Kajian Nilai-Nilai Budaya Jawa Dalam Tradisi Bancakan Weton Di Kota Surakarta (Sebuah Kajian Simbolisme Dalam Budaya Jawa)

in Hive Learners3 years ago

Kajian Nilai-Nilai Budaya Jawa Dalam Tradisi Bancakan Weton Di Kota Surakarta (Sebuah Kajian Simbolisme Dalam Budaya Jawa)
Penulis Utama : Sukmawan Wisnu Pradanta
Penulis Tambahan : Ardhi
Judul : Kajian Nilai-Nilai Budaya Jawa Dalam Tradisi Bancakan Weton Di Kota Surakarta (Sebuah Kajian Simbolisme Dalam Budaya Jawa)
Imprint : Surakarta
Subyek : BUDAYA
Abstrak :
ABSTRAK
Bancakan weton merupakan peringatan hari kelahiran dalam hitungan kalender
Jawa yang jatuhnya setiap 35 hari sekali (selapan) yang bertujuan untuk “ngopahi sing
momong” (member upah kepada yang mengasuh), wujud rasa syukur, melaksanakan
tradisi, dan spiritualisme (kejawen). Pelaksanaan bancakan weton dilakukan dengan
menggunakan ubarampe dan tata cara tertentu. Fenomena masih adanya sebagian
masyarakat yang mempertahankan tradisi bancakan weton di satu sisi, dan sudah
adanya masyarakat yang meninggalkan tradisi ini di sisi lain, menarik Peneliti untuk
mengetahui apa saja nilai-nilai budaya dari tradisi bancakan weton ini. Dalam penelitian
ini, bancakan weton dengan segala fenomena dan nilai-nilai kebudayaannya dikaji
dalam ranah ilmu kajian budaya, sebagai bentuk tradisi di Kota Surakarta yang penuh
dengan simbolisme.
Penelitian ini ialah penelitian etnografi yang memfokuskan pada kajian
fenomenologis dengan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian ini di Kecamatan
Banjarsari, Jebres, Pasar Kliwon, Laweyan, dan Serengan Kota Surakarta. Subjek
penelitian ini adalah 2 informan ahli dari akademisi dan otoritas Keraton Kasunanan, 4
orang anggota masyarakat adat Jawa yang masih menjalankan tradisi bancakan weton di
Kecamatan Banjarsari, Jebres dan Pasar Kliwon, serta 1 orang dari Dinas Pariwisata
kota Surakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi partisipatif, wawancara, studi dokumen dan studi kepustakaan.Validitas data
yang digunakan adalah teknik triangulasi. Analisis data mencakup lima hal, yaitu
identifikasi, klasifikasi, deskripsi, interpretasi dan formulasi.
Dari penelitian ini diketahui makna simbolis yang terkandung dalam ubarampe
bancakan weton untuk anak di Kota Surakarta, antara lain: 1) Tumpeng (tumuju marang
Pengeran), simbol gunung dan do’a kepada Tuhan. 2) Ingkung (ingsun tansah
manekung), simbol menyembah kepada Tuhan. 3) Gudhangan atau kuluban yang terdiri
dari : a) Bayem (adem ayem), simbol ketenteraman; b) Kacang dawa (yuswa dawa),
simbol umur panjang; c) Cambah (tansah semrambah), simbol kesuburan; d) Kluwih
(luwih-luwih), simbol hidup berkecukupan; e) Kangkung (jinangkungan dening Gusti
Kang Murbeng Dumadi) simbol selalu mendapat perlindungan dari Tuhan. 4) Telur
Rebus, simbol asal mula kehidupan. 5) Bumbu urap atau Sambel Gudhangan, terdiri
dari kelapa muda diparut diberi bumbu, simbol kehidupan yang terdiri dari manis, pahit
dan getir. 6) Jajan pasar, memiliki makna umum urip yen dhasar tatanane Gusti tentu
ora bakal nyasar (hidup kalau mengikuti aturan Tuhan tidak akan salah jalan), terdiri
dari: a) Wajik (wani tumindak becik), simbol keberanian berbuat kebaikan; b) Gedhang
ijo (gaweo seneng anak lan baja), simbol perintah menyenangkan anak istri; c) Sukun
simbol kerukunan; d) Nanas (wong urip aja nggragas), simbol larangan tidak boleh
rakus; e) Dhondhong (aja kegedhen omong), simbol larangan besar omong); f) Jambu
(aja ngudal barang sing wis mambu), simbol larangan melakukan sesuatu yang buruk;
g) Jeruk (njaba jero kudu mathuk), simbol lahir batin harus sejalan). 7) Kembang
Telon/Kembang Setaman, terdiri dari: a) Bunga mawar (awar-awar), simbol agar tawar
xiv
dari nafsu negatif; b) Bunga melati (melat-melat ning ati), simbol selalu eling lan
waspada; c) Kanthil (tansah kumanthil), simbol hati yang selalu terikat dengan leluhur.

