Nietzsche, one of the most influential philosophers in our age, once said, more or less, that every poet [and every writer, actually] is never satisfied with reality. And because he/she is not satisfied with reality, he/she try to change reality, to make reality more endurable, more tolerable, more satisfying for him/her, and for everyone else. So, I believe, it is to make reality more endurable, more tolerable, more satisfying, at least for him/her-self that he/she write. In other words, to write is to manipulate reality. By the word manipulate I mean that to write is to dramatize reality, to insert the elements which we think should exist in reality, to discard the elements which we think shouldn’t exist in reality, to show to our readers that there is something wrong in reality, and by doing these things we involved ourselves in making this world a better place, a fairer place.
For me, when a poet write a poem (or other literary works) he/she should consciously try to see his/her works as a medium to fight for something, for example for a certain world view. By doing this, he/she is supposed to have a role or a contribution in—to use a little hyperbolic term—“changing the world” for the better or the fairer via his/her works. There is an interesting proverb, I forgot who said it, which I always remember whenever I write: “May be you don’t have the treasure and the throne, but you have a pen.” Yes, I believe with a pen everyone (every writer, actually) can involved he/her-self in a fight against injustice or dictatorship, for example, and involved in a struggle to make this world better and fairer.
Concerning the roles of literature, I my-self believe that literary works have significant role in maintaining, preserving, and developing a culture of a nation-state, a country, one region. And it is maintaining, preserving, and developing a culture of a nation-state, a country, or a region with its own way: Not like philosophical treatises or minutes of thoughts which deal with concepts and abstractions, literature deals with real things, unique individuals, sensuous things, the particulars, unique conditions; in short, it deals with all things which can not summarized in abstractions and conceptualizations.***
========
{BAHASA INDONESIA}
Tentang Menulis Sastra dan Peran Sastra
Nietzsche, filosof Jerman abad ke-19 itu, pernah mengatakan, kurang lebih, bahwa setiap penyair (sesungguhnya: setiap penulis) tidak pernah merasa puas dengan realitas. Dan karena ia/dia tidak puas dengan realitas, ia/dia berusaha mengubah realitas, menjadikannya lebih tertahankan, lebih bisa diterima, dan lebih memuaskan bagi ia/dia—dan mungkin bagi setiap orang yang lain. Demikianlah, menurut saya, ia/dia menulis untuk membuat realitas lebih tertahankan, lebih bisa diterima, dan lebih memuaskan, paling tidak bagi dirinya sendiri. Dengan kata lain, menulis berarti memanipulasi realitas. Saya menggunakan kata memanipulasi karena menurut saya menulis berarti mendramatisasi realitas, memasukkan elemen-elemen yang kita anggap seharusnya ada dalam realitas, membuang elemen-elemen yang kita anggap seharusnya tidak ada dalam realitas, memperlihatkan kepada para pembaca kita bahwa ada sesuatu yang salah dalam realitas, dan dengan melakukan semua ini, kita secara langsung atau tidak langsung ikut terlibat dalam menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik, tempat yang lebih adil.
Bagi saya, ketika seorang penyair menulis sebuah puisi (atau karya sastra yang lain) ia/dia hendaknya secara sadar berusaha melihat karya-karyanya sebagai sebuah medium untuk memperjuangkan sesuatu, misalnya suatu pandangan dunia tertentu. Dengan melakukan hal ini, ia/dia diandaikan memiliki peran atau andil dalam—memakai istilah yang sedikit hiperbolis—“mengubah dunia” menjadi lebih baik atau lebih adil melalui karya-karyanya. Ada sebuah perumpamaan menarik, saya lupa siapa yang mengatakannya, yang selalu saya ingat kapan pun saya menulis: “Kau mungkin tak punya harta dan tahta, namun kau punya pena.” Ya, saya percaya dengan sebuah pena setiap penyair (sesungguhnya: setiap penulis) bisa melibatkan dirinya dalam sebuah perjuangan melawan ketidakadilan atau kediktatoran, misalnya, dan terlibat dalam sebuah upaya untuk menjadikan dunia ini lebih baik dan lebih adil.
Menyangkut peran kesusastraan, saya sendiri percaya bahwa karya sastra memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga, memelihara, dan mengembangkan kebudayaan sebuah negara-bangsa, sebuah negeri, sebuah wilayah serumpun. Dan kesusastraan menjaga, memelihara dan mengembangkan kebudayaan sebuah Negara bangsa, negeri, dan wilayah serumpun dengan caranya sendiri: tidak seperti risalah filsafat atau traktat pemikiran yang berkenaan dengan konsep dan abstraksi, kesusastraan berkenaan dengan hal-hal yang riil, individu-individu yang unik, hal-hal yang iderawi, benda-benda serta suasana-suasana yang khas. Pendeknya, kesusastraan berkenaan dengan hal-ihwal yang tidak dapat diringkas dalam abstaksi dan konseptualisasi.***
(image was taken by myself)@ZR-2021