Hasan Tiro Perjuangan Kemerdekaan Aceh./ Hasan Tiro in the struggle for Aceh's independence

in #history7 years ago (edited)

source imag

Paduka Yang Mulia Wali Negara Aceh, Tengku Hasan Muhammad di Tiro, telah lama meninggal. Seorang Lelaki yang sangat tangguh, kelahiran 25 September 1925 itu kembali ke Ilahi pada 3 Juni 2010 pada usia 84 tahun. Namun sebagai seorang yang sangat luar biasa, ia telah menanamkan satu hal kepada Bangsa Aceh. Yaitu rasa cintaan kepada Aceh dan rasa sadar atas status bangsa negara aceh.

Hasan Tiro adalah Bapak bagi Bangsa Aceh yang telah mengembalikan kehormatan dan martabat bangsa Aceh kepada tempat yang sebenarnya. Walau pun ia kerap difitnah dengan berbagai cara, namun lelaki yang telah mengembalikan Acehisme (martabat aceh) itu, tetap istiqamah dengan tujuannya yang mulia.

Ia bukan (si puntong meurumpok jaroe) bukan orang puntung tangan mendapatkan tangan baru. Bukan pula seorang bisnismen yang dicitrakan rakus oleh beberapa kalangan yang kontra—tujuannya untuk meredam dukungan rakyat Aceh kepada GAM (gerakan aceh merdeka).

Lahir di Pidie, Hasan di Tiro berasal dari keluarga kalangan terpandang. Memiliki pendidikan tinggi serta hidup nyaman di Amerika dengan istrinya yang sangat cantik dan anaknya, Karim Tiro.

Tentu ini bukan pilihan yang tanpa kalkulasi. Bahkan bagi sebagian orang, pilihan Hasan Tiro adalah sebuah pilihan kegilaan. Meninggalkan kehidupan mewah serta anak dan istri tercinta bukan sebuah keputusan rasional bagi orang yang merasa dirinya normal.
Namun Hasan Tiro telah membuat pilihan itu. Ibunda Dora dan abang Karim, tentu adalah pihak yang paling menderita atas sikap Hasan, selain Hasan sendiri. Keluarga kecil ini disiksa duka yang maha dahsyat dengan pihan Hasan Tiro untuk membela aceh merdeka.

quoteHis Excellency The Mayor of Aceh, Tengku Hasan Muhammad at Tiro, has long since died. A very tough man, born 25 September 1925 it returned to the Divine on June 3, 2010 at the age of 84 years. But as an extraordinary person, he has planted one thing to the Acehnese. That is a love for Aceh and a sense of awareness of the status of the nation of aceh country

Hasan Tiro is the father to the Acehnese who have restored the honor and dignity of the Acehnese people to the true place. Although he is often slandered in various ways, but the man who has returned Acehisme (dignity aceh) it, still istiqamah with noble purpose.

He is not (the puntong meurumpok jaroe) not the hand stuck hands get new hands. Nor is a businessman vigorously imitated by some of its counter-objectives to dampen the support of the Aceh people to GAM (the free Aceh movement).

Born in Pidie, Hasan di Tiro comes from a prominent family. Having a college education and living comfortably in America with his beautiful wife and son, Karim Tiro.

Of course this is not a non-calculating option. Even for some people, Hasan Tiro's choice is a choice of madness. Leaving a life of luxury and beloved child and wife is not a rational decision for a person who feels normal.
But Hasan Tiro has made that choice. Dora's mother and brother Karim were certainly the ones who suffered most from Hasan's attitude, other than Hasan himself. This little family was tortured by a tremendous grief with Hasan Tiro's pity to defend aceh's independence.


Gagasan untuk memerdekakan Aceh dari Indonesia bukanlah sebuah pemikiran yang lahir tanpa konsep yang matang.
Selain melanjutkan pelurusan sejarah yang telah dibelokkan oleh sekelompok “sejarawan” sehingga mengakibatkan rakyat Aceh tidak lagi mengenal jati dirinya, Hasan Tiro juga telah terlalu banyak berperang gagasan tentang Indonesia masa depan dan penjajahan bangsa Aceh.

Pada akhirnya Hasan Tiro pun dibuang. Visanya dicabut oleh Pemerintah Indonesia. Ini tentu adalah sebuah penghinaan atas sebuah gagasan yang bertujuan untuk mewujudkan Indonesia yang hebat di masa depan.

Mari kita menyimak lebih dalam, di balik ide mengembalikan kemerdekaan Aceh dari Indonesia, Hasan di Tiro punya tiga tujuan yang sangat besar. Pertama terwujudnya rakyat Aceh yang sejahtera, rakyat Aceh yang berpendidikan dan Syaria'at Islam yang membumi di Serambi Mekkah. Tiga gagasan besar itu kemudian diejawantahkan dalam berbagai strategi politik.

"Tidak ada kenduri besar yang tidak membuat satu dua piring pecah.
Begitu juga sebuah perjuangan, tidak ada revolusi yang tidak memakan korban.
Demikian pula dengan perjuangannya Hasan di Tiro. Perang politik dan senjata yang berlarut-larut karena perseteruan dengan Jawa (Indonesia-red) telah memakan banyak korban. Baik korban harta, nyawa maupun perasaan".

quoteThe idea of ​​liberating Aceh from Indonesia is not a thought born without a mature concept.
In addition to continuing the alignment of history that has been diverted by a group of "historians" that resulted in the Acehnese people no longer knowing his true identity, Hasan Tiro has also fought too many ideas about Indonesia's future and the occupation of the Acehnese nation.

In the end Hasan Tiro was discarded. His visa was revoked by the Government of Indonesia. This is certainly an insult to an idea that aims to create a great Indonesia in the future.

