"Partai-partai besar itu asal saja menerima murid. Ilmunya bukan untuk menolong yang lemah dan membutuhkan. Malah buat gaya-gayaan dan untuk menunjukkan diri lebih kuat dari orang lain. Ah, jadilah dunia ini penuh pertikaian," kata Bok Kwi Sianjin kepada Bun Gwat Kong, murid satu-satunya yang ia miliki.
Partai yang dimaksud di atas adalah Hoasanpai, dan Gobipai. Dua di antara partai-partai besar lainnya seperti Shaolinpai, Butongpai, Kunlunpai, Thaisanpai, dan lainnya yang menerima murid dan mengajarkan agama Budha dan ilmu silat. (kisah yang saya ceritakan ini berlatar Tiongkok zaman dahulu).
Berbeda dengan partai-partai besar tersebut, Bok Kwi Sianjin hanya menerima seorang murid. Itu pun karena terkagum-kagum dengan sosok Gwat Kong yang mampu memainkan Ilmu Pedang Rajawali yang merajai persilatan di Tianggoan (nama lain dari Tiongkok) seratus tahun yang lalu. Bok Kwi Sianjin menyeleksi betul watak calon muridnya. Dan ternyata ia tak salah pilih dan menurunkan ilmu tongkat dari Timur Tianggoan, yang dikenal setingkat dengan Ilmu Pedang Rajawali dari Barat Tianggoan.
Deg. Saya terdiam membaca kalimat yang diucapkan Bok Kwi Sianjin. Saya membayangkan Gobipai dan Hoasanpai seperti dayah-dayah di Aceh yang menerima banyak murid dan mengajarkan mereka ilmu agama Islam. Dan ternyata karena menerima murid dengan serampangan, tanpa seleksi yang ketat, muncullah teungku-teungku milenial yang membuat orang bertanya-tanya akan sosok-sosok alim yang berkeliaran paskatsunami.
Di satu sisi memang cerita silat karya Kho Ping Ho di atas hanya cerita rekaan yang mengandalkan imajinasi, bacaan, dan pengalaman si penulis. Namun di sisi lain, kita melihat kebenaran di dalamnya.
Baiklah, agar lebih mudah dipahami, saya ceritakan secara singkat kisah Pendekar Mabuk dari Kanglam kepada Anda.
Gwat Kong, nama keluarganya Bun, sehingga nama lengkapnya Bun Gwat Kong (orang Cina menggunakan nama keluarga di depan, bukan di belakang seperti orang Barat atau Timur Tengah), awalnya merantau ke Kiangsui setelah ibunya meninggal dunia. Dia bekerja sebagai tukang kuda dan tukang kebun kepala daerah Kiangsui yang bernama Liok Ong Gun. Suatu ketika, saat mencangkul tanah untuk menanam bunga, Gwat Kong menemukan sebuah peti. Di kamarnya dekat kandang kuda, ia membaca tiga kitab dalam peti tersebut. Yang tebal, bahasanya agak sulit karena bahasanya jadul. Yang kedua paling tebal, mudah dipahami, tapi ditulis tangan dengan jelek sekali. Satu lagi, yang tipis, belakangan baru Gwat Kong mengetahuinya, rupanya kamus untuk menerangkan kata-kata yang sulit dari kitab yang paling tebal.
Sebenarnya, saat Gwat Kong menemukan peti tersebut, puteri kepala daerah Kiangsui yang bernama Liok Tin Eng melihat Gwat Kong hendak membawa peti ke tempat di mana ia tinggal. Gwat Kong yang terpikat dengan kecantikan Tin Eng yang masih berusia 13 tahun memperlihatkan penemuannya. Tin Eng yang anak satu-satunya, yang dimanja oleh kedua orangtuanya dan agak malas-malasan belajar tidak begitu pandai membaca sehingga begitu melihat kitab tebal dan kitab paling tipis, ia langsung menyerahkannya kembali ke Gwat Kong. Sementara kitab salinan ia ambil dan berkata, inilah kitab ilmu pedang yang bagus. Di kemudiannya Gwat Kong tahu, kitab salinan itu banyak salahnya. Kitab tebal itu rupanya lengkap. Mulai dari ilmu menghimpun tenaga sakti, ilmu meringankan tubuh, silat rajawali sakti tangan kosong, dan yang paling hebat adalah ilmu pedang rajawali sakti.
Saat Tin Eng berusia 17 tahun dan Gwat Kong berusia 20 tahun, Liok Ong Gun kedatangan supeknya Seng Le Hosiang atau paman gurunya dari Gobipai bersama teman dekatnya yang juga Ketua Kimsanpai yakni Bong Bi Sianjin bersama murid termudanya, Gan Bu Gi. Kedatangan tamu tersebut untuk meluluskan permintaan Ketua Kimsanpai agar kepala daerah Kiangsui mau memperkerjakan Gan Bu Gi sebagai pengawal Liok Ong Gun. Ternyata setelah diuji oleh para perwira dari Kingsui, Bu Gi benar-benar membuat mereka terpana dengan kehebatan ilmu silatnya. Jadilah Bu Gi langsung diangkat menjadi kepala pengawal Liok Ong Gun.
