Hikayat Penempel Ban dan Kurma untuk Si Lajang

in #indonesia7 years ago

Kutuliskan ini teruntuk laki-laki yang punya cinta, tapi tak berani menikah dengan ribuan alasan. Aku punya hikayat kurma, bacalah agar engkau paham.

image
[Dok. pribadi]

Aku tak mengisahkan bualan kosong seperti penjual obat di pinggiran jalan sana. Yang tertulis adalah pengalaman sendiri dan puluhan kawan yang kusaksikan sambil memberi motivasi.

Sekitar 16 tahun lalu usai menamatkan kuliah, aku galau tiada tara. Punya cinta tak punya kerja, pakai apa melamarnya? Merantau mengadu nasib lebih satu tahun di Jawa juga sia-sia, pulang membawa tong kosong sementara orangtua sudah melepas tanggung jawab biaya.

Pulang kembali ke Aceh, kasih masih menunggu. Bekerja apa saja adalah keterpaksaan, tanpa pilihan. Bersama kawan-kawan senasib, kami membuka rental menerima jasa ketikan di Jeulingke, lumayan untuk makan.

Kerap aku mengobrol dengan Bang Pok (lupa nama aslinya), pria tiga anak yang membuka jasa tempel ban sepeda motor persis di samping ruko yang kami sewa. Hingga suatu hari aku mengeluh kepadanya, tentang pacar yang menunggu kulamar. Bercerita soal ini ke kawan senasib tak ada gunanya, malah jadi bahan tertawaan.

Masih kuingat sampai kini, apa ucapan Bang Pok. "Kau sarjana, orang pintar. Banyak peluang yang masih bisa kaudapat ke depan. Yang penting mau usaha," katanya.

Lalu kusampaikan ketakutan tanpa uang lebih, soal mahar, soal tentangan dari orangtua, sampai takut lapar saat berumah tangga.

Bang Pok menertawaiku dan kata-katanya tak kusangka. "Kau pergilah ke rumah, kau tengok kakak mu dan ponakanmu. Lalu kau lihat laparkah mereka, adakah nasi di bawah tudung, terlantarkah mereka, abang hanya tukang tempel ban," ujarnya. Mulutku tergunci.

Tak jauh setelah hikayat Bang Pok, aku juga curhat dengan kawan, Yadi yang lebih tua dariku. Dia baru saja melamar pujaan hatinya yang baru selesai SMA. Kisahnya juga berliku karena ditentang orangtua gadis yang mengingingkan anaknya kuliah. Belakangan orangtua si gadis setuju, setelah dirapalnya Hikayat Kurma.

image
[Dok. pribadi]

Begini ceritanya. Yadi tergolong nekat, mungkin juga kebelet kawin. Dia datangi sendiri orangtua gadis dan menyakinkan anaknya akan tetap kuliah setelah nikah. Soal jodoh, sama seperti buah kurma dari Arab sana yang berjodoh dengan pemakannya seberapapun jauhnya jarak.

Misal, kita membeli kurma dari Arab saat ramadan dan memakannya. Berarti kurma itu jodoh kita, walaupun bungkusannya pernah turun di Tanjung Priok, di Belawan, atau daerah lain. "Ayah tak sanggup menentang, bila dia jodoh saya, cepat atau lambat kami akan bersama," begitu kata Yadi kepada orangtua gadis. Tak lama kemudian mereka menikah.

Dua petuah itu meneguhkanku, berusaha, bekerja dan menikah dengan bekas pacarku. Dan hikayat itu telah kusampaikan secara lisan kepada puluhan rekan yang bertanya dan meminta nasihat tentang membunuh rasa takut untuk menikah.

image
[Berbagi gembira saat kawan steemian menikah | Dok. reza]

Cobalah bagi yang punya cinta, karena aku juga pernah. Bagi yang jomblo? Jawabannya simpel saja, cari dulu. []

@abuarkan

Sort:  

Yang sudah punya tak salah jika menambah dua...

Dahulukan yang belum bg

Hahaha...rencana i droe kuh meunan cit..hahaha

Tugasku sekarang mencari duluu 😅😅😅
Baru setelah itu ku gunakan hikayat penambal ban. Haseeeeeekk 👏👏👏

Siapa yang takut kawen itu, tapi udah kebelet ? Sampai @abuarkan curhat segala

bereh that bang hikayat kurma :D

Peunutoh dari peutua syik. Cocok that keu para lajang yang ka sep umu

Pokok jih takat aju..jgn lepas angin bang ..hehe...mantap