Tidak terasa Ramadhan sudah tiba di pertengahan. Walaupun kondisi nya sedikit mengkhawatirkan, namun bisa kita lalui dengan penuh kesabaran. Setelah beberapa bulan kita dihantui oleh wabah Corona yang merebak cepat, musibah lain ikut menghampiri.
Dari keluarga yang masih tinggal dan menetap di Banda Aceh, saya dapat kabar kalau sudah beberapa hari ini hujan deras di Banda dan sekitarnya. Sehingga air naik dan mengakibatkan banjir hampir di seluruh kota Banda Aceh.
Teringat, saat saya masih tinggal di perumnas jeulingke, sekitar tahun 2000 -an, kami juga mengalami musibah banjir. Setelah hujan tanpa henti selama dua hari, air berangsur-angsur naik sampai sepinggang. Sebagian tetangga terpaksa mengungsi di lapangan tembak kompleks Brimob, yang daerahnya lebih tinggi di banding tempat lain. Tapi, kami sekeluarga memilih pulang ke rumah nenek, di Indrapuri. Karena tidak mungkin bertahan tanpa makan dan minum, sedangkan air semakin banyak.
Sangat menyedihkan saat itu. Punya uang tapi tak ada yang bisa di beli, karena semua mengalami nasib yang sama. Punya mobil tapi tak bisa digunakan. Karena jalanan tertutupi air sebatas dada orang dewasa.
Dan sekarang pun, keluarga dan teman-teman saya yang masih di Banda, mengalami lagi musibah banjir ini.
Saat-saat seperti ini, hanya berdoa yang bisa kita lakukan. Semoga banjir ini membawa manfaat, membersihkan semua kotoran, dan memberi dampak yang menguntungkan. Dan hanya bisa berharap semoga musibah ini cepat berlalu sehingga Ramadhan bisa kita jalani dengan penuh kenyamanan.