Pasar Tradisional Ie Leubeu
Peradaban China sudah terbukti dan tercatat dalam sejarah lebih mula berkembang daripada negara lain. Di mana sejak 210 SM di bawah kekuasaan Kaisar Qin Shi Huang penguasa brilian sekaligus menjadi pemersatu China saat itu telah menunjukkan pada dunia bahwa pembangunan Tembok Besar pertama suatu ambisi untuk membawa perubahan pada dunia.
Penelitian para arkeologi telah mengisahkan riwayat perkembangan peradaban penduduk China, sebuah situs menunjukkan China negara yang akan berkembang sampai akhir dunia. Bahkan artefak-artefak yang mengagumkan telah merangkai kegigihan rakyat China dalam membangun negeri mereka. Sebut saja 'Tentera Terakota,' mengembangkan 'Jalur Sutra' di samudera lepas yang mengikat perdagangan dunia. Sejak pada saat itu mereka telah duluan maju serta berhasil membangun negerinya dengan cara yang tidak di duga sama sekali. Termasuk dalam menjaga istana kerajaan.
Pasar pagi Ieubeue
Warga China bukan hanya saja berhasil di negaranya akan tetapi mereka mampu membantu masyarakat lain untuk meretas perubahan perkembangan masa di bidang ekonomi ketimbang India. Wilayah kekuasaan China mencakup seluruh daerah perbatasan dunia. Seperti halnya di Aceh. Hubungan perdagangan kala itu sangat harmonis. Seperti di Pidie, Peunayong, Bireun, bahkan banyak lagi daerah lain yang pernah diduduki oleh rakyat Cina.
Namun, bukan tak mungkin kepentingan dalam hubungan pun terus berlanjut sampai sekarang. Segala kebutuhan barang dihasilkan dari para pedagang China yang didatangkan khusus dari Medan demi memenuhi kebutuhan masyarakat Aceh. Perdagangan China banyak membantu masyarakat Aceh. Mungkin jasa lama yang pernah terjalin antara pedagang Aceh dan China pernah bekerjasama bukan dalam tempo yang singkat.
Sehingga nampak banyak penduduk China yang berjualan di toko-toko seputaran Aceh. Kebanyakan dari mereka membuka usaha perbengkelan, toko emas, bangunan, dan berjualan alat-alat teknologi.
Warisan hubungan perdagangan masih melekat dan mendarah daging dalam diri saudagar maupun pedagang Aceh secara turun temurun. Suatu kali saya pernah singgah di warkop Ie Leubeu, di sana masih ada seorang penjual kopi, dari semenjak dulu para pedagang China di Pidie sangat dihormati dan disegani oleh para pedagang. Hubungan dan ikatan sesama pedagang tak pernah lekang.
Pasar Ie Leubue yang pernah menjadi induk dan diduduki oleh warga China dapat menjadi sumber sejarah 'Hubungan Harmonisnya pedagang Aceh dengam China.' Bagi masyarakat pesisir (Khususnya para nelayan) perdagangan dalam sistem barter barang antar pembeli dan ekspor impor barang lainnya.
Kerja sama yang mengikat ini terus berlanjut---sampai sekarang meski agak tertutup namun masih terjalin dengan baik. Menurut Akiong, pedagang China sudah menduduki Pidie sejak tahun 1965, tidak pernah ada kendala sedikit pun melainkan hubungan perdagangan yang baik dan harmonis tidak pernah pudar.
Pasokan barang-barang yang didatangi dari Medan- ke Aceh sampai sekarang banyak membantu masyarakat Pidie. Hanya saja menurut salah satu pedagang Pidie orang kita pun menganut sistem dan metode perdagangan yang sama. Sampai pedagang Pidie dijuluki 'China Keling' kenapa? Karena pola perdagangan yang sama dan bagus untuk dijalankan, kecuali dalam 'aqad muraqabah.'
Pasar Ie leuebue. Suasana sore hari
Maka hubungan yang pernah terjalin dengan baik ini perlu ditingkatkan. Agar budaya perdagangan rakyat Pidie yang pernah mashur ke seluruh pelosok negeri, melalui pelabuhan-pelabuhan menjual barang dagangannya, baik ekspor dan impor kembali terlaksana. Kemajuan sebuah daerah sangat tergantung pada para pedagang, defisit pajak dan kenaikan inflasi pasar sangat memengaruhi hasil dari para pedagang.
Pedagang Aceh sangat bergantung pada hasil produksi. Ketergantungan ini mempersulit permintaan pasar. Dan konsumen akan terpengaruh harga pasar pun lebih meningkat apabila tidak terjalin hubungan yang baik dan harmonis. Jangan sampai warisan budaya perdagangan ini lenyap di telan masa. China dan Pidie pernah bersama-sama membawa kemakmuran bagi rakyat terumata pedagang Pidie.