Dahulu ketika saya masih berada di Banda Aceh, pasar peunayong terlihat sangat kumuh dan tidak beraturan. Beberapa bangunan Peunayong yang dihuni oleh mayoritas kaum Tionghoa sekarang terlihat lebih indah, karena bangunan lama yang dulu tidak terurus kini sudah dicat dengan berbagai macam warna sehingga memberikan keindahan tersendiri. Menurut informasi tidak ada donasi bantuan untuk pengecatan bangunan, semua ini karena inisiatif tersendiri dan arahan oleh pak Walikota.

Peunayong nerupakan pasar tradisional dan pusat perdagangan di kota Banda Aceh. Disini kita bisa membeli berbagai macam keperluan seperti ikan, sayuran atau belanja keperluan sembako lainnya. Disini juga kita bisa menemukan kapal ikan yang singgah sesudah mencari ikan dilautan dan siap dipasarkan disini.

Sisi jalan H. Ahmad Yani dan WR. Supratman sudah disulap dengan tangan para seniman jalanan Aceh. Keahlian mereka membuat wajah pasar yang kusam terlihat lebih sumringah. Coretan mural menghiasa sisi bangunan dipersimpangan jalan. Mata setiap pembeli dan pelintas jalan ini pasti akan tertuju pada lukisan mural yang sangat indah.

Setiap kota yang ada di Aceh memiliki bangunan tua masa penjajahan dulu. Bangunan tua yaang sudah tua itu setidaknya direhab dan dicat seperti yang dilakukan warga Tionghoa Peunayong sehingga bisa menjadikan bangunan tua ini menjadi tempat objek wisata.