Hello my Stemians friends, did you remember about Miftahul Jannah? Women's judo athletes at the 2018 Asian Gemas event who choose to be disqualified rather than having to open the veil? Now this young girl from Aceh is increasingly popular. Her decision was supported by many parties.
In a post of a famous missionary I even saw that there was an offer of Umrah for Miftahul itself and also for one of her parents. The missionary wrote that the hijab he wore when he was about to compete was more appropriate to come to Kakbah in Mecca.
The hijab will take Miftahul there. So about the message written by the cleric.
This female judoka from Aceh is still young. She is only 21 years old. She came to the 2018 Asian Para Games to attend the competition in the 52-kilogram low vision category.
But for the sport he was involved in, she did not allow athletes to wear headgear. All of that is due to safety reasons. This is different from karate and taekwondo, allowing female athletes to wear a special hijab during the competition.
But Miftahul prefers not to compete, rather than having to open the hijab which will then show her hair and head. Of course that is not justified in Islam. Mistahul provides the right choice.
Miftah understand about regulation in Judo sports. As a chosen to appear on behalf of her country, of course she is very well equipped with match rules and binding conditions in accordance with international standards.
As conveyed to the Minister of Youth and Sports, Imam Nahrawi, that she only wanted to bring about change in the sport of Judo. As was done by Saudi Arabian judoka, Woj and Ali Seraj Abdulrahim Shaherkani, who succeeded in changing the rules at the 2012 London Olympics when she wore a hijab that was modified when competing.
All of us have a choice. Every choice we make must go through various considerations. Like the word wise, life is a choice and we must dare to choice.
Image source: 1, 2, 3, 4, 5, 6
*INDONESIA*
Hidup adalah sebuah pilihan dan kita harus berani memilih
Sahabat Stemians masih ingat dengan Miftahul Jannah? Atlet judo wanita di ajang Asian Para Gemas 2018 yang memilih didiskualifikasi ketimbang harus membuka jilbabnya? Kini gadis muda asal Aceh ini semakin popular. Keputusannya mendapat dukungan banyak pihak.
Di sebuah postingan seorang mubalig ternama bahkan saya melihat ada tawaran umrah untuk Miftahul sendiri dan juga untuk kedua orang tuanya. Sang mubalig menuliskan bahwa jilbab yang ia kenakan saat hendak bertanding, lebih tepat dipakai untuk datang ke baitullah.
Jilbab itu akan mengantarkan Miftahul ke sana. Begitu kira-kira pesan yang dituliskan oleh ustaz tersebut.
Judoka putri asal Aceh ini masih sangat belia. Umurnya baru 21 tahun. Ia datang ke Asian Para Games 2018 untuk mengikuti pertadingan dalam kategori low vision wanita 52 kilogram.
Namun untuk cabang olahraga yang ia geluti, tidak mengizinkan para atlet mengenakan penutup kepala. Semua itu karena alasan keselamatan. Hal ini berbeda dengan karate dan taekwondo, memungkinkan atlet perempuan mengenakan jilbab khusus selama kompetisi.
Tetapi Miftahul lebih memilih untuk tidak bertanding, dari pada harus membuka jilbab yang kemudian akan memperlihatkan rambut dan kepalanya. Tentu itu tidak dibenarkan dalam Islam. Mistahul memberikan pilihan yang tepat.
Miftah bukan tidak paham tentang regulasi dalam olah raga Judo. Sebagai judoka yang terpilih untuk tampil mewakili negaranya, tentu saja ia sudah sangat cukup dibekali dengan aturan tanding dan syarat yang mengikat sesuai dengan standar internasional.
Seperti disampaikan ke Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, bahwa dia hanya ingin membawa perubahan dalam olahraga Judo. Seperti yang pernah dilakukan judoka Arab Saudi, Wojdan Ali Seraj Abdulrahim Shaherkani, yang berhasil mengubah aturan di Olimpiade London 2012 ketika ia mengenakan jilbab yang dimodifikasi saat bertanding.
Semua kita punya pilihan. Setiap menentukan pilihan apapun yang kita ambil tentu sudah melewati berbagai pertimbangan. Seperti ungkapan kata bijak, life is a choice and we must dare to choice.
