BILA MENANGKAP IKAN DENGAN OBAT (POTASIUM) DAN SETRUM
Tahun 80 an masih sangat banyak ikan di kali dekat rumah lamaku, bertambahnya populasi manusia - kami yang dulu anak-anak kini sudah ada yang menjadi kakek dan menua bersama waktu - maka ikan-ikan yang ada di kali kecil dekat rumah lamaku sudah sangat jarang dan tidak bisa lagi dipancing, ditangkap dengan peralatan seperti jala, atau dengan di obat sekalipun tidak akan bisa ditemukan, betul-betul hampir punah ikan-ikan itu. Serasa masih sangat jelas dalam ingatan saya, ketika musim kemarau kami yang waktu itu masih anak-anak kalau malam mencari udang dan ikan dengan cara "ngobor" mencari ikan dengan menggunakan OBOR atau lampu minyak tanah yang kita sebut sebagai petromax. Sepanjang aliran sungai yang jernih dan disela-sela batu atau dedaunan (bambu) bisa kita dapati ikan yang bersembunyi di baliknya. Udang, kepiting air tawar, ikan wader, ikan teri, ikan tawes, ikan gabus, ikan lele dan masih banyak lagi. Kami membawa lampu petromax dan penagkap ikan serok/seser dan gergaji untuk mematikan ikan dengan alat-alat tersebut. Kalau musim penghujan maka akan terjadi banjir dan sungai yang tadinya jernih menjadi keruh kecoklatan, dan saat yang tepat mencari ikan adalah dengan memancing, waktu memancing siang atau malam tidak menjadi masalah. Ikan yang paling sering kami dapati ketika musim penghujan adalah sidat, lele, wader dan kepiting air tawar, bahkan udang galah. Cerita yang sangat berkesan bagi kami yang menimbulkan kesedihan kalau melihat keadaan yang ada sekarang, anak-anak kami tidak kenal dengan nama-nama ikan yang dulu sangat berlimpah di sungai kami. Ukuran ikan sekarang pun tidak ada yang sebesar ikan dulu, kecuali ikan yang memang di pelihara di empang.
IKAN ADALAH BINATANG YANG MENAKJUBKAN DALAM HAL REPRODUKSI
Ikan adalah salah satu hewan yang sangat menakjubkan dalam hal berkembang biak, satu ikan betina dewasa bisa bertelur dari ratusan sampai ribuan butir. Anda membanyangkan betapa ikan itu dari ratusan atau ribuan adalah saudara kembar ? Dengan asumsi 50 persen yang hidup sampai dewasa dan dari 50 persen tersebut 10 persen adalah pejantan dan 40 persennya adalah betina. Mereka yang hidup sampai dengan dewasa akan menghasilkan telur yang kurang lebih sama dengan induknya. Kalau dihitung dengan logika sederhana, ikan sebenarnya tidak akan pernah punah asal jangan diganggu rantai kehidupannya. Perkembang biakan ikan seperti deret perkalian atau bahkan reaksi berantai. Yang menjadikan saya heran adalah bahwa ikan di kali tempat saya bisa berkurang secara signifikan kalau tidak mau dibilang punah.
Ternyata yang menyebabkan hal tersebut bukan karena ditangkap dengan jala, dengan me-"ngobor", memancing, menangkap langsung, akan tetapi dibunuh secara masal dengan obat yang disebut potasium. Padahal potasium ini adalah salah satu pembasmi hama untuk mengawetkan kayu agar tidak terkena rayap atau ngengat kayu, sangat beracun dan membunuh ikan dari yang baru menetas sampai dengan induknya, termasuk predator alami ikan pun bisa mati, seperti ular kadut /ular wrangas, sidat, ikan gabus. Tidak tergambarkan oleh saya apa yang ada dibenak orang yang suka membuat ekosistem ikan menjadi rusak tersebut, dengan menyalahgunakan obat pembasmi rayap digunakan untuk membunuh ikan secara masal, dan efek dari hal tersebut anak-anak kecil sekarang tidak pernah mengetahui dan menikmati kehadiran ikan-ikan di kali yang dulu begitu melimpah dan sangat mudah untuk didapatkan. Bukan sebuah survey akan tetapi anak-anak yang berada di aliran sungai kecil kita rata-rata mempunyai otak yang cerdas, apakah karena pengaruh protein ikan dan omega tiga ? Adalah masuk akal, karena mendapatkan ikan secara gratis dan mudah dulu memang sering dan memungkinkan dilakukan. Berbeda sangat jauh dengan saat sekarang. Mau beli ikan harus ke pasar atau supermarket. Menyedihkan memang, tetapi itulah nasib ikan kita.
Cara brutal berikutnya adalah menangkap ikan dengan setrum. Ini lebih ringan daya rusaknya dibandingkan dengan cara diobat potasium. Tetapi karena frekuensi penangkapan dengan setrum sangat tinggi (mencari ikan dengan setrum dijadikan pekerjaan harian untuk mencukupi kebutuhan keluarga). Menjadi dilema ketika mereka harus meninggalkan setrum ikan sementara itu adalah mata pencaharian utama. Kemana ikan-ikanku pergi ? Gambaran yang membuat saya trenyuh dengan keadaan yang ada. Solusi dari saya adalah bagi orang yang menangkap ikan dengan racun/obat potasium harus diberi hukuman pidana ataupun hukuman sosial. Bagi yang menangkap ikan dengan setrum karena mereka menjadikannya sebagai mata pencaharian maka hukuman mereka dengan hukuman sosial dan disita pemerintah alat-alat pembunuh ikannya tersebut. Untuk para penyetrum ikan dicarikan pekerjaan yang bisa membuat mereka beralih profesi dan pembunuh dan pemusnah ikan menjadi pemelihara dan pelestari ikan. Kalau mereka ingin mencari ikan sebaiknya dengan cara alami dan cara yang sudah dilakukan turun-temurun dari leluhur kita.
MASIH BELUM TERLAMBAT
Tidak ada kata terlambat untuk membangun kesadaran kita, bahwa melestarikan ikan adalah salah satu meningkatkan gizi dan protein alami yang gratis bagi anak cucu kita. Membuat peraturan tanpa ada solusi yang menyeluruh pastilah akan menjadikan usaha tersebut tidak optimal dan masih banyak orang yang akan secara sembunyi-sembunyi meracuni ikan dan menyetrum mereka. Tetapi kalau kesadaran masyarakat akan pentingnya ikan bagi generasi penerus dan kelestarian habitat air tawar (DAS = daerah aliran sungai), kalau banyak ikan, akan banyak organisma lain termasuk tumbuhan air dan predator alami ikan, lingsang (sejenis musang), burung pemakan ikan, bulus (labi-labi) dan DAS akan menjadi sehat. Memang tidak mudah tetapi itu adalah sebuah kemungkinan. Apakah ikan disekitar sungai anda masih lestari ? Kalau iya bersyukurlah dan tetap anda jaga bersama, kalau seperti yang saya alami, kita harus memulainya dengan diri sendiri dan memberi penyadaran kepada anak dan istri kita, terakhir campur tangan aparat dan pemerintah adalah menjadi penting kalau keadaan sudah darurat seperti itu.
Terima kasih.
Welcome to steemit. Great post.
Follow me on
https://steemit.com/@manashjyoti