Siang itu, pada saat setelah menikmati makan siang bersama seorang kenalan di kantin Pura Agung Jagat Karana Surabaya, saya melihat sosok seorang pria sepuh yang berdiri didepan sebuah bangunan rumah yang terletak di samping bangunan utama Pura.
Tatapan pria itu tajam, mimik wajahnya terlihat serius walaupun saya melihat dari kejauhan akan tetapi masih terlihat jelas. Tiba-tiba dia mengayunkan tangannya berkali-kali kepada saya, akan tetapi tidak saya tanggapi langsung karena mengira ia sedang memanggil orang lain. Ternyata ayunan tangannya masih berlangsung dan baru tersadar bahwa ia sedang memanggil saya.
Singkat cerita, segera saya dekati beliau yang kebetulan memang sedang mencari ojek dan ternyata ojek langganannya sedang libur. Pada awalnya saya enggan menerima orderannya, dan menolaknya dengan halus kalau saya juga sedang mendapatkan orderan. Cuma setelah melihat raut wajahnya yang kecewa atas penolakannya, saya meminta waktu berpikir sebentar dan kemudian saya memutuskan menerima orderannya dan beliau mau memberikan ongkos sebesar dua puluh Rupiah untuk tujuan ke rumahnya. Setelah itu beliau meminta ijin sebentar untuk berganti baju dan mengambil barang bawaannya yang ada di gedung itu.
Tak lama saya perlu menunggu dan ia berkata,"Saya sebetulnya masih sehat dan bisa naik motor sendiri, cuma ya begitu saya mau memperpanjang SIM sama polisi nggak dikasih karena usia saya sudah 95 tahun.". Mendengar perkataannya tersebut saya agak terkejut karena ternyata beliau sudah berusia sembilan puluh lima tahun, padahal beliau masih terlihat segar bugar.
Segera saya bonceng dan antarkan beliau ke rumahnya yang berada di daerah Bratang, Surabaya. Sesampai di sana saya mendapatkan petuah singkat bahwa sebagai manusia diharuskan sadar diri dan ikut patuhi aturan agama. Niscaya berkah akan datang menghampiri dalam kehidupan kita. Begitulah pengalaman singkat saya yang luar biasa karena bisa membonceng dan mengantarkan seorang Bedande yang dihormati dan penuh kebijakan. (hpx)