Setelah Gan Bu Gi tinggal di komplek rumah kepala daerah, mulailah Gwat Kong melihat Tin Eng yang mulai terpikat dengan Gan Bu Gi yang pada awal kedatangannya terlihat seperti pemuda dusun kini berubah menjadi necis. Bahkan Gan Bu Gi diam-diam meminta kesediaan Gwat Kong menyampaikan surat rahasia yang isinya permintaan pibu. Pibu artinya mengadu kepandaian. Kalah tidak perlu berkecil hati, menang bukan untuk disombongkan. Tapi Gwat Kong tahu, pibu hanyalah cara halus perwira muda tampan itu untuk mendekati Liok Ting Eng, gadis yang diam-diam selalu dimimpikan Gwat Kong.
Pibu pun terjadi di malam bertabur bintang dan bulan penuh di taman bunga komplek rumah kepala daerah. Tin Eng kalah dan kemudian lari ke kamarnya dengan sikap malu-malu, tapi Gwat Kong tahu bahwa gadis itu kagum dengan pengawal ayahnya.
Enam bulan kemudian Seng Le Hosiang datang ke rumah keponakan muridnya secara tiba-tiba sebagaimana kedatangannya beberapa kali ke rumah itu. Ia mengusulkan agar Bu Gi diterima sebagai menantu oleh Liok Ong Gun.
Namun, sebelum Seng Le Hosiang mengungkapkan itu, ia dilayani oleh Gwat Kong dengan arak terbaik dari dapur sang kepala daerah. Bu Gi juga menunggui Liok Ong Gun keluar dari kamarnya. Gwat Kong sebenarnya mau pamit pergi dari rumah itu ketika Seng Le Hosiang datang. Tapi karena kepala pelayan memanggilnya dan menyuruhnya mengambil arak terbaik dari dapur, terpaksa Gwat Kong menunda kepergiannya. Dan tiba-tiba saja Seng Le Hosiang yang duduk bersama Gan Bu Gi menyuruh Gwat Kong duduk bersama mereka dan harus ikut minum dengan supek yang punya rumah. Tentu saja Gwat Kong menolak. Tapi Seng Le Hosiang yang tak peduli hubungan majikan pelayan, ditambah desakan Gan Bu Gi, meskipun perwira itu tidak suka minum arak, Gwat Kong mengambil cangkir tersisa dan menenggak arak terbaik milik majikannya. Seng Le Hosiang kaget. Gaya minum Gwat Kong bukan gaya sembarangan. Itulah gaya minum orang yang kecanduan arak. Tentu saja Seng Le Hosiang senang dan menambah lagi arak ke dalam cangkir di depan Gwat Kong.
Gwat Kong yang kecewa dengan Tin Eng, yang tidak lagi seramah dulu sebelum Gan Bu Gi datang, menimpakan kekesalannya ke dalam arak. Arak barangkali akan memupuskan harapan dan ingatannya atas diri Tin Eng, pikir si pelayan. Mulailah Gwat Kong menenggak sekian gelas arak. Dan kepalanya mulai berdenyut. Wajahnya yang tadi kelihatan malu-malu berhadapan dengan paman guru majikannya perlahan mulai menghilang.
Gwat Kong benar-benar mabuk dan mengungkapkan perasaan kecewanya kepada Tin Eng di depan paman guru majikannya. Gwat Kong mengumpamakan diri ibarat rumput kering yang terpikat pada purnama. Dua hal yang sangat jauh berbeda. Bulan purnama adalah pusat pesona manusia, sementara rumput, jangankan dilihat manusia, sapi pun enggan memakannya. Demikianlah Gwat Kong memandang diri sehingga Gan Bu Gi kesal dan menghantamnya dengan jurus hebat, tapi Gwat Kong dalam ketaksadarannya karena arak berhasil memunahkan daya tolak Bu Gi dengan berjumpalitan beberapa kali di udara.
Ketika Tin Eng menghunus pedang dan memerahkan lengan Gwat Kong dengan kibasan yang diselewengkan dari dada, Gwat Kong kembali ke alam sadar. Ia telah salah ucap. Ia telah mempermalukan Tin Eng, perempuan yang ia sayang, tanpa ia menyadarinya.
Kisah Pendekar Mabuk dari Kanglam, bagi saya, di bagian pembuka sangat indah. Tapi sebagaimana kesepakatan tadi, kita tidak bicara mengenai cinta. Kita bicara mengenai memesis. Bayangan alam sebenarnya dalam sebuah cerita fiksi.
Ada banyak contoh seperti Seng Le Hosiang dari Gobipai dan Sin Seng Cu dari Hoasanpai yang memperturutkan hawa nafsu meskipun usia mereka sudah kakek-kakek. Padahal, Hoasanpai dan Gobipai membekali mereka dengan agama Budha. Suatu ajaran yang sebenarnya juga sama dengan ajaran-ajaran lainnya: mengajak sesama manusia untuk berlomba-lomba berbuat kebajikan.
Bersambung . . .
Bro, dulu kau yang berkata kata kepadaku kalau standar postingan untuk platform blockchain ini harus bermuatan setidaknya tiga gambar dan 300 kata. Gambar bisa diambil dengan kamera hp sendiri atau mengambil ilustrasi dari sumber lain. Kalau untuk olah kata kau tidak diragukan bro. Hanya komunitas yang tepat saja yang perlu kau jajaki. Saranku posting di komunitas baru @indonesianhive ... Kau bisa bebas ngalor ngidul semacam ini...!!!
Entah mengapa, foto tidak bisa kutampilkan. Sudah kuklik selecting them, tapi tidak dibuka.
Mengenai Komunitas Hive Indonesia, baru semalam tahu. Dan itu insya Allah siap.