bagaimana cara membangun satu komunitas menggunakan Social Media. belakangan ini banyak kalangan, terutama dari perusahaan besar atau brand yang membuat komunitas tersendiri yang berkaitan dengan produknya. atau ada juga perusahaan yang berniat gabung dengan komunitas yang berkaitan dengan produknya untuk memperkuat personal branding, menjalin hubungan baik dengan komunitas, dan memperkuat citra brand atau produk.
kalau kita mau punya komunitas kita harus punya banyak topik yang menarik yang bisa diomongin di Social Media, baik itu Facebook, Twitter, atau Blog. tipsnya adalah cari konten yang gak akan habis-habis diomongin sama konsumen kita. lalu setelah itu yang harus kita lakukan adalah riset untuk rancang komunitas. cari di Google, cari via keyword yang satu dengan yang lain dan pastikan kita mengetahui seperti apa dan apa yang biasa dilakukan oleh komunitas yang ingin kita bentuk atau ingin kita masukin.
kalau kita mau bikin crowd untuk komunitas di Social Media, pilihannya adalah bikin Facebook atau Twitter dulu atau portal (website) dulu. cara paling baik untuk memilih adalah dengan cara menganalisa crowdnya dulu. pilih media yang paling banyak digunakan oleh target komunitas yang ingin kita bangun. contohnya: strategi untuk komunitas Gila Motor yang dibentuk oleh Evalube kebanyakan adalah Facebook user. jadi, strategi pertama yang digunakan adalah dengan cara membuat Facebook fan page.
yang harus kita perhatikan untuk bikin komunitas, adalah:
pastikan banyak konten seru yang bisa di-share, seperti kuis, bagi-bagi video, adu keren hasil karya, dan lainnya
kaya konten: forum diskusi, kontributor penulis portal, info soft promotion, tapi coba gunakan gaya bahasa yang sesuai brand
mengelola komunitas serius tidak bisa hanya satu orang
bentuk tim redaksi, komunitas maintainnya gak bisa main-main
integrasikan dengan offline gathering, bikin acara seperti kopi darat untuk komunitas di social media (dunia maya)
kalau ada pertanyaan kita harus merespon cepat. Twitter kalo gak dibales 15 menit bisa sangat menyebalkan, jadi bikin sistem untuk menjawab pertanyaan dari konsumen itu
maintain komunitas dengan baik, dengan banyak cara salah satunya dengan cara menjaga komunikasi dengan brand
orang yang gak paham digital behavior tidak akan bisa membuat struktur konten yang bagus. jadi konten yang dibuat akan sangat membosankan. kalau di website ada benchmark, gimana dengan social media ? cara bandingkan benchmark adalah dengan membandingkan kegiatan social media yang hampir sama. data yang didapatkan harus banyak, jadi pastikan kita mengelola brandnya dengan baik.
kalau mau lebih maksimal memilih tim untuk mengurus social media, pastikan dia punya passion yang besar di satu jenis atau lebih ke jejaring sosial itu. komunitas gak harus menang dari segi jumlah fans atau anggota. walau kecil tapi kalau kuat dalam berinteraksi itu akan lebih baik. semuanya kembali ke interaksi antara produk (brand) dengan konsumennya.
komunitas di Social Media yang penting bukanlah jumlah audiens, tapi yang penting adalah konten. pastikan kita memiliki orang yang berperan sebagai content strategy dan content writer. content strategy di Social Media butuh konten yang lebih banyak. kita juga harus memiliki Social Media Manager dan pikirinkan bareng untuk Social media Strategy yang akan digunakan. usahakan ada tim kreatif juga yang banyak. untuk jumlah ideal tim Social Media, paling minimal ada 10 orang.
konten lebih baik bersifat dua arah. jadi libatkan konsumen atau fans untuk juga mengisi konten. lupakan logika social media yang umum dan kuno, tapi utamakan logika komunikasi. kita terlalu terjebak di dalam pikiran digital dan angka (kuantitas fans social media).
pikirkan keuntungan untuk produk atau brand. pikirkan sesuatu cerita yang menarik dan bagus untuk khalayak. pikirkan juga value positif yang baik untuk mendongkrak citra brand kita sendiri. akhir dari semua kegiatan di Social Media adalah memanusiakan orang lain. harga bukan masalah, yang penting adalah pelayanan.
yang harus kita lakukan ketika masuk social media, adalah keterlibatan si pemilik brand. libatkan pihak internal ketika kita mau membuat program komunikasi. edukasi dan koordinasi internal harus jelas dan berjalan. bayangkan kalau kita punya program, tapi karywan kita sendiri gak tau atau gak paham tentang event itu. bayangkan kalau ada orang lain bertanya ke karyawan kita dan dia gak tau dan gak bisa menjelaskan. citra perusahaan dalam bahaya besar.
sebaik-baiknya social media bukan dipegang oleh agency, tapi oleh perusahaan itu sendiri. belum tentu agency merepresentasikan brand. orang internal harus terlibat karena dia yang menitegrasikan siapa saja. pihak manager setingkat CEO juga harus tahu dan ikut terlibat karena Social Media perusahaan adalah “muka”nya perusahaan.
orang yang disebut admin hanya ujung tombak dari program Social Media dan orang yang terlibat di belakangnya untuk menyusun konten dan strategi ada lebih banyak lagi. satu kesalahan yang terjadi, otomatis semuanya terlibat, kecuali itu kesalahan si admin itu sendiri.
struktur tim untuk Social Media terdiri dari:
BOD (Board of Director)
Senior Management Team
Corporate Communication Team
IT (teknisi), dan
orang yang bertugas sebagai administrasi
itu tadi pengetahuan baru yang gw dapat dari sesi training Social Media dan PR. satu kutipan untuk lo semua adalah:
Social media is about socilogy and psychology, more than technology
#google
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://vandryna.wordpress.com/