Diary Of My Hijrah: "Tentang Kain yang Melekat pada Wajah Mungilku." .
.
Terkadang diri ini sakit.
Merangkak untuk berhijrah walau bertahap.
Memulai memakai cadar walaupun selang seling dengan masker. .
Tiba-tiba ada yang memandang sebelah mata.
Dengan ringan nya nyeletuk.
"Jangan mempermainkan cadar." .
.
Hanya karena diri ini yang tak mampu bersama cadar setiap waktu.
Hanya karena diri ini yang terkadang mengganti cadar dengan masker.
Sakit.
Sungguh sakit.
.
Sungguh,
Bukanlah kami ingin mempermainkan syari'at Nya.
Bukanlah kami ingin sebatas bergaya.
Bukan pula ingin terlihat alim di mata manusia.
.
Kami hanya mampu taat semampu kami.
Fatakullah mas tatho'tum.
Aku yakin Allah mengetahui niat yang terbesit di dalam hati hamba-Nya .
Innalaha 'alimun bidzatis shudur.
.
.
Seketika itu pula aku jawab.
"Jika kamu menyakini bahwa cadar itu Sunnah. Maka boleh untuk selang seling memakainya. Allah itu memudahkan, jadikanlah maskermu pelindung dari mata-mata liar para ajnabi sebagai mana fungsinya cadar. Sesuai kaidah fiqhiyyah; 'Sesuatu yang tidak dapat diraih seluruhnya, maka jangan tinggalkan seluruhnya.'
Justru yang memainkan cadar ialah ia yang gagal faham akan fungsi cadar.
Sebatas ingin tren, gaya-gayaan lalu di aplot ke sosmed tanpa rasa malu dengan cadar yang dikenakannya."
Hargailah proses hijrah seseorang.
Terkadang, semua itu tidak bisa cepat.
Berilah do'a dukungan agar ia semakin sempurna dalam hijrah nya.
Semakin istiqomah dalam hijrah nya.
Tahanlah ucapanmu jika itu hanya akan membuat ia goyah dan rapuh dalam hijrahnya.
Salam Ukhuwah Fillah.
Keep istiqomah wa hamasah.
Berani Syar'i tanpa Selfie.
Salam santri