Setiap tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Kehadiran Pancasila adalah untuk ideologi dasar negara. Ada 5 sila padanya dengan ragam filosofi juga tafsir. Tentu tak cukup ruang di sini jika harus diulas utuh satu per satu.
Negara memperingati ideologinya dengan memberikan hari libur untuk warganya. Sekaligus dirayakan dengan macam pendekatan. Di tengah gegep gempita perayaannya, saya ingin melihat sisi duka Pancasila di masa sekarang sembari bernostalgia dengan Pancasila di hati yang luka.
Nun jauh di masa lampau, Aceh yang berkecamuk konflik pernah berurusan serius dengan Pancasila. Lambang garuda dengan sila-sila di dadanya menentukan hidup mati seorang Aceh. Selembar itu adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang khusus dan limited edition.
Di masa konflik, KTP orang Aceh bentuknya beda dengan daerah-daerah lain. Bila KTP pada umumnya berwarna kuning masa itu dengan ukuran ATM sekarang, maka Aceh berbentuk dua kali lipat dari itu dengan tata bentuk size 1:1 yang dilipat dua.
Pada KTP orang Aceh yang besar, berwarna bendera; merah putih. Ada lambang Pancasila di sebelah kanan, dan termaktub setiap sila di bagian kirinya.
Dahulu, KTP merah putih berpancasila tak ubahnya karcis yang menentukan hidup atau mati. Seorang Aceh, akan diperiksa oleh aparat negara, bila ia tidak punya KTP tersebut maka dengan serta merta akan dituduh GAM, tak peduli benar atau bukan.
Pun begitu, ber-KTP saja tidak cukup, saat diperiksa biasanya KTP akan dipegang oleh aparat dan seorang Aceh disuruh sebut dan hafal Pancasila. Jika tidak bisa, hanya ada dua kemungkinan; jika beruntung tidak di door, maka sudah pasti sepatu maupun gagang senapan melayang ke seluruh tubuh.
Atas nama konflik, di hadapan oknum aparat yang tak bertanggungjawab, Pancasila tak ubahnya alarm nahas dan maut. Pancasila yang dalam tafsir negara harusnya menjadi titik simpul kedamaian dan pedoman, berubah menjadi kesengsaraan. Nostalgia di masa lalu, bagi orang Aceh adalah cermin dimensi, bagaimana Pancasila di hati yang luka.
Lantas bagaimana dengan Pancasila di hati yang duka? Hari-hari terakhir ini, Nusantara sedang dihebohkan dengan polemik gaji ketua dan anggota dewan Badan Ideologi Pembinaan Pancasila (BPIP) yang menyentuh angka di atas seratus juta ke atas. Publik menilai angka tersebut terlampau tinggi.
Sekalipun ada benarnya, satu hal lain juga patut direnungkan, orang-orang di dalam BPIP sebagiannya ialah intelektual. Atas nama intelektual, harusnya bangsa ini menaruh simpati berlebih, dimana intelektualitas patut dihargai mahal. Sayang, kita sering menggugat orang-orang yang berilmu manakala mereka disepelekan dan tak dihargai. Namun, seakan mendadak lupa ketika diapresiasi tinggi.
Sekalipun saya memahami, publik marah lantaran sang Ketua Pengarah BPIP ialah Ketumnya pak presiden. Dan satu dua orang di dalam anggota itu dinilai mengandung unsur politis. Entahlah.
Maka penting, Pancasila bergerak menuju hati yang suka. Dengan apa? Salah satu contohnya adalah diperingati dengan video kreatif, meme-meme aduhai juga desain semacam banner yang disatukan dengan foto seorang individu dengan ragam ucapan guna memperingati hari Pancasila, yang di upload ke media sosial.
Di Twitter misalnya, perang #hastag bertemakan Pancasila juga terlihat kreatif. Beberapa pendekatan yang sudah disebutkan barusan patut diapresiasi, ia berfungsi sebagai medium baru yang lebih fresh. Dengan begitu, para milenial dapat dengan mudah memahami. Sekaligus enjoy diterima. Hal-hal semacam itu merupakan alternatif dari pada cara konvensional, semacam seminar dengan copy-an makalah dan istilah-istilah yang tidak semua orang mudah mengerti.
Dengan adanya pendekatan yang lebih fresh, rasa-rasanya judul berita di CNN kemarin malam "Mengenalkan Pancasila di Lini Masa" terbilang berhasil. Orang-orang, terutama anak muda zaman now larut dalam nasionalisme versi mereka dengan tetap berpegang teguh pada dasar dan ideologi yang ada.
Wajah Pancasila yang garang dan terkesan kaku itu, di era revolusi 4.0 berhasil tampil dengan lebih kekinian. Maka boleh dibilang, dalam tataran positif thinking, Pancasila mampu menyesuaikan dirinya dengan gerak zaman. Untuk itu, Pancasila di hati yang suka, benar adanya.
Selamat hari pancasila.. Patut dikasih jempol 👍
Terimakasih.
Beda memang ulasan kuli tinta. Meu gok gok tuot bak tabaca..
Layaknya boh rom-rom. Bedanya isi saja, bukan gula aren tapi oli broek. Haha
Karena begitu sakralny KTP merah putih, saya yakin masih banyak yang menyimpannya, atau banyak yang sudah membuangnya karena itu mengingatkannya pada satu episode sejarah yang kelam.. saya termasuk yang memilih untuk menyimpannya. Saya sendiri termasuk yang suka pada pancasila dengan satu alasan, dia lahir pada bulan yang sama dengan saya :D
Haha, oeh selain anak ayah dan emang, saudari @rayfa ini anak Pancasila juga ternyata. Wkwk
Ulasan yang berbobot, dengan membaca postingan ini membuat saya tahu sejarah KTP penduduk kota Serambi mekah.
Selamat hari Pancasila untuk semuanya!
Hai ambasador Indonesia for Taiwan. Wkwk
Terimakasih sudah mampir. Yaps, KTP merah putih mungkin tak akan pernah terlupakan bagi orang Aceh. Selamat hari Pancasila juga.
Bah,,..sejak kapan saya menyandang gelar macam itu Bang? wkwkwkkk
Pake Ambassador Indonesia untuk Taiwan..😅😅
Haha. Sejak hari ini aja ya diresmikan. Saya yang ketuk palu tiga kali, tok.. tok.. tok.
👌