Dan ia heran melihat Vidi bisa menjawab dengan benar. Padahal, volume suara Vini lebih kecil dari teriakan-teriakannya tadi.

Hm, ngerti aku sekarang…

Masuk ke kamar, Vini ngambil pulpen dan selembar kertas. Ditulisnya beberapa baris kalimat dengan cepat. Balik ke ruang TV, ia dapati Vidi sedang senyam-senyum sendiri.

“Bro udah dengar jawaban aku, kan?”

“Udah. Saya nggak nyangka ternyata kita saling mencintai. Malam ini akan jadi malam terindah dalam hidup saya. Nggak akan saya lupain sampe kapan pun.”

“Tadi katanya, Bro cowok yang penuh pengertian…”

“Betul.”

“Nah, sekarang aku mau belajar dulu. Jadi…”

“Oke,” potong Vidi. “Saya akan pulang sekarang. Tapi ingat, malam Minggu saya akan kembali lagi.”

“Ini surat buat kamu. Baca sampe di rumah,” selembar surat beramplop pink terangsur di depan hidung Vidi yang kayak buah jambu air.

“Surat apaan?”

“Ambil aja. Kamu pasti senang bacanya.”



Source

Vidi pulang sambil bersiul-siul. Seumur hidupnya, belum pernah ia merasa sebahagia malam ini. Karena kelamaan bersiul, bibir Vidi jadi runcing kayak paruh burung. Dianya nggak nyadar ini.

“Kenapa tuh, bibir kamu?” tanya Vici saat mereka berpapasan di depan kamar Vici.

“Biasa, abis ngesun Vini. Jadi keterusan monyong.”

“Kamu ngesun Vini? Di dengkulnya?”

“Di bibir dong. Nih, liat bekas lipstik Vini masih nempel,” Vidi nyodorin bibirnya ke depan mata Vici.

“Lho, itu bukannya bekas sirih nenek-nenek?”

“Nenek mbahmu!”

“Nenek itu ya mbah, bego!”

Dikatain bego, Vidi malah senyum. Cowok itu lantas ngeluarin surat dari kantongnya.

“Apaan tuh?”

“Surat cinta dari Vini.”

“Coba kuliat!”

“No way. Kamu belon cukup umur baca surat ginian. Mending cuci kaki sana, trus tidur. Jangan lupa periksa pintu dan jendela. Kali aja belon dikunci,” Vidi melangkah ke kamarnya di belakang. Sampe di depan pintu, doi berenti.

“Oh ya. Ada pengumuman penting. Mulai malam ini Vini resmi jadi pacar gue. Jadi siapa pun yang berusaha ngerebut Vini, langkahi dulu mayat papanya. Tolong bilangin itu ke Aji!”



Source

Di dalam kamar, jantung Vidi kembali berbunyi kayak bedug sedang ditabuh saat ia membuka surat Vini. Apa ya kira-kira isinya?

Ternyata singkat aja.

Aku tau taktik kamu, Bro. Kamu pura-pura budeg kan, padahal kamu dengar semua yang aku bilang. Taktik kamu itu nggak berhasil. Kalo kamu ulangin lagi, aku doain kamu budeg tujuh turunan!

Adikmu; Luvinia.

Vidi mendadak lemas. Pupus sudah harapannya untuk mendapatkan Vini dengan memanfaatkan kekurangannya. Strateginya nggak berhasil.

Tapi udahlah. Nggak apa. Minimal dia udah berusaha. Kali ini belon berhasil. Harus dicoba lagi. Siapa tau ke depan gagal lagi gagal lagi, dan gagal lagi, hehehehe….[]

Badge_@ayi.png

DQmNuF3L71zzxAyJB7Lk37yBqjBRo2uafTAudFDLzsoRV5L.gif

Sort:  

this is really nice from you i like it

Thanks so much @wrayca for your kind.

bang @ayijufridar mohon pembelajaran tentang kepenulisannya ya bagi saya pemula.. :)

Banyak postingan sebelumnya dan yang akan datang tentang menulis @mastom. Lihat juga postingan @teukukemalfasya @zainalbakri @rismanrachman dan @masriadi serta beberapa yang lain tentang menulis.

Mantap tulisan bg senior. Salut ulon tuan.
Salam dari abu

Thanks so much @abupasi.alachy. Saleum takzim. Doa keu lon bek tuwo, beuh. Alkhususan, bek dalam muslimin dan muslimat, hehehehe....

Saat kita baca, terasa kita pemainnya...mantap

Hahahahahaha.... @sazaliza memang beda

Ini cerpen atau bagian dari novel bang? Hehe

Ini cerita serial, jadi jika dibaca edisi kali ini tetap tidak baca edisi depan, tidak jadi masalah karena bukan cerita bersambung @razack-pulo.

Cocoknya dijadikan Novel. Pemberian judulnya sdh sangat nenarik memakai istilah yg keren! Saya rasa, penokohannya kuat. Saya senang baca dan nulis cerpen. Karena pd dasarnya saya penulis cerpen utk serambi dan Harian Aceh, dulunya.

Mambaca karya2 fiksi Aduen saya @ayijufridar di Steemit membuat gairah fiksi saya bangkit kembali. Saya pun limbung,; bertahan pd genre saya di steemit atau menjadi diri saya sendiri sbg ceroenis cinta.

Kisah ini sudah pernah saya tawarin ke sebuah penerbit yang concern terhadap novel remaja. Tapi waktu itu tidak ada kabar (baca: tidak diterima).
Barangkali, kalau mau diterbitkan lagi harus diubah agar sesuai dengan generasi milenia.
@bahagia-arbi harus tetap menulis cerpen meski tetap aktif di Steemit. Untuk urusan cerpen, saya tetap

Terbitkan dengan Penerbit kami yaa..sedang dlm pengurusan. Tulisan2 @razack-pulo ttg #eurotrip yg brjumlah 33 postingan jg akan kami tebitkan.

Rencana saya mmang gitu Bang @ayijufridar, saya akan nulis ceroen juga di steemit.

Dengan penerbit indie kadang naskah lebih banyak laku bukunya tidak dijual di toko buku berjejaring. Saya tunggu perkembangannya @bahagia-arbi dan @razack-pulo. Semoga bisa.

Inshallah ternitan kita akan masuk toko buku di Indonesia. Amin.

Semoga terwujud niat suci dan luhur @bahagia-arbi...

Postingan bagus. Luar biasa

Terima kasih sekali dan sekali lagi terima kasih Bunda @halidabahri.

Hahahaha... kocak keren... stategi dalam mencari cinta judulnya... wkwkwk

Jatuh cinta memang membuat kreatif, Sista @mariskalubis.

Luar biasa

Thanks a lot....

Untuk laki2, gagal dalam cinta itu biasa. Patah hati boleh yang penting jangan patah semangat.

Kalau gagal, coba lagi Pak @ismadi.

Ha..ha.. surat terakhirnya itu yang bikin kaget. siip mas :)

Kisah lelaki budi yang patah hati @happyphoenix.

Kami sudah upvote yah..