Good Morning Steemian ..
May Our Journey Today Be Protected Always by the Almighty. Amin.
a Glass of Aceh Coffee
"Jep Kupi Ngat Bek Pungo" These words are very familiar to the people of Aceh especially young people. Why not? It's not without a reason, because coffee for the people of Aceh is an extraordinary gift from God. No day without a glass of coffee in the sips, in addition to good health coffee is also believed to have a variety of other positive values if enjoyed as needed.
Source : Pictaram.com
For young people Aceh a glass of coffee is a wealth, not because of the price but because of the benefits of a glass of coffee
Source : Picstoc.com
Aceh is a region with the nickname "Pulau Seribu Warung Kopi" and Aceh is also one of the best quality coffee producers, Aceh coffee originated from the Netherlands brought by a Dutch businessman in the XVII century through Batavia (now Jakarta) and then into Aceh. The first coffee introduced was Arabica type coffee which later developed with a more diverse type.
In the world, coffee can be divided into 2 groups by type, namely Arabica coffee and Robusta coffee. In Aceh these two types of coffee are cultivated by the local community. Arabica coffee is commonly cultivated in the highlands of Gayo Land, including Takengon, Southeast Aceh, and Gayo Lues. While in Pidie (mainly Tangse and Geumpang) and Aceh Barat, people prefer to develop Robusta coffee. (Source: Kopiaceh.com)
Arabica coffee is rather large and dark green, the leaves are oval, the height of the tree reaches seven meters. However, in coffee plantations, the height of this tree is maintained to range from 2-3 meters. The goal is easy to harvest. Arabica Coffee Tree started producing its first fruit in three years. Usually the branch grows from the stem with a length of about 15 cm. The leaves are above the color of the sun because the sun is darker. Each rod accommodates 10-15 small flower arrangements that will be the fruit of coffee. From this process then came the coffee fruit called cherry, oval-shaped, two pieces side by side.
Source : Otten Coffe
Gayo Coffee is one of the leading commodities originating from the Gayo Highlands. Coffee plantations that have been developed since 1908 is thriving in Bener Meriah and Central Aceh. Both areas are located at an altitude of 1200 m above sea level has the largest coffee plantations in Indonesia with an area of about 81,000 ha. 42,000 ha each are located in Bener Meriah Regency and 39,000 ha in Aceh Tengah Regency. Gayo is the name of the original tribe who inhabit this area. The majority of Gayo people work as Coffee Farmers.
Arabica varieties dominate the coffee species developed by Gayo Coffee farmers. Arabica Coffee Production produced from Gayo Land is the largest in Asia. Gayo coffee is one of the typical coffee from Aceh Nusantara quite popular by various circles in the world. Gayo coffee has a very distinctive aroma and flavor. Most of the coffee is there, the bitter taste is still left on our tongue, but not so in Gayo coffee, bitter taste is hardly felt in this coffee. The genuine taste of Gayo coffee is found in the aroma of fragrant coffee and savory taste is hardly bitter. There is even a opinion that the taste of Gayo coffee exceeds the taste of Blue Mountain coffee originating from Jamaica.
In the area coffee is grown in an organic way without chemicals so this coffee is also known as green coffee (environmentally friendly). Gayo coffee is touted as the best organic coffee in the world. (Source: Kopigayo.com)
Good morning and enjoy your activities.
Dont forget to get a cup of coffe.
Segelas Kopi Aceh
Selamat Pagi Steemian..
Semoga Perjalanan Kita Hari ini Senantiasa Dilindungi Oleh Yang Maha Kuasa. Amin.
"Jep Kupi Ngat Bek Pungo" Kata-kata ini sungguh sangat familiar ditelinga masyarakat Aceh terutama kawula muda. Mengapa tidak? Hal tersebut bukan tanpa alasan, melainkan karena kopi bagi masyarakat Aceh merupakan sebuah anugerah yang luar biasa dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Tiada hari tanpa segelas kopi yang di seruput, selain baik untuk kesehatan kopi juga diyakini memiliki berbagai nilai positif lainnya jika dinikmati sesuai dengan kebutuhan.
Sumber : Pictaram.com
Bagi kawula muda Aceh segelas kopi merupakan sebuah kekayaan, bukan karena harganya melainkan karena manfaat dari segelas kopi tersebut.
