Di tengah kegaduhan para mahasiswa di kantin sekumpulan cewek asik ngerumpi sambil menikmati sepotong roti yang disuguhi secangkir kopi, terlihat kecemasan di wajah ani mengingat ujian final yang akan dilaksanakan sebentar lagi. Final morfologi , mata kuliah yang tidak ia sukai sesekali dia memandang jarum jam yang ada ditangannya kecemasan semakin menjadi-jadi ketika jarum jam menunjukkan pukul 2 siang. Heru yang sedari tadi bersembunyi di belakang tiang besi memerhatikan tingkah ani, dia tahu apa yang dicemaskan oleh ani. Ani adalah gadis manis yang selama ini dia kagumi, namun sayang heru hanya bisa memandang ani dari kejauhan tanpa sepatah kata pun pernah terucap dari bibirnya untuk menyapa ani. Dari kejauhan dia hanya memandang terkadang mengeluarkan hp untuk mengambil gambar ani tentu saja ini dia lakukan tanpa disadari oleh ani. Waktu untuk beristirahatpun selesai kumpulan gadis-gadis ini berlarian masuk ruang untuk mengikuti ujian, heru mengikuti mereka . dibalik jendela heru melihat ani yang kualahan dalam menjawab soal-soal, senyuman terpancar di wajah heru kembali ia menggemgam hpnya dan memotret ani. Waktu ujian selesai para mahasiswa keluar tak terkecuali ani, heru menyandarkan diri di dinding berlagak sibuk memainkan hpnya. Ani dan kawan-kawan berlalu dari depannya tak sedikitpun menaruh kecurigaan apa lagi memandang. Heru terus memandang ani dari dari belakang sampai pandangannya ditutupi oleh kejauhan. Rasa penasaran memberikan keberanian bagi heru untuk melihat hasil ujian ani di ruang dosen, diam-diam heru menyeleweng masuk saat dosen keluar dan meninggalkan lembaran jawaban ujian di atas meja kerja yang sebagiannya sudah dia periksa. Satu persatu heru membuka lembaran untuk melihat hasil kerja ani, persis seperti dia bayangkan bahwa ani takkan mampu menjawab soal-soal ini dengan benar. Silangan tinta merah memberikan bukti bahwa ani telah keliru mengisinya. Segera heru memperbaikinya sebelum dosen itu kembali, dia mengambil kertas dari tasnya dan kembali mengisi jawaban ani. Lalu kembali meletakkannya layaknya lembaran jawaban yang belum diperiksa oleh dosen, heru bergegas meninggalkan ruangan.
Hari telah berganti malam, sambil tiduran heru terus-terusan memandang gambar-gambar ani yang dia ambil dari persembunyian. Tangan kasarnya menyentuh gambar ani dengan penuh kelembutan. Pikiran melayang bertanya-bertanya apa kabarnya dia disana, ahh… heru berusaha menepis wajah mungil yang selalu menghantui pikirannya.
Keesokan harinya para mahasiswa telah berdesakan di mading kampus untuk melihat hasil ujian, dari kejauhan heru melihat ani yang di peluk oleh kawannya dengan kegirangan, ani yang kebingungan merasa aneh ketika melihat nilai ujiannya lebih tinggi daripada kawannya. Dia menepis kebingungan itu dan mulai menebar senyuman manis dari bibirnya yang indah lalu pergi meninggalkan mading. heru pun ikut tersenyum ketika melihat nilai ani, merasa bahagia karena dia telah memberikan sedikit senyuman untuk ani.
Di sebuah mall heru sedang mengejakan nomor hp pada seorang pedagang pulsa, tiba-tiba dia melihat seorang cewek yang sedang melakukan penawaran hp di sebuah konter bersebelahan dengan heru. Cewek itu tidak lain dia adalah ani, yang sangat berkeinginan memiliki hp yang telah lama ia idam-idamkan. Terlihat kekecewaan di wajah ani sambil meletakkan kembali hp itu di tempatnya dan keluar meninggalkan mall. Heru yang dari tadi memperhatikan mendekati konter dan melihat hp yang ani pegang, terlihat leber harga yang menunjukkan harga dua jutaan. Kilauan kemewahan terpancar dari alat komunikasi itu, heru melihat keluar entah apa yang dia perhatikan yang kelihatan hanyalah kenderaan yang lalu lalang.
Di kamarnya heru memandang gambar wajah ani terpajang di dinding menebarkan senyuman ke wajahnya. Lalu ia teringat akan kejadian tadi di mall, mata heru mulai berkaca-kaca. Di dekat gambar ani sebuah celengan ayam seakan memberikan jawaban terhadap tetesan air mata di wajah heru. Dengan berat hati heru bangkit dari duduk, menjamah celengan dengan berat hati dia jatuhkan celengan ayam tersebut ke lantai. Berhamburanlah recehan dan para pahlawan merdeka dari kurungan perut ayam yang selama ini heru kasih makan. Tangan nya mulai meraba dan menghitung lembaran kusam dari celengan.
