The Sixth Spray at a Gas Station: Love Poetry |

in Freewritersyesterday



sad conversation last night
about the usual things you can't accept
and you send a tsunami at night
as usual
along with curses flowing with tears
lengthening the night with the sun
bright until morning
that too as usual

I've tried to suppress my feelings
putting handcuffs on my hands
to keep them closed don't contact you
but often without realizing it
I also press your name
although then greeted by silence

then during the day, it's you who contacts me
you're more than halfway there
confessing to drinks with high pH
but not as high as my love
mixed with pain
blood
pus
hate
revenge
disappointment
all become one in a package of affection and love

this is the ritual repeating itself
I take you and the first man
to the place where he studies religion
then we come back again
because there's food left behind
and a prayer mat that's missing
in between that, we have to get cigarettes
in a convoluted way and it turns out the items are far from the place meeting

you grumble as usual
your warmth has long since disappeared
replaced by a sullen face
but the weather in your heart is easily changed

we walk together again towards the sunrise
this time beyond the gas station we often stop at
further than before
i want to stay with you
and like this view
you fall asleep next to him
with a sigh that tells of your fatigue

in that place the sixth burst occurs
in our love journey
which you enjoy with all your heart
which i enjoy with all my heart
long and long
you sip it like seeing water in the middle of an oasis

i no longer hope the weather will return to how it used to be
but try not to think about it
just pray the weather will slowly improve
to face the next bursts after bursts
which will never stop
burning in our hearts

Julok, February 7, 2025






Semburan Keenam di Sebuah Pom Bensin

percakapan menyedihkan semalam
tentang hal biasa yang belum bisa kamu terima
dan kamu mengirim tsunami pada malam hari
seperti biasa
bersama sumpah serapah yang mengalir dengan air mata
memanjangkan malam bersama matahari
terang sampai pagi
itu pun seperti biasa

aku sudah berusaha menekan perasaan
memasang borgol di tangan
agar tertutup jangan menghubungimu
tapi sering tanpa sadar
aku menekan juga namamu
meski kemudian disambut kesunyian

lalu pada siang hari, justru kamu yang menghubungiku
kamu sudah lebih dari separuh perjalanan
mengaku mengaku minuman dengan ph tinggi
tapi tak setinggi cintaku
yang bercampur dengan rasa sakit
darah
nanah
benci
dendam
kecewa
semuanya menjadi satu dalam bungkusan sayang dan cinta

beginilah ritual berulang kembali
aku mengantarmu dan lelaki pertama
sampai tempatnya belajar agama
lalu kita kembali lagi
karena ada makanan yang tertinggal
dan sajadah yang hilang
di sela-sela itu, kita harus mengambil rokok
secara berbelit dan ternyata barangnya jauh dari tempat pertemuan

kamu mengomel seperti biasa
kehangatanmu sudah lama hilang
berganti dengan wajah cemberut
tapi cuaca di hatimu gampang berubah

kita kembali jalan bersama menuju matahari terbit
kali ini melebihi pom bensin yang sering kita singgahi
lebih jauh lagi dari sebelumnya
aku ingin tetap bersamamu
dan suka dengan pemandangan ini
kamu terlelap di sebelahnya
dengan desah napas yang mengabarkan kelelahanmu

di tempat itu terjadilah semburan keenam
dalam perjalanan cinta kita
yang kamu nikmati sepenuh hati
yang aku nikmati sepenuh hati
panjang dan lama
kamu menyesapnya seperti melihat air di tengah oase

aku tidak lagi berharap cuaca akan kembali seperti dulu
tapi berusaha tidak berpikir ke sana
hanya berdoa perlahan cuaca membaik
untuk menghadapi semburan demi semburan berikutnya
yang tak akan pernah berhenti
menyala di hati kita

Julok, 7 Februari 2025