Air Mata Ayah Ditiang Gantungan (Part 5)
Oleh :@ilyasismail
Sore itu, setelah Hasbi menyerahkan nomor telpon Wak Amat kepada Zahara, Hasbi pamit kepada istrinya Zahara, ”Dek, abang malam ini nak pergi Pulau Peneng, nak buat bisnis dengan kawan abang kad sana,” pamit hasbi kepada istrinya.”Berapa lama abang kad Peneng,” tanya Zahara.
“Tak lama, abang dua hari kad Pineng, bila tak ada hal yang mustahak lainya, abang balik cepat,” kata Hasbi seraya pamit kepada Zahara. Dengan menggunakan kereta Hasbi malam itu berangkat dari Petaling Jaya menuju Peneng. Sebelumnya Hasbi Hasbi sempat singgah di kawasann Paya Jaras menjemput Yusuf, kawan Hasbi orang Aceh juga. Yusuf dengan sebuah tas ransel di bahunya telah menunggu Hasbi disana.
Setelah Hasbi menjemput temanya, lalu Hasbi dengan mengendrai mobilnya dalam kecepatan tinggi meninggalkan Negeri Selangor menuju Pulau Peneng. Hasbi malam itu melalui jalan lebuh raya utara selatan. Jalan tol ini salah satu jalur cepat dari Kuala Lumpur menuju ke Pulau Peneng. Had laju atau kecepatan untuk kereta (sedan) di lebuh raya tersebut terhad pada 110 km/jam. Namun, malam itu, mobil yang dikendrai Hasbi di lebuh raya utara selatan dalam kecepatan melebihi had laju hingga 120-130 km/ jam. Karena Hasbi melebihi had laju, tiba-tiba satu unit mobil patroli Polisi mengejar mobil yang dikendrai Hasbi.
Melihat ada mobil polisi yang mengejarnya, Hasbi menambah kecepatanya lebih kencang lagi, sehingga mobil Hasbi dan mobil Polisi terjadi kejar-kejaran bagaikan di film Holywod. Tiba kawasan Tanjung Malim, mobil yang dikendrai Hasbi berhasil dihentikan Polis Malaysia. Ketika mobilnya berhasil dihentikan, Yusuf kawan hasbi cepat-cepat keluar dari mobil dan kabur. Sedangkan Hasbi tak dapat berkutik. Melihat ada yang lari, lalu Polisi menaruh curiga ada benda yang terlarang dalam mobil yang dikendrai Hasbi.
Ketika pihak Polisi mengeledah mobilnya. Ternyata Polisi menemukan dalam tas ransel yang dibawa Yusuf, didapati 15 Kg dadah. Hasbi saat itu langsung saja ditangkap pihak Polisi dengan dadah 15 Kg dalam mobilnya.
Keesokan harinya. Pagi itu, ketika Zahara sedang sarapan pagi. Zahara terkejut ketika melihat ada berita di televisi, tentang kes dadah. Seorang laki-laki bernama Hasbi ditangkap Polisi karena membawa 15 Kg dadah dari Kuala Lumpur menuju Peneng. Ketika Zahara mendengar berita tersebut, gelas minuman ditangan Zahara langsung terjatuh.”Ya tuhan, Bang Hasbi ditangkap,” keluh Zahara diiringi jeritan histeris.
Minda pembantu Zahara yang lagi sibuk di dapur langsung berlarian ketempat majikannya, ketika mendengar suara jeritan histerisZahara. “Ada apa non...tiba-tiba non menjerit,” tanya Minda. “Ya tuhan Minda, Bang Hasbi ditangkap Polis, dia bawa dadah, kenapa bang Hasbi tega menipuku, dia cakap nak berbinis kad Penang, ternyata dia pergi bawa dadah,” ratap Zahara dengan deraian air mata dan terbaring di pangkuan Minda.
Karena membawa 15 Kg dadah, beberpa bulan kemudian, oleh kerajaan Malaysia, Hasbi akan dijatuhi hukuman gantung. Berita putusan pegadilan terhadap Hasbi disiarkan semua media massa Malaysia. Dahlan teman sekampung Hasbi yang telah mengetahui Hasbi dijatuhi hukuman gantung, Ia dengan istrinya datang kerumah Hasbi menjenguk Zahara.
Kedatangan Dahlan dan istrinya itu, membuat Zahara dapat menyampaikan keluh kesahnya. Dengan nada sedih Zahara miminta Dahlan untuk menghubungi Maimunah di kampung. "Bang Dahlan, bantu saya telpon istri bang Hasbi di kampung kasih tahu, bahwa bang Hasbi di jatuhi hukuman gantung dalam beberapa bulan kedepan ini,” cakap Zahara kepada Dahlan.
