"Masih ingat bajram pertama kita di Sarajaevo? ", ujarnya di suatu malam, setelah bertahun-tahun tak bertemu, kemudian kembali menjalin komunikasi via messenger. Aku masih ingat bagaimana ia mengulang semua cerita beberapa tahun lalu itu dengan tawa yang tak pernah hilang di akhir tiap kalimatnya.
H-3 sebelum bajram, suasana masih sama seperti hari-hari yang lain.
Kampus, rumah, lalu ngopi di bascarsija. Ada rasa yang kurang memang, semuanya tak sama seperti di kampung halaman. Tabeu alias tawar kalau diibaratkan dengan rasa makanan.
Setiap break, teman-teman semakin sibuk dengan messenger masing-masing, video call dengan keluarga di negara asal mereka. Keluargaku? Di rumah baru aku yang faham internet kala itu.
Sebulan pertama, seperti ada jadwal piket menelpon; pagi abang yang menelpon, agak sore si kakak yang menanyakan kabar. Begitu setiap harinya. Menjelang lebaran, kebiasaan ini memudar. Belakangan si kakak mengirim sebuah pesan yang isinya , " dek, nelp nya sekali-kali aja ya, mahal ternyata" . Setelah itu, aku seperti anak yang ditelantarkan di negeri antah berantah. Nasib, terima saja.
Mendekati lebaran, sempat berharap semoga si kakak akan kembali rajin menelpon. Sudah sepatutnya dia menanyakan kondisi adik bungsunya yang berlebaran di luar negri, pertama kali jauh dari keluarga. Nada during special untuk si kakak tidak terdengar sama sekali. Tapi mungkin karena nihilnya komunikasi, aku pun tidak begitu memikirkan keluarga dan tradisi lebaran di rumah.
Flower
H-1 sebelum bajram
Oiya, bajram (baca : bayram) adalah sebutan lainnya dari lebaran dalam bahasa bosnia. Bahasa Turki juga punya pengucapan yang sama, hanya tulisannya berbeda sedikit; Bayram.
Rumah sudah bersih, coklat dan manisan sudah bertengger dengan cantiknya di meja makan. Teh turki juga lengkap. Rencananya spre ini teman-teman akan masa berbagai jenis kue asal Turki sebagai pelengkap lebaran. Aku? Menggoreng telur masih jadi keahlianku, selebihnya, nanti...beberapa bulan kemudian akan kuceritakan. Mungkin.
Kembali ke suasana lebaran.
Coklat dan manisan terkesan aneh di telingaku. Lebaran kok begitu. Teringat sebuah lagu lama dari Sami Yusuf, bagaimana digambarkan anak-anak bersuka cita dengan manisan menyambut lebaran. Bingungnya jadi double. Kok bisa bersuka cita dengan dua hal tadi.
D-Day. Lebaran. Bajram bersama mahasiswa muslim di kampus
Karena banyaknya mahasiswa muslim asal turki, kampus memfasilitasi gathering di hari lebarann. Semuanya berkumpul, saling menyapa, berpelukan, terlihat dari raut rajah mereka suka cita yang mendalam, walaupun harus berada jadi dari keluarga dan kerabat. Aku pun masih seperti hari-hari kemarin. Kelewat cuek kalau kata mereka. Datar bin tabeu lebih tepatnya.
Bajram Pray in sarajevo
Kumasuki ruang aula di mana semua berkumpul. Kupilih meja paling belakang, yang paling tertutup dari keramaian. Kucari keberadaan Ayse dan Ahmet, dua sahabatku sebulanan itu. Nihil, pastilah mereka belum bangun, acaranya kelewat pagi untuk dua kalong tadi. Sambil sesekali mencari mereka di tengah keramaian, aku berjalan ke meja konsumsi, lalu kuambil beberapa cemilan manis, dan segelas Turkish cai, teh turki yang selalu ada di setiap acara, setiap harinya.
Sweet for bajram
"Bayram Mubarak Olsun canim", suara serak-serak basah terdengar di belakangku. Si sahabat yang kutunggu akhirnya menyapa dengan ucapan selamat lebaran (baik turki maupun bosnia punya ucapan yang serupa). Kuletakkan teh panas tadi dan berbalik menoleh ke arah suara tadi.
" Kirain gak akan datang", ucapku sambil memeluk Ayse. Tanpa kusadari air mata mengalir dengan derasnya. Tiba-tiba saja, seolah otak sudah menanti waktu yang tepot untuk memerintahkan air mata turun, langsung sederas-derasnya. Ayse masih memelukku, sambil tertawa tentunya. Ahmet datang sambil membawa bunga dan cokelat, hadiah lebaran untuk si bungsu katanya. Ia pun tertawa melihat kelakuanku hari itu.
"Ternyata cengeng" , ucapnya, masih diselingi tawa, sesekali diberikannya tissue, karena tangisku belum juga reda.
Aku masih ingat pandangan teman-teman yang bingung menatapku yang biasanya datar mendadak cengeng di hari itu. Aku pun bingung, kenapa mendadak nangis, sebegitunya pula
Lebaran pertama, yang disusul beberapa lebaran selanjutnya yang setiap tahunnya dirayakan dengan suasana berbeda di benua biru.
Rindu,
Bunga itu
Posted from my blog with SteemPress : http://www.rahmanovic27.com/2018/06/11/lebaran-manisan-dan-buket-bunga/
Sukee
Alhamdulillah ada yg suka 😀😁
Mantap nih, udah banyak yang join blog dengan steemit
Hehehe.sayangnya di blogspot justru g bs...hiks
Suka sekali dengan cokelat
Sulit ditemukan di Indonesia hal seperti itu
Iya @bundaqubeki ..di Indo beda budaya so ya 😁
Lebaran dengan manisan pasti dirimu tambah manis kan?
hahahah..masalahya mira g suka yang manis2 :D , udah manis mngkin yak *ehh :D
Koq Maya ikutan ikutan sedih baca nya yaak
Hahhahahahahaha...jaman2 muda dulu semuanya kebawa sedih @lusanamaya 😁