Kalau ditanya mengenai bagaimana perkembangan pers di Indonesia mungkin saya akan menggelengkan kepala. Saya masih banyak belajar soal ini. Karena rasa penasaran yang tinggi, saya berkunjung ke sebuah bangunan bersejarah yang kebetulan letaknya berada di kota tempat saya menempuh pendidikan di Jalan Gajah Mada, Surakarta, Jawa Tengah.
Siang itu, tidak terlalu banyak pengunjung yang datang ke Monumen Pers Nasional -- bangunan tersebut disebut. Begitu saya masuk ke dalam, mata saya langsung tertuju pada dinding ruangan. Bagaimana tidak, karena di sana terpajang dengan rapi media massa yang terbit pada era sebelum kemerdekaan, masa orde lama, orde baru hingga masa kini. Semakin banyak membaca surat kabar, majalah, dan koran yang disediakan, saya semakin sadar bahwa saya tak memiliki ilmu apa-apa.
Dinding Monumen
Bagian dalam Monumen
Ada satu majalah yang menarik perhatian saya, yang bernama TJAJA HINDIA. Konon, majalah ini adalah salah satu majalah tertua di Indonesia yang terbit pada tahun 1913. Melihat warna kertasnya yang tak lagi putih mengingatkan saya tentang koleksi buku-buku di rumah. "Saya harus merawatnya dengan baik, barangkali kelak bisa menjadi buku-buku bersejarah," batin saya.
Majalah TJAJA HINDIA
Kabarnya, ada lebih dari satu juta koleksi media massa di seluruh Indonesia yang disimpan rapi di monumen ini, yang menjadi saksi bagaimana pers sangat berperan penting bagi bangsa Indonesia. Di sudut lain bangunan juga diletakkan patung-patung pendiri dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) seperti gambar berikut ini.
Tokoh Perintis PWI
Selain itu, disediakan pula fasilitas lain seperti perpustakaan, free wifi, dan ruang koran digital, yang akan memudahkan dalam mengakses koran atau majalah lama dalam bentuk digital yang dicetak di seluruh Indonesia.
Koleksi Monumen Pers Nasional
Berkunjung ke monumen ini telah menambah pengetahuan saya tentang pers di Indonesia. Ah, saya jadi membayangkan apa jadinya negeri ini tanpa adanya kebebasan pers?
"Pers Nasional Indonesia mempunyai sejarah perjuangan dan peranan penting dalam melaksanakan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila," Keputusan Presiden Soeharto pada 23 Januari 1985.
Nah, apakah tertarik untuk kesini? Selamat berkunjung.
Salam hangat, @yulimia
Congratulations @yulimia! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Perpustakan daerah tumbuh dan berkembang di setiap ibukota provinsi , namun sayang tidak begitu antusias anak muda jaman sekarang dalam minat membaca.
Semoga gemar membaca dapat tumbuh ke anak cucu kita.
Postingan yang bermanfaat
Aamin pak. Mungkin bisa dicoba dengan membuat perpustakaan mini di rumah pak.
Thanks for your work as well! Followed @yulimia
I like your post. @yulimia I have followed you
Thanks @deepweeb
Postingan yang bagus, menambah wawasan tentang bagaimana kebebasan pers di indonesia dari masa ke masa.
Mantap mbak @yulimia
Terimakasih apresiasinya @zuktaroky ayo mampir ke Solo dan berkunjung ke monumen ini
Di era digital saat ini, surat kabar seperti koran sudah banyak yang meninggalkannya. Orang lebih senang membawa smartphone yang di dalamnya terinstall koran-koran digital.🤗
Ditinggalkan boleh, tapi dilupakan jangan hehe. Jangan lupa ajak si kecil ke sini kalau sudah lahir
Sepertinya koran akan segera ditinggalkan krn sudah tergantikan dengan digital... namun patut untuk terus dipelajari krn kualitas dari media jaman dulu mgkn jauh lebih baik drpd saat ini, walau teknologi sudah membantu.
Benar sekali mba @mariskalubis. Salam kenal mba. Saya salah satu penggemar tulisannya mba @mariskalubis hehe.
Kalau jadi wartawAn harus berani jalan dan harus peka terhadap semua masalah dan siap capek harus tepat waktu maka akan berhasil