Para petani di Kecamatan Tanah Luas Aceh Utara berkomitmen untuk mengurangi penggunaan pestisida pada tanaman kakao. Mereka membuat jebakan sederhana untuk menangkap berbagai jenis hama. Salah satunya adalah perangkap botol air mineral.
The farmers of Kecamatan Tanah Luas Aceh Utara commit to reduce the use of pesticides in cocoa plants. They make a simple trap to catch various types of pests. One of them is the trap of the mineral water bottle.
Marwan,46, petani Tanah Luas menjelaskan, para petani Aceh Utara telah mengikuti pelatihan di Balai Diklat Pertanian Sare, Aceh Besar beberapa waktu lalu. Mereka merupakan petani kakao binaan Pertamina Hulu Energi (PHE) NSB-NSO yang tersebar di Tanah Luas dan Matang Kuli. Tidak kurang dari 100 petani telah dibina sejak penanaman sampai pada pengelolaan hasil panen. “Untuk bisa mendapatkan kakao laku ke luar negeri, kami dilatih khusus di Sare (Balai Diklat Pertanian Aceh-red),” jelas Marwan.
Marwan, 46, a farmer of Tanah Luas explained that the farmers of North Aceh had attended training at Sare Agricultural Training Center, Aceh Besar some time ago. They are cocoa farmers built by Pertamina Hulu Energi (PHE) NSB-NSO spread in Tanah Luas and Matang Kuli. No less than 100 farmers have been nurtured since planting until harvest management. "To be able to get the cocoa sold abroad, we are trained specifically in Sare (Agriculture Training Center of Aceh-ed)," explained Marwan.
Menurutnya supaya kakao bisa menjadi komoditi ekspor, petani harus membatasi penggunaan racun serangga. “Bila kita menggunakan pestisida berlebihan, tidak bisa dikeluarkan sertifikat untuk hasil kakao kita,” jelasnya. Sementara sertifikat tersebut menjadi syarat, agar kakao dari petani Aceh Utara tersebut menjadi komoditi ekspor.
According to him that cocoa can become an export commodity, farmers should limit the use of insect poison. "If we use excessive pesticides, can not be issued a certificate for the results of our cocoa," he explained. While the certificate is a requirement, so that cocoa from the farmer of North Aceh is an export commodity.
Program GAP merupakan kegiatan Training of Trainer (TOT) dikuti sebanyak 25 orang. Setelah selesai pelatihan, mereka melatih kembali para petani lain yang tersebar di Tanah Luas dan Matang Kuli. ”Kita mengharapkan seluruh petani kita mendapat sertifikat, sehingga penghasilan petani lebih tinggi,” jelas Hulaini,48, petani Tanah Luas yang juga telah melatih sejumlah petani binaan PHE lainnya.
The GAP program is a Training of Trainer (TOT) activity followed by 25 people. After completion of the training, they retrained other farmers scattered in Tanah Luas and Matang Kuli. "We expect all our farmers to be certified, so that the farmers' income is higher," explained Hulaini, 48, a farmer of Tanah Luas who has also trained a number of other PHE farmers.
Mantap sekali idenya bg
Iya....masih banyak ide lain untuk menekan cost petani, terima kasih yaa
Hai @adam88, apa kabar? Artikel ini keren.. telah kami upvote dan resteem ke 6337 follower.. ;]
Terima kasih, ya...
orang indonesia kreatif..
Iya..semoga bermanfaat. Trim ya...
Informasi yang sangat bermanfaat
Terima kasih
Helo, apa kabar @adam88? Kami telah upvote ya.. 😉