“Tempo hari Hasbi ada ambil nomor telepon Wak Amat kad saya. Apa Hasbi ada kasih kamu?. Bila kamu telpon Wak Amat, kamu cakap sama dia, nak bicara dengan Maimunah istri Hasbi,” kata Dahlan.
Tidak menunda waktu, Zahara dengan telpon gengamnya, Ia langsung menelpon Wak Amat di Aceh. Setelah telponya tersambung dengan telpon Wak Amat, lalu Zahara meminta Dahlan berbicara dengan Wak Amat. “Assalamualikum Wak Amat, ini Dahlan di Malaysia. Wak saya minta tolong Wak Amat panggil Maimunah istri Hasbi, ada hal penting yang ingin saya bicarakan,” kata Hasbi kepada Wak Amat melalui telpon.
Saat itu dikedai Wak Amat ramai pembeli. Lalu, Wak Amat meminta Sofyan yang lagi nongkrong di kedainya untuk memanggil Maimunah dirumahnya. “Sofyan, kamu panggil Maimunah sebentar kerumahnya, bilang sama dia, ada telpon dari Malaysia,” kata Wak Amat. Gayung bersambut, mendengar hal itu, Sofyan dengan mengunakan sepeda motornya bergegas kerumah Maimunah.
Sofyan pun bergegas berangkat menjemput Maimunah dirumahnya. Tit..tit...tit..klakson sepmor Sofyan, seraya memanngil,”oi..oi Maimunah,” panggil Sofyan. Maimunah begitu mendengar panggilan Sofyan, Ia pun menyahutinya,” iya bang Sofyan, ada apa teriak?,” tanya Maimunah. “Begini Maimunah, tadi Wak Amat minta saya menjemput kamu untuk segera kerumahnya, karena suamimu Hasbi telepon dari Malaysia,” kata Sofyan kepada Maimunah. “Benar maimunah, kata Wak Amat ini telpon penting, cepat biar saya boceng,” kata Sofyan. Maimunah yang sebelunya sedang menjemur padi dirumahnya, Ia buru-buru mengambil jilbab dan mengenakanya, lalu Ia diboncengi Sofyang menuju warung Wak Amat.
“Maimunah kamu wanita yang sabar ya, begitu lama ditinggalkan Hasbi kamu masih saja setia kepadanya. Apa kamu tidak merasakan kedinginan kalau tidur malam?,” tanya Sofyan sambil merayu. “Ah.. ada-ada saja bang Soyan ni. Namanya suami kita mencari rezeki untuk masa depan anak kami, ya saya tetap bersabar,” kata Maimunah.
Baru dua patah kata Sofyan mencoba merayu Maimunah, mereka berdua telah tiba di depan warung Wak Amat. Dengan buru-buru Maimunah masuk ke warung Wak Amat. Tak lama Maimunah menunggu telpon berdering, “itu wak bang Hasbi telpon, “ kata Maimunah yang tidak sabar lagi hendak berbicara dengan suaminya. Wak Amat bergegas mengangkat telpon.” Hallo.. Alaikumsalam, ini Maimunah sudah di rumah, silahkan Dahlan bicara,” seru Wak Amat sambil menyerahkan telpon kepada Maimunah. “Assalamulaikum Bang Dahlan, ada apa bang?. Bang Hasbi kemana?, “tanya Maimunah.
Melalui pembicaraan telpon tersebut, Dahlan menceritakan tentang kejadian yang menimpa Hasbi di Malaysia. Mendengar hal yang dibicarakan Dahlan lewat telpon, Maimunah langsung manangis histeris. Warga yang sedang menikmati kopi di warung Wak Amat, pandangan mereka langsung tertuju kepada Maimunah yang sedang menangis. Warga mulai kasak kusuk penasaran, kenapa Maimunah menangis sekeras itu.
Telpon ditangan Maimunah lalu terjatuh dan Maimunah juga terjatuh pingsan di warung Wak Amat. Istri Wak Amat langsung memegang Maimunah yang terjatuh pingsan. Wak Amat mengambil alih pembicaraan dengan Dahlan. Dia menceritakan tentang kejadian yang menimpa Hasbi di Malaysia kepada Wak Amat.
Wak Amat tertunduk lesu setelah mendengarkan apa yang dikatakan Dahlan via telpon. Hari itu, pembicaraan Dahlan dengan Maimunah pun usai, karena Maimunah tak kunjung sadar dari pingsanya. Lalu oleh istri Wak Amat dan warga lainya mengantar Maimunah kerumahnya. Ketika Maimunah sampai dirumahnya, Ia pun sadar dari pingsannya. Maimunah menceritakan kejadian yang menimpa Hasbi suaminya kepada ibunya Jamaliah.
