ilustrasi
Beberapa hari lalu saya terserang gatal teramat sangat. Saya kira alergi ulat bulu, tapi tidak lukuep bekas bengkak. Gatalnya leuhoe, makin menjadi setelah digaruk. Ini terjadi setelah saya mengalami demam dua hari.
Mendingan dicampakkan mantan deh kayaknya. Dari pada nahan gatal sampe ke daging.
Setelah itu sembuh kami jalan-jalan kecil pada sore hari, happy yang berakhir dengan kelelahan. Mungkin bayi saya sedang kurang daya tahan tubuh, demamlah dia pada esoknya.
Setelah tiga hari demam dengan panas 38° paling tinggi. Esoknya ia terbangun dengan ruam diperut dan leher. Saya kira ini ruam biasa. Ternyata krumut kalau bahasa pada panas campak. Anak saya terkena campak.
Sejak badannya panas, ia sudah tak selera makan dan minum. Sepaketlah dia dengan dehidrasi ditambah muntah tapi anak saya masih saja ceria.
Hari itu juga saya bawa dia ke rumah sakit terakreditasi di poli anak. Hanya melihat merah-merah di kulit yang semakin menjadi. Tanpa periksa temperatur dan periksa darah. Dokter anak yang mengaku dosen ini menyimpulkan anak saya alergi. Pas saya tanya alergi apa, dia balik tanya ke saya, ada kasi makan apa ? Tentu dengan nada menyalahkan maknya.
Yang lebih mengejutkan saudara-saudara, dokter tsb (samaran), meresep CTM untuk anak saya. Segeralah saya pulang dengan linglung dan lemas. Kecewa rasanya.
Ibu hamil dan menyusui saja tidak disarankan minum ctm, agar bayi tidak terpapar. Aneh beut ni dokter.
Tanpa urai air mata, saya menggendong bayi saya menuju gerbang dan pesan grab. Menujulah saya ke rumah sakit khusus anak. Langsung masuk IGD.
Wawancara singkat dengan dokter jaga, lalu pasang infus di lengan munggilnya dan ambil sampel darah. Hanya setengah jam, hasil lab keluar. Anak saya sah terkena campak meski leukosit masih aman saja.
Anehnya, di negara kita tercinta ini, vaksin campak diberikan kepada bayi pada umur sembilan bulan. Nah anak saya masih umur tujuh bulan. Kenapa telat sekali diberikan. Apakah menunggu kesiapan tubuh? Tapi cacar umur anak sebulan sudah disuntik. Saya belum mengerti.
Anak saya tertular saat yang tidak tepat. Saudara-saudara juga harus waspada pada virus campak ini. Padahal kami jarang kontak dengan sosial akhir-akhir ini. Tapi memang virus ada di mana-mana. Banda aceh juga sedang mewabah virus campak dari sebulan yang lalu. Meskipun pasiennya di isolasi, tapi yang jaga pasien kan tidak.
Sayangnya bayi saya hatus menahan gatal seluruh tubuh. Anggota paling parah yang dia kucek adalah mata. Batuk yang tidak terhatahankan, sehingga masuk lendir ke paru. Virus ini juga menyerang lambung, sehingga anak diare bisa sampai sepuluh kali sehari.
Nah hati-hati dengan virus ini. Saya udah seminggu kurang tidur. Dan cemas virus ini akan balik lagi ke saya.
Sudah kami upvote..