Kisah ini diungkap oleh Prof. Ali Hasjmy pada saat ia diundang oleh Istana Negara untuk ikut dalam rombongan Presiden Soekarno ke Irian Barat (sekarang Papua), pada 30 April 1963. Sebelum menuju Irian barat, Presiden dan rombongan yang yang berangkat dari Jakarta singgah di Kota Makassar. Di sana telah menunggu Panglima Mandala, Mayjen. Soeharto (kelak menjadi Presiden RI yang ke-2 setelah mengkudeta Soekarno) bersama dengan beberapa pejabat sipil dan militer di Sulawesi.
Gubernur Ali Hasjmy dan Wakil Perdana Menteri I Mr. Hardi, ketika usai sidang DPRD tahun 1959, saat itu diberikan status Daerah Istimewa untuk Aceh. (Foto: 50 Tahun Aceh Membangun, 1995)
Maka bertambahlah jumlah rombongan yang kemudian berangkat menuju Ambon dengan dua buah pesawat Hercules. Dari Aceh, yang berangkat adalah A. Hasjmy—saat itu sebagai Gubernur DI. Aceh—bersama Panglima Iskandar Muda, Kol. M. Jasin, keduanya berada dalam satu pesawat dengan Presiden, para menteri, beberapa duta besar, para pejabat tinggi, perwira tinggi militer, beberapa seniman dan wartawan.
Sesampainya di Kota Ambon, A. Hasjmy sempat kaget dan agak risih karena oleh panitia penyambutan di Ambon ia ditempatkan satu kamar dengan D.N. Aidit, Ketua CC. PKI (Partai Komunis Indonesia),yang saat itu juga menjabat sebagai Menteri/Wakil Ketua MPRS. Berbeda sewaktu di Makassar, dan di Irian barat, di mana ia ditempatkan satu kamar bersama dengan Brigjen.Teuku Syarif Thayeb, Rektor Universitas Indonesia, yang juga berasal dari Aceh.
DN. Aidit, Ketua CC. PKI. Paska Peristiwa G30S 1965 ia dieksekusi tentara dari Angkatan Darat tanpa melalui proses pengadilan. (Foto: Biografi Ibraruri Putri Alam D.N. Aidit)
Agenda utama di Kota Ambon, selain rapat umum dan malam pertunjukan kesenian, Presiden Soekarno melakukan peresmian dengan peletakan "batu pertama" pembangunan Mesjid Jamik Kota Ambon. Setelah kegiatan seremonial itu, di depan ribuan rakyat Ambon yang hadir, Presiden Soekarno kemudian menyampaikan pidato tentang "Tahun Kemenangan", yaitu Kemenangan atas Pembebasan Irian Barat atau kembalinya Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia.
Tentang D.N. Aidit, menurut A. Hasjmy, Ketua CC. PKI itu memang sosok peramah dan simpatik. Ketika di tempat penginapan, ia berkisah bahwa keduanya terlibat dalam pembicaraan dengan topik bermacam-macam, kadang kala serius, kadang banyak yang santainya. Dalam kesempatan itu, D.N. Aidit sempat menghujam pertanyaan dengan nada mengecam perihal tentang penangkapan dan pemenjaraan terhadap Thaib Adamy, Sekretaris II CDB. PKI Aceh.
"Hanya Aceh saja yang berani menghukum pemimpin PKI." Ucap DN. Aidit.
"Bukan, Aceh belum pernah menghukum pemimpin PKI, hanya yang telah dihukum seorang warga negara yang melakukan tindak pidana, namanya Thaib Adamy, yang kebetulan saja seorang tokoh PKI", A. Hasjmy coba menjelaskan.
Thaib Adamy, Sekretaris II CDB. PKI Aceh (Foto: Atjeh Mendakwa, 1964)
Selanjutnya dari masalah Thaib Adamy, obrolan keduanya beralih ke masalah agama, di mana menurut penuturan A. Hasjmy, ternyata Aidit benar-benar seorang Atheis yang tidak percaya lagi dengan adanya Tuhan, seperti yang ia utarakan berikut:
"Siapa sih yang Pak Hasjmy sembah tadi?" Tanya Aidit, maksutnya shalat Magrib dan Isya yang dilakukan A. Hasjmy sebelum mereka terlibat pembicaraan.
"Allah, Tuhan saya dan Tuhan Bung Aidit." Jawab A. Hasjmy dengan serius.
Aidit kemudian menimpali, "Saya tidak pernah merasa adanya Tuhan.”
Waktu itu dengan cepat A. Hasjmy mengingatkan tentang kejadian Aidit tersandung di Lapangan Terbang Ambon setelah mereka baru turun dari pesawat, Aidit berucap, “Ya Allah!”
Kali ini A. Hasjmy yang balik menodong Aidit dengan pertanyaan, "Jadi siapakah Allah yang Bung Aidit panggil waktu Bung tersandung di lapangan terbang tadi?"
"Itu karena kebiasaan waktu saya masih kecil, tinggal bersama Ayah dan Ibu yang taat beragama Islam di Bangka." Jawab Aidit dengan enteng.
"Oo, begitu...?!" Dibalas A. Hasjmy dengan nada agak sinis dan pembicaraan pun beralih ke masalah lain sampai akhirnya mereka tertidur karena kelelahan.
Kisah ini diungkapkan Prof. Ali Hasjmy dalam otobografinya, Semangat Merdeka: 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan Dan Perjuangan Kemerdekaan, Penerbit Bulan Bintang 1985.
By: @akukamaruzzaman
Wah, tulisan yg bagus, menambah pengetahuan saya tentang sejarah. Fotonya jg menarik
Terimaksaih @hananan sudah mau membaca dan upvote. Salam kenal :)
Salam kenal, sama2 😁 tulisan informatif & bagus memang seharusnya diupvote
Menarik. Terima kasih sudah berbagi sepotong atobiografi Prof Ali Hasjmy...
Sama-sama @dylexicmom, semoga bermanfaat.
Mantaap... Kajeulaih, adak berangkadum atheis, watee meu seupet tetap ingat keu Tuhan. Hehehe
Kalheuh lon follow dan upvote, beh...
Betul bang, itu naluri manusia, jiwanya tetap berTuhan walau ia menganggap dirinya atheis. terimaksih sudah berkunjung ke blog saya :D
Yo-i...
Ternyata atheis itu hanya sebuah ucapan. Bahkan bagi Aidit... #keren
Bahkan seorang "tuhan" seperti Fir`aun akhirnya tetap membutuhkan Tuhan pada akhir hayatnya, walau katanya telat.