Situs Watu Tugu dan Catatan Pengelana Kekaisaran China

in #history7 years ago (edited)

Wilayah Semarang jika dirunut dengan luasannya sekarang, hampir 30% wilayahnya di masa lalu hanyalah sebuah daerah yang terbentuk dari pulau-pulau kecil di sebuah daratan rawa. Adapun daerah pemukiman tertua dengan sebutan Bukit Pragota. Menurut catatan Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Jawa Tengah, pada abad ke 8 Masehi, kawasan Bukit Pragota ini telah tercatat dalam wilayah kekuasaan Mataram Kuno. Daerah ini kini lebih dikenal sebagai bukit Bergota, dimana terletak areal pemakaman terluas di Kota Semarang.

IMG_20150203_053707.jpg

Bicara soal tinggalan peradaban, utamanya di masa klasik, yang berarti pada masa kerajaan Hindu maupun Buddha di Semarang, yang merupakan tanda peradaban mula-mula di kawasan Nusantara ini. Situs yang "agak terancam" dengan aktivitas galian C yang berada di sebelahnya ini (Pemkot Semarang tolong tindakan nyatanya!) Besar kemungkinan karena memang Kota Semarang ini, dinilai tidak memiliki nilai strategis atau mungkin belum merupakan sebuah kota, masih berupa kawasan pemukiman-pemukiman kecil. Ini tidak seperti kota di kawasan pesisir lainnya katakanlah Lasem, Tuban, Gresik, dan sebagainya yang memang telah memiliki peranan penting pada masa kerajaan Hindu-Buddha.

IMG_0400.JPG

Namun, penemuan situs Tugu oleh sejarawan Belanda, J. Knebel, pada tahun 1938 agaknya membuat beberapa orang berhipotesa bahwa pada masanya Semarang sudah memiliki peranan penting. Situs Watu Tugu yang terletak di Tugurejo, Kecamatan Tugu, ini ditengarai adalah sebuah penanda akan batas antara kerajaan Majapahit dan Pajajaran. Namun ada pula versi lain tentang Situs Watu tugu ini sebagaimana yang diceritakan oleh Groeneveldt dalam bukunya yang berjudul Nusantara dalam Catatan Tionghoa tahun 1880. Ditulis dalam buku itu yang bersumber dari catatan utusan Kekaisaran China bahwa pegunungan di Distrik Lang-Bi-Ya, Raja Ho-ling sering memandangi lautan. Pada musim panas sebuah gnomon (tiang penunjuk waktu jam matahari) setinggi 8 kaki atau 2,4 meter didirikan maka bayangannya pada siang hari akan berada di sisi selatan dan memiliki panjang 2 kaki 4 inchi atau sekitar 70 cm. Tri Subekso, seorang arkeolog dari Semarang menengarai bahwa yang dimaksud dalam catatan tersebut adalah Situs Watu Tugu. “Letak dari Situs Watu Tugu yang berada di perbukitan dan di utara langsung menghadap ke Laut Jawa persis dengan apa yang dicirikan dari catatan tersebut” ujar pria yang juga sebagai penggiat kesenian Gambang Semarang ini. “Selain letaknya yang sangat dekat dengan apa yang ditulis, karena tidak ada situs klasik di Jawa bagian utara yang mirip dengan tulisan tersebut, dilihat dari ketinggian Gnomon yang dimaksud, mendekatkan situs ini pada hipotesa tadi”, tambahnya.

IMG_5352.JPG

Situs Watu Tugu sendiri hanyalah sebuah batu berbentuk stupa yang menjulang setinggi 4 meter di puncak sebuah bukit di tepi jalan Raya Semarang-Kendal KM 11. Situs ini terletak di bukit dengan ketinggian kurang lebih 30 meter. Nah untuk mencapainya harus mendaki tangga yang lumayan curam. Namun perlu sesampai disana diingat, jangan terkecoh apabila berkunjung ke Situs Watu Tugu dan menemukan candi di sebelah stupa ini, karena sebenarnya candi itu tidak asli, dibangun oleh seorang pengusaha Semarang di tahun 1980-an, yang justru menurut saya malah merusak otentisitas Situs Watu Tugu.

IMG_0402.JPG

Terimakasih untuk dukungannya, Komunitas Steemit Indonesia, juga kepada para Kurator Indonesia yakni @aiqabrago dan @levycore

Salam Komunitas Steemit Indonesia!

Sort:  

Informasi yang sangat detail dan sangat membantu teman jadi lebih tau tentang kota semarang, good job bro.

Terimakasih bung @riezky kalo ada waktu mampir semarang berkabar ya ;)

Halo @yogifajri, apa kabar? Sekarang waktu yang tepat untuk upvote.. :^)

Baik bung @puncakbukit , salam kenal! :)