Tadi siang saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah salah satu kawan sekolah saya. Dan di sana, saya melihat anak-anak kecil sedang bermain Jingki. Jingki merupakan bahasa Aceh, yang kalau kita artikan dalam bahasa Indonesia adalah alat untuk menumbuk padi. Jingki ini terbuat dari kayu, yang di lubangi ujungnya agar bisa di masukkan kayu bulat kecil lain yang bisa di gunakan untuk menumbuk padi.
Dulu, saat saya masih kecil, hampir setiap rumah memiliki alat penumbuk padi manual ini. Karena belum ada mesin yang digunakan untuk menumbuk padi menjadi beras, masyarakat lebih memilih alat manual ini untuk membuat beras. Dan anak-anak seusia saya, juga dibuatkan Jingki Mini untuk kami bermain agar tidak menggangu kegiatan orang dewasa yang sedang bekerja menumbuk padi. Sehingga alat ini menjadi salah satu mainan populer saat itu.
Namun, sekarang jaman sudah berubah. Anak-anak hampir tidak kenal dengan alat penumbuk padi manual ini. Karena kebanyakan anak-anak sekarang lebih di sibukkan dengan gadget dan teknologi modern lainnya. Dan hari ini saya surprise, rupanya tidak semua anak-anak terlena dengan kemudahan teknologi modern.
Ternyata, masih ada anak-anak di daerah perkampungan yang memilih permainan klasik ini. Satu hal yang baru saya sadari, masih ada orangtua di jaman sekarang yang masih mempertahankan kebiasaan di jaman dulu. Dan tidak melulu bergantung kepada teknologi modern. Satu hal yang seharusnya kita tiru. Bahwa permainan jaman dulu lebih mengasah otak, ketrampilan dan kemampuan anak-anak dibanding kan permainan jaman now. Patut di syukuri saya pernah mengenal permainan itu.