Aceh merupakan sebuah daerah dengan julukan "Pulau Seribu Warung Kopi" kemudian Aceh juga salah satu daerah penghasil kopi dengan kualitas terbaik, kopi Aceh berasal dari Belanda yang dibawa oleh seorang pengusaha Belanda pada abad XVII melalui Batavia (sekarang Jakarta) lalu masuk ke Aceh. Kopi yang pertama sekali diperkenalkan adalah kopi jenis Arabica yang kemudian berkembang dengan jenis yang makin beragam.
Di dunia, kopi bisa dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan jenisnya, yaitu kopi Arabica dan kopi Robusta. Di Aceh kedua jenis kopi ini dibudidayakan oleh masyarakat setempat. Kopi jenis Arabica umumnya dibudidayakan di wilayah dataran tinggi Tanah Gayo, termasuk Takengon, Aceh Tenggara, dan Gayo Lues. Sedangkan di Kabupaten Pidie (terutama wilayah Tangse dan Geumpang) dan Aceh Barat, masyarakat lebih menyukai mengembangkan kopi jenis Robusta. (Sumber : Kopiaceh.com)
Kopi Arabika agak besar dan berwarna hijau gelap, daunnya berbentuk oval, tinggi pohon mencapai tujuh meter. Namun di perkebunan kopi, tinggi pohon ini dijaga agar berkisar 2-3 meter. Tujuannya agar mudah saat di panen. Pohon Kopi Arabika mulai memproduksi buah pertamanya dalam tiga tahun. Lazimnya dahan tumbuh dari batang dengan panjang sekitar 15 cm. Dedaunan yang diatas lebih muda warnanya karena sinar matahari sedangkan dibawahnya lebih gelap. Tiap batang menampung 10-15 rangkaian bunga kecil yang akan menjadi buah kopi. Dari proses inilah kemudian muncul buah kopi disebut cherry, berbentuk oval, dua buah berdampingan.
Sumber : Otten Coffe
Kopi Gayo merupakan salah satu komoditi unggulan yang berasal dari Dataran Tinggi Gayo. Perkebunan Kopi yang telah dikembangkan sejak tahun 1908 ini tumbuh subur di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah. Kedua daerah yang berada di ketinggian 1200 m dari permukaan laut tersebut memiliki perkebunan kopi terluas di Indonesia yaitu dengan luas sekitar 81.000 ha. Masing-masing 42.000 ha berada di Kabupaten Bener Meriah dan selebihnya 39.000 ha di Kabupaten Aceh Tengah. Gayo adalah nama Suku Asli yang mendiami daerah ini. Mayoritas masyarakat Gayo berprofesi sebagai Petani Kopi.
Varietas Arabika mendominasi jenis kopi yang dikembangkan oleh para petani Kopi Gayo. Produksi Kopi Arabika yang dihasilkan dari Tanah Gayo merupakan yang terbesar di Asia. Kopi Gayo merupakan salah satu kopi khas Nusantara asal Aceh yang cukup banyak digemari oleh berbagai kalangan di dunia. Kopi Gayo memiliki aroma dan rasa yang sangat khas. Kebanyakan kopi yang ada, rasa pahitnya masih tertinggal di lidah kita, namun tidak demikian pada kopi Gayo, rasa pahit hampir tidak terasa pada kopi ini. Cita rasa kopi Gayo yang asli terdapat pada aroma kopi yang harum dan rasa gurih hampir tidak pahit. Bahkan ada juga yang berpendapat bahwa rasa kopi Gayo melebihi cita rasa kopi Blue Mountain yang berasal dari Jamaika.
Di daerah tersebut kopi ditanam dengan cara organik tanpa bahan kimia sehingga kopi ini juga dikenal sebagai kopi hijau (ramah lingkungan). Kopi Gayo disebut-sebut sebagai kopi organik terbaik di dunia. (Sumber : Kopigayo.com)
Woooiiii.... Sudah pada ngopi belonnnn ?
Ngopiii apa ngopiii.....
Diam diam waeee..
Selamat pagi dan selamat beraktifitas.
Jangan lupa ngopi dulu.
Bereh that nyan bos
Jep kupie dilee bah leubeh bereh 😅
Alright