Asa Maimunah yang telah terpendam lama menunggu kepulangan suaminya dari perantauan kini telah sirna. Bukan hukuman penjara 10 atau 15 tahun yang akan menyandara Hasbi di Malaysia, tapi Hasbi akan menjalani hukuman gantung. Penantian Maimunah dan anaknya Ratna Juwita pupus sudah. “Ibu... Apa yang harus kujawab, ketika Ratna menanyakan tentang ayahnya?, keluh Maimunah kepada ibunya diiringi isak tangis.
“Bertahun-tahun aku menunggu kepulangannya, kini hanya kabar duka yang datang menghampiri ku dan anakku. Apa yang harus kukatakan ketika anakku bertanya, kemana ayahnya?, apa yang harus kujelaskan ketika anakku mendengar ayahnya akan mendapat hukuman mati di negeri orang?. Ya tuhan tabahkan hati hambamu ini. Ya tuhan berikan kami kekuatan menghadapi semua cobanini. Ya tuhan yang maha adil ampunilah segala dosa suami hamba ya Allah. Berikan dia kekuatan menghadapi hukuman yang telah diperbuatnya,” itulah doa Maimunah setelah Ia menunaikan salat magrib dirumahnya.
Usai magrib, Maimunah kembali mendapat telpon dari Malaysia dirumah Wak Amat. Kali ini giliran Zahara yang menelpon Maimunah. Sebelumnya Maimunah juga telah mengetahui bahwa suaminya selama ini telah mempunyai istri lain di Malaysia.
Malam itu, lewat pembicaraan melalui telepon, setelah mereka berdua mencurahkan air mata. Zahara meminta Maimunah untuk membuka rekning Bank. agar Zahara dapat mengirim uang untuk Maimunah. Zahara meminta Maimunah untuk membuat Paspor dan datang ke Malaysia.
Setalah Maimunah menerima uang kiriman uang dari Zahara, kemudian, Ia pun membuat paspor di imigrasi Langsa. Setelah itu, Maimunah melalui pelabuhan Belawan Medan Sumatera Utara, dengan mengunakan fery berangkat ke Malaysia. Di pelabuhan fery Pulau Peneng Malaysia, disana Zahara menjemput Maimunah, kemudian mereka berdua menuju penjara dimana Hasbi menajalni hukuman.
Pertemuan yang mengharukan, hanya dibatasi jeruji, Miamunah hanya dapat menatap wajah suaminya yang telah tujuh tahun lebih meninggalkan dirinya di kampung, isak tangis menyelimuti pertemuan mereka. Air mata bercucuran membasahi lantai ruangan pertemuan mereka. Hasbi kala tak mampu memandang wajah Maimunah. “Dek maafkan abang yang telah meninggalkan kalian dan selama ini aku tidak peduli kepada kalian di kampung, mungkin ini dosaku dan ini balasan yang kuterima,” ucap Hasbi dengan linangan air mata.
Ditengah suasana haru antara Maimunah dan Hasbi, petugas penjara lalu meminta Hasbi untuk meninggalkan ruangan pertemuan. “Maaf encik Hasbi, masa jemputan bertemu telah habis, encik harus masuk bilik lokap kembali, sila encik,” kata petugas penjara.
Selama empat bulan Maimunah di Malaysia, Ia sering menjenguk Hasbi di penjara. Namun disisi lain, Maimunah juga selalu teringat anaknya Ratna di kampung. Maimunah kepada Zahara pun pamit untuk pulang ke Aceh. Kerena paspornya telah mati visa, Maimunah harus pulang melalui jalur tidak resmi. Perjalanan pulang Maimunah ke Aceh terpaksa menumpangi boat yang mengangkut monza dari Pulau Peneng Malaysia menuju pantai timur Aceh.
Kepulangan Maimunah untuk melepaskan kerinduan akan anaknya dikampung, ternyata naas telah menunggunya. Tuhan berkehendak lain, boat bermuatan Monza yang ditumpangi Maimunah dan puluhan penumpang lainya tenggelam di selat Malaka. Jenazah Maimunah ditemukan mengapung di pesisir Pantai Kuala Idi Cut, Aceh Timur. Karena mempunyai indentitas jenazah Maimunah, setelah dievakuasi Tim Basarnas dan BPBD Aceh Timur, ke RSUD Idi, kemudian jenazah Maimunah dijemput ibunya Jamaliah dan keluarga dan disemayamkan di pemakaman umum kampung halamannya........
Kisah selanjutnya, bersambung ke episode 6
Cerita ini hanya fiktif belaka. Bila ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan
SALAM KOMUNITAS STEEMIT INDONESIA
Berapa episode lagi habis ini cerita
Engak banyak lagi satu episode lagi dah habis