Let's take a deeper look, behind the idea of ​​restoring Aceh's independence from Indonesia, Hasan di Tiro has three very big goals. First the realization of the prosperous Acehnese people, the Acehnese who are educated and Syariah & apos; the Islam that is grounded in the Veranda of Mecca. The three great ideas were then embodied in various political strategies.

"There is not a big threshold that does not make one or two dishes break.
So is a struggle, no revolution that does not take its toll.
Similarly, the struggle of Hasan di Tiro. The political war and the protracted weapons of enmity with Java (Indonesia-red) have taken many victims. Both victims of wealth, life and feelings ".


Hingga akhirnya Gerakan Aceh Merdeka—setelah musibah tsunami pada tanggal 26 Desember 2004—melakukan negosiasi ulang yang menghasilkan Memorandum of Understanding (MoU) di Helsinki pada tanggal 16 Agustus 2005.
Perjanjian damai itu telah mengakhiri perseteruan antara Aceh dan Jakarta dalam perihal konflik identitas.

Aceh telah pun merdeka dalam bingkai NKRI. Cita-cita Hasan di Tiro untuk membentuk state baru tentu tidak tercapai.
Namun kesepakatan damai merupakan sebuah anugerah yang luar biasa. Saat mereka berdamai, Aceh dalam kondisi sangat terpuruk. Melanjutkan perang, berarti GAM tak punya hati. Tujuannya bisa diterjemahkan absurd. Namun GAM memilih berdamai, tidak ada yang kalah dan menang, dalam perperangan antara Aceh dengan Indonesia.
Undang Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh pun diberikan.
Namun sayangnya, perjanjian tersebut sampai hari ini belum di berikan sepenuhnya oleh Jakarta kepada Aceh, seperti perjanjian lambang dan bendera Aceh.
Memberikan beberapa keistimewaan baru kepada Aceh.
Kucuran dana melimpah pun diberikan. Dengan harapan, Aceh mampu bangkit mengejar ketertinggalan serta mandiri dengan apa yang telah dan akan dimiliki.

Akan tetapi faktanya, rakyat Aceh tidak sepenuhnya mendapatkan hak mereka sesuai dengan perjanjian MOU Helsinky di Finlandia.
Bangsa aceh terus terpuruk, kemiskinan dan pengangguran terus meningkat, meski lapangan kerja di buka di Aceh, sayangnya yang mengisi lowongan kerja di Aceh banyak mereka yang berasal dari luar aceh.
Rakyat aceh terus menjadi penonton di negerinya sendiri.

Semoga apa yang telah di perjungkan oleh TGK Hasan Tiro tidak sia-sia, dapat kita capai sepenuhnya cita-cita bangsa Aceh atas status dan harga diri yang hakiki sebuah bangsa.

"Kita boleh berbeda-beda suku dan bangsa, namun kita punya status sosial yang sama di dunia ini.
Kami punya hak atas tanah kami sendiri untuk menjadi tuan, tanpa harus datang orang lain untuk menguasai tanah kami."

quoteUntil finally the Free Aceh Movement-after the tsunami on 26 December 2004-renegotiated the Memorandum of Understanding (MoU) in Helsinki on 16 August 2005.
The peace agreement has ended the feud between Aceh and Jakarta in terms of identity conflicts.

Aceh has also become independent in the framework of NKRI. Hasan's goal at Tiro to form a new state is certainly not achieved.
But a peace deal is a wonderful gift. When they reconcile, Aceh is in a very bad condition. Continuing the war means GAM has no heart. The goal can be rendered absurd. Yet GAM chose peace, nothing to lose and win, in the struggle between Aceh and Indonesia.
Law Number 11 Year 2006 on Aceh Government was given.
Unfortunately, the agreement has yet to be fully granted by Jakarta to Aceh, such as the symbol agreement and the Aceh flag.
Provide some new features to Aceh.
Widespread funds were given. Hopefully, Aceh is able to rise to catch up and be independent with what it has and will have.

In fact, however, the Acehnese did not fully get their rights in accordance with the Helsinki MOU MOU agreement.
Aceh nation continues to collapse, poverty and unemployment continue to increase, even though employment in open in Aceh, unfortunately, those who fill the job vacancy in Aceh are many who come from outside Aceh.
The aceh people continue to be spectators in their own country.

Hopefully what has been expressed by TGK Hasan Tiro is not in vain, we can fully achieve the ideals of the Acehnese people for the status and dignity of the essence of a nation.

"We may different tribes and nations, but we have the same social status in this world
We have the right to our own land to become masters, without having to come to others to take control of our land ".

follow me @sarjana

Sort:  

I really appreciate your writing
I am grateful to you with this posts, we must write always about the identity of Aceh. Greeting me respectfully for u

yes, thanks for your response.
but in this paper I really expect the voice of the aceh curator, in order to increase the spirit of my writing. @ades

Aceh does not have a curator yet, we keep writing with the support of friends, hopefully, fore we have a curator for user Steemit Aceh.
hopefully, you can be patient in this case
Thanks so much...friends

yes brother, I really understand.
I write this not just want to get rewards only.
However, I wrote about aceh on the basis of my love for my homeland as well.
I really hope for your support.
regards to my senior from my beginner

please follow me too so i can get many inputs from @ades

Tulisan yang sangat bagus sekali.
Saya menyukainya.
Terus berkarir dalam tulisan mu.
Kami mendukung mu.

This post has received a 1.12 % upvote from @booster thanks to: @sarjana.

Very good post

Perjuangan tinggai cuma kenangan sama sama ta pejuang aceh beu aman jaya lagee massa iskandar muda