Hai teman, ku ingin ngalor ngibul... Eh ngidul pada postingan kali ini. Gak lengkap rasanya kalau belum bikin konten yang sekarang ini menggambarkan aktivitas Gen-Z yang aku tidak tahu istilah ini muncul darimana dan maksudnya apa. Tapi, istilah Gen-Z ini mulai perlahan menggeser istilah anak milenial yang muncul pada beberapa tahun belakangan. Sejauh ini, mulai keliatan kan kalau arah tulisan ini belum jelas? Saya sendiri rada bingung mau di bawa kemana dan pokok bahasan apa. Gambar charger yang saya capture diatas, kalau bisa, pasti protes kalau pembahasan tentang dia tak ada sama sekali. Lha gambarnya dipajang tapi isi tulisannya kok ya rada ngawur begini.
Sebenarnya jangan terlalu jadi heran dengan kengawuran saya dalam postingan ini. Mungkin karena dalam waktu beberapa hari terakhir, sebagai netijen aktif, kepala otak saya dipaku oleh berbagai kejadian yang kita saksikan di sosial media yang semakin lama semakin aduhai. Berita demi berita yang viral belakangan ini seperti is dead-nya Brigadir J, sampai fenomena CITAYEM FASHION WEEK di kawasan SCBD Jakarta Pusat. Nah untuk postingan ini, yang bagian bunuh-bunuhan kita skip aja ya. Ngeri soalnya bahas yang ginian. Bagaimana tidak ngeri, ketika kejahatan dilakukan oleh orang yang justru tindak tanduknya dilindungi hukum dan Undang-undang, maka penegakan hukum sebagai harapan selesainya kasus ini dengan baik akan osong komong belaka.
Jadi biar kepala saya gak tambah ngawur bahas soalan yang gitu-gitu, mari kita bahas momen yang awalnya Charging anak anak kawasan Sudirman, Citayam, Bojong gede dan Depok saja. Kenapa saya sebut Charging untuk momen nongkrong dan bikin konten tiktok tersebut. Pertama biar rada slebew antara gambar dan postingan (maksa, tetep), kedua, memang tadinya anak-anak remaja tanggung ini hanya menjadikan momen nongkrong di SCBD sebagai upaya untuk memantik ide kreatif mereka. Seperti cerita salah satu pentolan tongkrongan SCBD, Bonge, dia sebelumnya rela berpeluh ria mengamen untuk mengumpulkan duit dan pada hari Sabtu-Minggu main ke SCBD untuk membuat konten bersama teman-temannya. Nah, mulai keliatan simpul sambungan gambar Charger dengan tulisan kan?
Kawasan SCBD saya samakan dengan sirkuit atau wayer yang disediakan untuk kita pakai melakukan charge. Kemudian SOSMED adalah adalah CHARGER bagi anak-anak sekarang untuk menyalurkan arus positif yang melahirkan ide kreatif dan bermuara pada karya yang dihasilkan. Itulah mengapa charger (alat pengecas) penting bagi HP dan Sosmed penting bagi konten kreator. Ngawur ya? Saya bingung sendiri mau dikemanakan lagi arah tulisan ini. Tapi, memang fakta yang kita saksikan sekarang ini, saat dunia digital memberikan banyak ruang kreasi untuk menghasilkan pundi rupiah, no wonder lah jika kita yang sudah terdigitalisasi zaman (sebagai pengguna Android dan lainnya) harus terjun untuk mengambil sedikit benefit dari masa yang sekarang ini.
Jadi pesan moral yang ingin saya sampaikan melalui tulisan ini adalah, pastikan anda memakai hape minimal android, pastikan dia dicharge agar baterai tetap terjaga supaya bisa kita bergiat. Memanfaatkan sosial media seperti yang kita lakukan ini adalah bijak sebijak bijaknya pilihan untuk tetap melakukan sesuatu dalam hidup. Negara sebagai sirkuit harus memberikan ruang untuk kita men-charging arus yang semestinya positif menghasilkan sesuatu demi kebutuhan hidup. Oleh karena itu, pastikan tetap terhubung dengan wire (jadi warga negara yang baik), agar HP bisa di charge (biar bisa cari cuan di sosmed/internet), supaya tidak habis baterai nya (biar kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi).
Yay! 🤗
Your content has been boosted with Ecency Points
Use Ecency daily to boost your growth on platform!
Support Ecency
Vote for new Proposal
Delegate HP and earn more, by @bobreza.
Thanks Ecency. Your support really is appreciate....
Hai @bobreza , postingan Anda telah di-upvote oleh @hive-153476
Dukung kami dengan kurasi sebagai dan/atau dengan mendelegasikan HIVE POWER.
25 HP, 50 HP, 150 HP,300 HP, 500 HP
Terimakasih untuk atensi kurasinya...