Mengintip Hubei melalui kaca jendela bus
LIMA bulan sebelum Coruna melanda Wuhan, di suatu pagi yang cerah di musim panas, saya pernah mengelilingi Hubei seorang diri dengan menumpangi sebuah bus. Sebenarnya saat itu saya sedang pusing, sebab nilai bahasa Mandarin saya tidak mengalami peningkatan. Maka untuk menghibur diri, saya pun memesan sebuah tiket bus. Saya menaiki bus itu tampa tujuan, saya menyumbat telinga saya dengan musik klasik Cina. Melalui kaca jendela bus melihat jalanan dan gedung-gedung tinggi, mobil-mobil yang berlalu-lalang. Ini berlangsung selama tiga jam. Lalu saya turun, jalan kaki, melihat beberapa bangunan, setelah itu makan siang di sebuah warung yang ada tulisan halalnya. Setelah perut kenyang, saya kembali jalan-jalan di seputaran taman sambil menghubungi seorang kawan di Indonesia melalui Whatsapp. Kami mengobrol selama satu jam lebih.
Menaiki bus tanpa tujuan adalah cara beberapa anak pesantren modern menghibur diri dari kejenuhan mereka, selama tujuh tahun saya bersekolah dan tinggal di pesantren. Jadi saat itu ketika suntuk saya meminta izin pada ustaz untuk pulang sebentar selama beberapa jam di pagi hari dan saat sore hari saya kembali ke pesantren. Saya hanya beralasan pulang sebentar pada ustaz, sebenarnya saya tidak pulang ke rumah melainkan menuju ke terminal, lalu menaiki sebuah bus jurusan Bireun atau Sigli. Begitulah cara kami mengusir suntuk dan jenuh selama menjadi santri saat itu.
Teman-taman saya banyak mendapatkan beasiswa ke Mesir atau ke Timur Tengah, mungkin diantara kami hanya saya yang mendapatkan beasiswa ke Cina. Tapi jujur saja tinggal di Wuhan itu menyenangkan sekali. Berikut di bawah ini saya upload beberapa foto perjalanan saya di dalam bus:
Congratulations, your post has been added to Pinmapple! 🎉🥳🍍
Did you know every user has their own profile map?
And so does every post as well!
Want to have your post on the map too?