Recehan dan gambar para pahlawan memberikan ketidak senangan pada penjaga konter mall saat heru mengeluarkan isi kantong plastik hitam yang di bawanya. Heru berniat membeli hp yang didambakan ani, namun sayang dia harus merelakan hpnya juga sebagai bantuan tambahan untuk mengeluarkan hp ternama yang masih terkurung dalam rak kaca. Setelah beberapa lama disana penjaga konter menyodorkan sebuah kwitansi kepada heru, tak terlihat keceriaan di wajah heru. Celengan dan hp kesayangan yang telah ia korbankan belum juga cukup untuk membawa hp yang ani inginkan. Heru keluar mall sambil memegang kwitansi sebagai bukti bahwa separuh harga telah ia lunasi. Duduk di pinggir jalan, heru merasa kebingungan dari mana ia mendapatkan uang melunasi harga hp yng telah disepakati. Seorang anak melintas di depannya dengan sebuah sepada ontel buntut yang tidak pantas ditunggangi oleh anak seusia, di belakang sepeda melekat erat sebuah keranjang berisi kerang air tawar yang dibawa oleh anak ini untuk dijajakan dipinggiran, heru hanya memandang dengan rasa kasihan berharap akan kebaikan untuk anak ini.
Bangkit dari tempat duduk heru membiarkan anak ini larut dalam kesibukannya, wajah lesu yang terlihat di wajah heru telah terganti dengan pandangan penuh semangat kebawah sebuah jembatan ditengah kota. Tanpa ada rasa ragu heru menuju danau tersebut, menanggalkan pakaian dan mulai menyelam untuk mencari kerang-kerang air tawar yang bersemanyam di lumpur pasir dasar danau. Menyelam dan muncul kepermukaan itulah yang terus-terusan ia lakukan untuk mengumpulkan kerang. Hari telah sore dengan pakaian basah bergegas heru pergi ke pinggir jalan untuk menjajakan kerang hasil pungutan dari dasar danau. Mengetuk kaca setiap kaca mobil yang berhenti di trafick light terus dia lakukan meski sebagian besar dari pengguna jalan menolak untuk membeli. Sedikit-sedikit lembaran rupiah mulai ia kumpulkan dari orang yang termakan rayuannya tentang khasiat dari mengkonsumsi kerang air tawar. Merasa uangnya telah cukup heru menghentikan jualannya, mencari dan memberikan kerang yang masih tersisa kepada anak penjja kerang di pinggir jalan.
Jam telah menunjukan pukul 7 malam, heru kembali ke mall untuk menebus hp yang telah ia gantungkan harga pada pedagang. Memberikan kwitansi dan uang tambahan hp pun sudah bisa ia bawa pulang. Malam ini heru memilih untuk tidur lebih cepat, mencuri pandang kearah gambar ani dengan senyuman lampu kamar ia padamkan.
Keesokan harinya di sebuah kafe kecil dekat kampus ani dan kawan-kawan sedang tertawa-tawa ria, salah seorang dari mereka terlihat membawa kue dengan nyalaan lilin kecil berangka 21 di atasnya. Hari ini adalah hari ulang tahun ani, canda, doa, dan harapan mereka utarakan bersama untuk ani. Dari luar heru hanya memandang ke dalam, di tangan sebuah bungkusan rapi berbentuk kubus telah ia sediakan. Heru memanggil salah seorang pelayan kafe, meminta pelayan tersebut mengandarkan bungkusan di tangannya kepada ani. Sambil menunjuk kearah ani heru menjelaskan kepada pelayan kafe supaya dia tidak menceritakan siapa yang memberikan hadiah ini. Pelayan kafe mengangguk dan berjalan menuju meja ani, dia meletakkan bungkusan dari heru di atas meja lalu menceritakan bahwa seseorang di luar memberikannya. Ani dan kawan-kawan merasa penasaran dengan isi bungkusan, ani membukannya dengan pelan. Di dalam terdapat sebuah kado bertuliskan “selamat ulang tahun ani semoga kamu senang menerima hadiah dari ku, semoga hari-hari kamu selalu dipenuhi oleh kebahagiaan , aminnn.” Sangat jelas bahwa kado tersebut dikirimkan untuk ani tapi tidak di barengi oleh identitas pengirim. Ani merasa kaget ketika melihat isi kado adalah sebuah hp yang selama ini ia inginkan. Mulai bertanya-tanya siapa pengirimnya, tidak ada satupun dari mereka yang tahu. Ani meninggalkan meja dan berlari keluar namun ia tidak melihat siap-siapa disana. Pada pelayan kafe ia terus bertanya namun tak ia dapati jawabannya. Heru hanya bersandar disebuah tiang, melihat ani yang dihantui oleh rasa penasaran. Memakai topi heru berlalu di depan ani, sama sekali ani tak menggubrihnya, ia sibuk mencari-cari orang yang memberikannya hadiah hp idaman. Heru terus berlalu semakin menjauh dari ani.
Hembusan angin terasa sejuk menembus lewat jendela kamar, ditemani sebuah lagu heru duduk membatu pada sebuah bangku pandangan tertuju pada sebuah bingkai kaca yang mengurung gambar ani di dalam. Heru mencurahkan perasaannya terhadap ani melalui tumpahan tinta di atas kertas putih yang tak berdosa, “ maafkan aku sayangku,.. ketidak sempurnaan hanya mampu membuatku mencintaimu dalam diamku.” Coretan kertas itu ia tempelkan dibingkai foto ani, lalu lampu dipadamkan.
Mantap ceritanya,sedikit terdapat persamaan yang pernah saya alami
postingan yang membawakan hasil yang sempurna, bagus, dan memiliki nilai yang tinggi, anda memang pantas dibanggakan sebagai penulis. terima kasih @popon