MENISKUS YANG TERLUKA

in INDONESIA4 years ago



Suatu hari, sekitar sebulan lebih beberapa hari lalu, saya sedang mengambil air minum dengan posisi jongkok lalu sekaligus berdiri. Di situlah awal mula cedera terjadi. Saya menjerit kesakitan karena seperti ada suara tulang berderak. Saya mendadak lemas, tidak bisa berdiri ajeg, lalu ngesot membetulkan posisi tubuh supaya tiduran dengan kedua kaki lurus. Rasanya seperti ada sensasi panas menjalar ke seluruh kaki kiri.

Saya tidak ingat persis karena tidak dalam keadaan menyadari penuh gerak tubuh. Dugaan saya, pada saat jongkok posisi betis sedikit miring, dan pada saat berdiri belum lurus. Tiga hari kemudian memutuskan diurut karena sakitnya mengganggu. Itupun agak ragu, tapi ya sudah dicoba saja. Rasanya membaik. Hanya saja jika melakukan posisi duduk dengan kaki dilipat masih terasa kurang nyaman. Perlu sangat berhati-hati saat bangun.

Sebulan persis setelah kejadian, saat sedang melipat dan menggerakkan kaki dalam posisi tiduran tiba-tiba sensasi itu timbul lagi. Rasa panas yang menjalar terasa lagi, meski tidak sehebat yang pertama.

Setelah kejadian kedua, justru terasa membaik karena duduk melipat sudah aman.

Lalu suatu pagi, saat bersantai tampaknya ada posisi yang salah, lutut kiri terasa sakit lagi. Dan malamnya saat berbalik badan ketika tidur ditambah “bonus” sekali lagi.

Setelah itu, karena merasa semakin baik, saat bangkit dari duduk setelah sujud, saya mencoba dengan gerakan saat normal (tanpa perlu bantuan tumpuan tangan), ternyata timbul sakit lagi.

“Total sakit” berarti 5x ya? Syukurnya ketika saya latihan yoga, justru kaki saya baik-baik saja. Gerakan-gerakan pilihan malah membantu menyamankan kali saya.

Tapi saya belum sepenuhnya tenang karena merasa ada yang salah dengan tubuh saya. Sempat curiga ada dislokasi tulang atau ligamen robek. Tapi tentu saya perlu diyakinkan oleh ahlinya.

Mengumpulkan tekad mendatangi dokter saja sudah jadi PR tersendiri. Sebelum ini pun selalu “social distancing” dengan dokter, apalagi selama ada pandemi covid ini, sebisa mungkin menjauh dari rumah sakit. Tapi saya toh tidak bisa melihat kaki saya hanya dari luar dan hanya menebak-nebak dari rasa sakit untuk membuat kesimpulan sendiri.

Jadi minggu lalu saya mendatangi rumah sakit, tapi sayangnya dokter sudah buru-buru pulang. Padahal jam prakteknya masih tersisa 1.5 jam lagi. Barangkali ada keperluan mendesak atau ditunggu tindakan/operasi di rumah sakit umum.

Kemarin saya membulatkan tekad datang lagi. Sengaja datang lebih awal bahkan sebelum dokternya datang.

Selama pemeriksaan, kaki kiri saya dicek kiri kanan, dites gerakan ke beberapa arah untuk memastikan geraknya apakah ada yang terganggu. Pernyataan pertama dokter bilang kaki saya baik-baik saya. Tapi pemeriksaan X-Ray sejalan dengan permintaan saya sejak awal, akhirnya dilakukan.

Hasil X-Ray keluar, dokter menerangkan. Terlihat susunan tulang berada di tempatnya, normal dan tidak ada tanda-tanda dislokasi sesuai hipotesis awal. Dugaan ligamen robek pun ditepis mengingat pada beberapa gerakan tes saya tidak mengeluh sakit.

Diagnosisnya sampai pada kesimpulan terakhir: meniskus alias bantalan lutut meradang, terluka akibat kejadian keseleo pertama. Sebab sakitnya tidak terjadi tiap saat, maka saya girang sekali ketika dokter tidak memberikan obat nyeri! Iya, selain jaga jarak dengan dokter, saya juga jaga jarak dengan obat. Barangkali itulah salah satu faktor kenapa saya gak pernah dapat pacar dokter, selain cita-cita masa kecil jadi dokter pun kandas. #ehgimana

Dokter hanya memberikan surat pengantar untuk menjalani fisioterapi. Menyarankan olahraga dengan fokus penguatan pada otot hamstring dan quadriceps agar membantu pemulihannya, melemaskan otot dan melancarkan produksi ‘cairan’ di lutut katanya.

Tentu olahraga dengan banyak pivoting kaki harus dihindari. Ah, gembira sekali dengan sarannya. Sebab itu artinya saya boleh tetap berolahraga, tidak diam saja. Apalagi yoga terbilang aman karena bisa membantu fokus pada titik yang disebutkan tadi.

Saya pulang dari rumah sakit dengan perasaan lega, kekhawatiran saya terbantahkan. Walau pulang dengan “oleh-oleh” luka meniskus ini. Artinya saya punya harapan sembuh asal disiplin melakukan semua saran yang diberikan.

Demikian cerita saya kali ini. Ini sekaligus menjawab pertanyaan dan menepis sangkaan teman-teman bahwa dugaan kejadian keseleo saya akibat beryoga. Tidak, Fernando, kamu salah! Bahkan sedang mengambil air minum saja bisa cedera.

Semoga ada hikmah yang bisa dipetik. Buat saya sendiri, pelajarannya banyak: cedera dan ujian bisa terjadi kapan saja, bahkan di saat tak terduga. Selalu hati-hati dengan gerak tubuh dan hindari arah gerak yang tidak semestinya.

Semoga kita semua selalu terlindungi dari segala penyakit, diberikan kesehatan, dan kebahagiaan yang cukup. Kuat selalu!

Semangat sehat!