Daun-Daun Berguguran & Kami meninggalkan Wuhan
DAUN-DAUN berguguran, jalanan sepi, kota ini bagai kota mati, untuk membeli keperluan harus antre dan itu dijadwalkan pada waktu tertentu dengan kouata belajan yang sudah dibatasi. Kami meninggalkan Wuhan. Mirip sebuah tembang lawas Jepang yang berjudul: Sayonara Dakewa Iwanaide, yang dinyanyikan oleh Mayumi Itsuwa. Kami rasa saat itu adalah memang waktu yang sangat darurat untuk mengucapkan selamat tinggal Wuhan(untuk sementara).
Pepohonan yang tumbuh di sepanjang jalan seakan melambaikan tangan mereka kepada kami dengan cara daun-daun berguguran “Setelah Covid-19 berakhir, kembali lagi ke sini, ya.” Di waktu normal kami kerap berteduh di bawah pepohonan itu saat kelelahan setelah lari pagi. Sehingga saya pribadi merasa sedih melihat pepohonan itu dengan dedaunannya yang berguguran. Namun akan lebih menyedihkan apabila kami tidak bisa keluar dari Wuhan. Mendadak kami diberitahu untuk bersiap-siap mengemaskan barang kami hari itu, katanya kami akan dievakuasi. Setelah kami mengemaskan barang-barang kami, sebuah bus datang menjemput kami, melalui kaca jendela bus kami kembali melihat pepohonan itu, jalanan sangat sepi, seakan Cina adalah negara dengan jumlah penduduk paling sedikit di dunia ini.
Saat keadaan sepi dan lumpuh total seperti itu, justru sebenarnya saya merasa nyaman, bagai menikmati wisata kesunyian. Saya rasa kesunyian bukanlah sesuatu yang menakutkan, melainkan akar dari segalanya. Di dalam kesuraman itu ada keindahan, saya anggap saja kesunyian ini sebagai kesuraman yang indah. Beberapa kawan saya tiada henti-hentinya menyebut nama Allah, ia nampak begitu gelisah saat sedang menunggu untuk dievakuasi. Sementara salah seorang teman asrama saya, ia orang Bangladesh dan merupakan seorang ateis, untuk pertama kalinya selama hampir setahun saya mengenalnya, ia menyebut nama Tuhan.
Di bandara kami menunggu selama dua hari, kami harus antre penerbangan. Indonesia mengirim dua buah pesawat untuk mengevakuasi kami. Sementara itu petugas bandara tampak beberapa orang lebih mirip ninja atau astronot. Selama menunggu kami makan makanan cepat saji semisal biskuit, mi instan dan tidur di bangku-bangku bandara. Untuk mengusir kesuntukan kami memotret dan bermain kartu, sejenis kartu mahjong. Setelah menunggu akhirnya kami melihat pesawat yang datang menjemput kami telah tiba, kami pun lega.
Congratulations, your post has been added to Pinmapple! 🎉🥳🍍
Did you know every user has their own profile map?
And so does every post as well!
Want to have your post on the map too?