Miftahul Jannah telah mengajarkan kita banyak hal. Dan yang paling penting dari itu semua, Miftah telah memilih jalan yang benar. Ia menginspirasi.. Selamat beristirahat, Bang @aiqabrago.. :)
saya rasa "benar"nya masih bisa diperdebatkan bang. karena sejauh yang msaya baca, perarutan tanpa hijab adalah untuk melindungi si atlet sendiri. Saya salut dengan pendiriannya, akan tetapi juga kita juag harus mengikuti aturan yang dibuat uutk melindungi diri kita.
Benar, saya juga baca demikian. Bahwa aturan itu untuk keselamatan atlet. Tapi kasus seperti ini pernah terjadi pada atlet Arab Saudi beberapa tahun lalu di ajang internasional lainnya.
Kemudian jalan tengah dicari oleh tim official Arab Saudi dengan cara merundingkannya dengan panitia. Akhirnya si atlet tetap tampil dengan menggunakan hijab, tetapi hijab tersebut disesuaikan dengan keadaan agar kekhawatiran yang ditakutkan panitia tidak terjadi pada atlet tersebut.
Kalau dari kacamata ini kita lihat, malah yang salah tim official kita yang tak cakap bernegosiasi dengan panitia. Atau bisa jadi panitia Asian Para Games ini memang lebih "keras" dan tak mau berunding..
Saya sangat terharu melihat Miftahul Jannah bang @aiqabrago dengan sebuah pendiriannya. 👍
Banyak hal dan pelajaran yang bisa kita ambil hikmahnya dalam hal ini, sebuah keputusan yang didasari dengan berbagai pertimbangan adalah hal utama yang wajib diperhatikan. Inilah hidup yang semestinya kita jalankan, karena berada di jalan yang benar. Sajian yang sangat inspiratif dan mendidik. Terimakasih bg @aiqabrago semoga sukses selalu
Salut saya melihat miftahul mengambil keputusan ini. dia lebih memilih di kualifikasi dari pada membuka jilbabnya. sungguh kuat imannya kepada allah.
dan saya juga setuju dengan keputusan miftahul. Karena agama adalah jalan hidup. Maka dari itu agama adalah hal yang utama yang harus ditaati aturannya dari pada hal yang lain. terima kasih bang @aiqabrago atas informasi ini. Sebelumnya saya tidak tahu tentang ini.
Kisah Miftahul Jannah sangat menginspirasi, kita mestinya bisa belajar dan ambil hal positif dari kisah yang alami oleh Miftahul Jannah. Kita tidak boleh berputus asa, dan patah semangat, hidup harus positif thinking. Tulisan yang sangat bermanfa'at dan mendongkrak gairah kami para Steemian, untuk tetap bersemangat.
Salam sukses selalu bang @aiqabrago😊
Saya salut dengan beliau Bang @aiqabrago
rela menghadapi kenyataan yg berkonsistensi keluar dari permaianan, tetapi teguh dalam menegakkan aqidah. Hijab sebagai kehormatan Islam.
Salut buat perempuan satu ini, berani berprinsip, memilih istiqamah dikeyakinannya. Pembuat peraturan yang sangat ketakutan dengan jati dirinya, bukti bahwa Miftahul Jannah adalah sang juara walau tanpa bertanding.
@mukhtarilyas, semoga sikap dan keputusan Miftahul Jannah menjadi model yabg menginspirasi bagi kaum hawa Dunia bang @aiqabrago, selamat Menunaikan Ibadah Umrah Miftahul Jannah.
Miftahul Jannah mampu 'melihat' dengan baik mana yang harus dia pegang teguh... meski tidak mendapat medali, tapi sesungguhnya dia adalah sang juara yang menginspirasi!
Salut dan bangga melihat miftahul jannah.
Posted using Partiko Android
Pilihan yang tepat dilakukan Miftahul Jannah ya bang @aiqabrago? Sudah saatnya semua cabang olahraga harus mempertimbangkan segala aspek, termasuk dari segi agama. Seperti halnya bola volly. Dulu, atlet volly wanita bikin gagal fokus kaum laki-laki, tapi dengan aturan yang memperbolehkan atlet untuk mengenakan hijab maka sedikit pemandangan berbeda sekarang mulai terlihat. :)