DAWN
In a village, on the slopes of a mountain
he imagined heaven was a dawn
which ger closer
expelling shadows
sow dimly
little flare
to banana shoots,
tea, stretcher,
also rocks
along the way.
At that time, the arena was deserted
because the old play was over
and the new story is not fully staged.
At that time, the stage was not noisy
only one two people,
one two bat,
maybe also one two ghosts,
walk, float, go home.
At that moment, the expanse was only vague
the voices do not cut each other
the color of the sky is not blinding
and a sharp flare stabbed.
In a village, at the foot of a mountain
he felt heaven was a dawn
a curtain covering the arena
an expanse that is still covered by the screen
a stage without a performance
lonely, quiet, lonely.
He knew that soon heaven would be dissolved
when the screen was removed
and the sun crawling
enter between the crackle and banana gap
and once again, a story was played
frenetic arena
and back
the air is full of words and cursing
plague
crying, lamenting, and complaining.
He knows that heaven will not last
but tomorrow, hopefully it will be repeated
again, and again
========
[BAHASA INDONESIA]
FAJAR
Di sebuah kampung, di lereng gunung
ia bayangkan sorga adalah sebuah fajar
yang bersijingkat mendekat
mengusir balam-balam
menabur remang
sedikit suar
ke pucuk-pucuk pisang,
teh, randu,
juga batu-batu
di sepanjang jalan.
Saat itu, gelanggang lengang
sebab lakon lama telah usai digelar
dan kisah baru belum sepenuhnya dipentaskan.
Saat itu, panggung tak hingar
hanya satu dua orang,
satu dua kelelawar,
mungkin juga satu dua danyang,
berjalan, melayang, pulang.
Saat itu, hamparan hanya samar-samar
suara-suara tak saling hunjam
warna langit tak membutakan
dan suar tak tajam menikam.
Di sebuah kampung, di kaki gunung
ia merasa sorga adalah sebuah fajar
sebuah tirai yang melindungi gelanggang
sebuah hamparan yang masih tertutup layar
sebuah panggung tanpa lakon pementasan
lengang, lengang, lengang.
Ia tahu, sebentar lagi sorga akan buyar
saat layar disibakkan
dan samsu merangkak
masuk di antara celah randu dan pisang
dan sekali lagi, pentas dimainkan
gelanggang hingar-bingar
dan kembali
udara penuh racau dan makian
tulah dan seranah
tangis, ratap, dan keluhan.
Ia tahu, sorga tak akan kekal
tapi esok, semoga saja akan berulang