  1. Bubur 7 Rupa, terdiri dari : a) Bubur merah (simbol ibu); b) Bubur putih (simbol
    ayah); c) Bubur merah silang putih (simbol hubungan timbal balik ayah dan ibu); d)
    Bubur putih silang merah (simbol hubungan timbale balik ayah dan ibu); e) Bubur putih
    tumpang merah (simbol hubungan timbale balik ayah dan ibu); f) Bubur merah tumpang
    putih (simbol hubungan timbale balik ayah dan ibu); g) Baro-baro (bubur putih ditaruh
    sisiran (irisan) gula merah dan parutan kelapa secukupnya) (simbol kelahiran anak
    sebagai akibat hubungan timbale balik ayah dan ibu). Hal ini menjadi pepeling
    (peringatan) agar kita jangan sampai mengkhianati orang tua. 9) Uang logam (koin)
    yang diletakkan di bawah tumpeng, dengan makna bahwa konsep uang dalam
    masyarakat Jawa adalah berada di bawah, jangan sampai mengagung-agungkan uang
    dan harta bukanlah segalanya.
    Hubungan makna moral dan makna spiritual bancakan weton dan Kejawen
    hanya pada keyakinan atas konsep harmoni, sedulur papat lima pancer dan
    pengendalian nafsu manusia / olah rasa, bukan pada suatu bentuk ritual suatu ajaran
    agama. Dan pada perkembangannya, bancakan weton di Kota Surakarta hanya
    dilakukan oleh orang tua untuk me-bancak-i anaknya kurang lebih sampai umur 8
    bulan.
    Bancakan weton sebagai salah satu tradisi ritual kejawen masyarakat Jawa sudah
    mulai ditinggalkan oleh sebagian masyarakat Kota Surakarta. Kalaupun tradisi ini
    dijalankan tetapi sudah semakin jauh dari pakem, kontrol lingkungan mengenai benar
    salah pelaksanaan tradisi sudah longgar, pelaksanaan hanya dicuplik sesuai dengan yang
    diinginkan saja, yang ada tinggal konsep yang bisa menyebabkan pemahaman makna
    dari simbol-simbol tradisi bancakan weton ini hilang. Hal ini disebabkan oleh: a)
    Kurangnya kesadaran memelihara tradisi; b) Kurangnya apresiasi terhadap budaya
    lokal; c) Anggapan bahwa bancakan weton merupakan perbuatan syirik; d) Mantra
    dalam bancakan weton dianggap sebagai doa kepada selain Tuhan, sehingga
    banyak yang tidak mau melaksanakannya lagi.
    photo.webp

IMG20210823155409.jpg

Sort:  

Source of plagiarism

Plagiarism is the copying & pasting of others' work without giving credit to the original author or artist. Plagiarized posts are considered fraud and violate the intellectual property rights of the original creator.
Guide: Why and How People Abuse and Plagiarise
Fraud is discouraged by the community and may result in the account being Blacklisted.

If you believe this comment is in error, please contact us in #appeals in Discord.