Karena yang rutin adalah kafein, mestinya segala pahit hidup kau cecap dengan riang gembira, dan keluhan-keluhan cengeng seorang yang gampang putus asa tak pernah mengemuka. Hari-hari akan berjalan lempang sebagaimana adanya. Cerah mendung tak perlu jadi soal, dan kau tetap beranjak dari tempat tidur mengiring terbit matahari. Pada saat yang sama, ketika nguap terakhir baru saja usai dan selimut telah tersibak sempurna, kau kembali ingat percakapan dengan seorang tua berlagak gembel yang pernah kau bayari kopi suatu kali waktu yang entah.
"Tepat ketika kau selesai mengucap akad, urusanmu setelahnya bukan hanya perkara bertaut kelamin. Yang harus kau ingat, ekstase yang kau capai pada saat orgasme kelamin tidak pernah setingkat maqamnya dengan ekstase dalam benak saat kau melihat istri dan anak tersenyum lepas di ambang pintu ketika kau pulang bekerja. Kau mengerti yang kubicarakan ini?" Si gembel tua bertanya dalam ceramahnya.
"Kau mau bilang menikah bukan sekadar urusan seks saja, kan?” jawabku balik bertanya.
"Benar. Mengucap akad itu sama artinya dengan bertekad untuk mewakafkan diri pada bagaimana orang lain. Tidak hanya sekadar pasanganmu saja, anakmu juga, keluarga istrimu juga, tetangga, dan bahkan para tetangga sekampung, sekota, dan lain sebagainya," petuah si gembel tua berlanjut.
"Apakah kau sudah menunaikan itu semua?"
"Orang macam aku mana sanggup dengan semua itu," jawabnya setengah berteriak.
Aku tertawa mendengarnya. Si gembel tua menggerutu sendiri. Ia mendongkol, mungkin ia tak menyangka petuahnya padaku yang panjang lebar itu seketika balik tertuju padanya sendiri. Untuk meredakan kedongkolannya, kusodorkan sebatang rokok padanya. Si gembel menyambutnya dengan sigap dan dengan sigap pula aku memantik api ketika rokok itu telah terselip di bibirnya.
Lantas kau beranjak dari tempat tidur dengan terburu-buru. Kantong kemihmu penuh. Tak lama setelahnya terdengar kucuran dari dalam kloset, kau mengedan beberapa saat hingga kucuran itu berubah jadi semacam kran air yang tersendat-sendat. Kemudian berlanjut dengan guyur air ke tubuh, odol dan sikat gigi, handuk, celana dalam, jeans dan kaos dari dalam lemari, sisir, cermin, kunci, derit pintu pagar, dan jalanan sama yang kau lalui setiap hari kerja.
Sebab yang pertama mengawali segala kerjamu selama ini adalah asupan kafein. Maka kini kau meringkuk di kedai kopi langganan. Kedai kopi yang hiruk pikuknya sama seperti pasar ikan dan kau menikmatinya dengan ketenangan batu karang yang bergeming meski ombak menerjangnya tanpa henti. Tapi sungguh, kafeinnya kopinya punya efek yang khas; sesuatu di otak-otakmu akan berdenyar-denyar, ada banyak ide kemudian menggelepar, adalah ihwal kenapa kau selalu bersikukuh di sini. Terlebih lagi si gembel tua dengan petuahnya benar-benar membuatmu merindukannya saat ini.
Sampai di sini, kau tersadar bahwa petuah dari seseorang yang telah banyak makan asam garam adalah cafein dalam bentuk lain. Dan kau butuh itu untuk sesuatu yang barangkali pelik kau hadapi seorang diri.
!hiqvote
Congratulations @bookrak! You have completed the following achievement on the Hive blockchain And have been rewarded with New badge(s)
Your next target is to reach 30000 upvotes.
You can view your badges on your board and compare yourself to others in the Ranking
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Check out our last posts:
@happyphoenix, the HiQ Smart Bot has recognized your request (1/2) and will start the voting trail.
In addition, @bookrak gets !PIZZA from @hiq.redaktion.
Discord. And don't forget to vote HiQs fucking Witness! 😻For further questions, check out https://hiq-hive.com or join our