Assalamualaikum Wr.Wb sahabat steemits semuanya, masih semangat kan puasanya, tak terasa ya hari ini, hari ke-10 ramadhan, semoga sahabat steemits semua selalu berada dalam lindungan Allah, kemarin-kemarin zana sudah review buku Acehnologi volume ke 2 dan volume ke 3, yang merupakan buku milik bapak Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, Ph.D, tentunya disana banyak sekali membahas tentang sejarah-sejarah Aceh, dan pembahasan-pembahasan yang lainnya mengenai Aceh.
Nah, kali ini zana akan mengupas sedikit tentang Aceh seuramoe Makkah, pasti teman-teman sudah sering dengarkan? Penyebutan Aceh sebagai Seuramoe Makkah, kenapa sebenarnya Aceh disebut dengan Seuramoe Makkah, simak terus ya hingga habis.
Perwujudan Aceh sebagai seuramoe makkah diwujudkan dalam salah satu lembaga pendidikan di Aceh yaitu Universitas Serambi Makkah, yang didirikan pada tahun 1985. Lembaga ini mengalami kemajuan pada tahun 2002 kemajuan dan perkembangan Universitas Serambi Makkah ini ditandai dengan bertambahnya program-program studi, seperti fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP),Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Teknologi Pertanian (FTP), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM). Adapun tujuan didirikan lembaga pendidikan ini sebagai tempat untuk mencari ilmu masyarakat Aceh khususnya, karena ia berada di Aceh. Mahasiswa yang menuntut ilmu di universitas Serambi Makkah ini tidak hanya berasal dari Banda Aceh dan Aceh Besar, tetapi ada juga yang berasal dari Pidie, Abdya, Meulaboh, dan lain sebagainya.
Jika dilihat dalam konteks sejarah Islam di Aceh, pemberian nama Universitas Serambi Makkah atau penyebutan Aceh sebagai seuramoe Makkah itu sangat berkaitan dengan konteks masuknya Islam di Aceh, saya akan menceritakan pemberian nama Aceh sebagai Seuramoe Makkah dari awal proses masuknya Islam di Aceh hingga sistem pendidikan di Aceh,proses masuknya Islam di Aceh dimulai dari abad ke-13 M,ditandai dengan adanya pemukiman masyarakat yang Muslim, adanya interaksi antara pedagang muslim dari Arab, Persia, dan India dengan masyarakat pribumi, proses Islamisasi tersebut ditandai dengan adanya budaya di dalam masyarakat Aceh tersebut. Seiring waktu berjalan proses penyebaran Islam di Aceh ini berlangsung sangat luas hingga abad ke-15, ditandai dengan munculnya kerajaan Islam di Nusantara dan Malaysia serta keruntuhan kerajaan Sriwijaya di Sumatra Selatan. Perlu kita ketahui selain di Samudra Pasai, di Malaka juga berdiri kerajaan Islam yang merupakan kerajaan Islam ke dua di Asia Tenggara.
Pada tahun1511, Malaka dibawah kendali Portugis sehinggaa saat itu pusat perdagangan dan pelayaran kembali beralih kepada Kerajaan Aceh Darussalam. Kerajaan Islam yang familiar saat itu ialah Pertama kerajaan Peurelak,didirikan oleh Sultan Alaiddin Syah (1161-1186 M) nama aslinya ialah Sayyid Abdul Azis, yang berasal dari kaum syiah, ibunya putri dari Meurah/Raja Peurelak. Kedua, Samudera Pasai, tokoh yang pertama kali melakukan penyebaran Islam ialah Syekh Ismail, pendapat mengenai perkembangan Islam pada abad ke-13 M, didukung oleh Ibnu Batutah, seorang pengembala asal Maroko yang berkunjung ke Samudra Pasai pada abad ke-14 M. Samudra Pasai ini sebagai salah satu pusat pengembangan studi Islam dan tempat perkumpulan para ulama-ulama Aceh yang cenderung berdiskusi masalah keagaamaan. Ketiga,kerajaan Aceh, terletak di daerah kabupaten Aceh besar, ada 2 pendapat mengenai kapan kerajaan Aceh ini didirikan ada yang mengatakan kerajaan Aceh ini didirikan pada abad ke-15 M diatas puing-puing kerajaan Lamnuri (Muzaffar Syah 1465-1597), dan ada juga yang mengatakan kerajaan Aceh ini didirikan mendekati tahapan pertengah abad ke-14.
Alasan lain Aceh diberi gelar sebagai Seuramoe Aceh diantaranya: Pertama, Adanya dayah-dayah salafi seperti dayah ulee titi, dayah seulimum, dayah salafi ini dayah yang lebih mengedepankan ilmu Islam saja, seperti mempelajari berbagai kitab kuning, contohnya kitab wisyahul Afrah, yang mempelajari tentang fiqih ibadah, kitab safinatunnaja dalam versi Arab yang merupakan kitab yang mengupas fiqih ibadah jua. Kedua, banyaknya ulama-ulama yang di Aceh, yaitu, Almarhum Tgk H Mukhtar Luthfi bin Tgk H Abdul Wahab (Abon Seulimuem), juga salah seorang pendiri dayah, yaitu dayah Ruhul Fata, Almarhum Abdul Rauf As-singkili, Hamzah Fansuri, dan lain sebagainya. Ketiga, adanya teungku-teungku atau ustadz di tiap-tiap daerah tempat tinggal masyarakat Aceh.Keempat, adanya majelis pengajian di daerah-daerah tempat tinggal masyarakat Aceh. Kelima,adanya majelis dzikir di daerah Aceh, seperti zikir yang dilakukan di masjid raya baiturahman kota Banda Aceh.
Peristilahan Aceh seuramoe Makkah juga didapatkan di dalam Syair Aceh yang dibawakan oleh Liza Aulia, seperti
Nanggroe Aceh nyoe Seuramoe Makkah
Nanggroe meutuah pusaka kaya
Nangggroe jih ubet haseil meulimpah
geubri le Allah yang maha kaya
Ta bangun ta kembang
Seni budaya beugeut ta jaga
Seudati rapai sama
Ranup rampuan seruene kale
Adapun makna syair tersebut ialah kita harus menjaga apa yang sudah menjadi kebudayaan atau tradisi di Aceh, serta kita kembangkan budaya-budaya Aceh yang sudah ada, agar adanya kemajuan di dalam negeri Aceh ini.
@allfah bagus tat pembahasan jih 👍👍👍
Semoga org paham dan bisa jd ilmu bagi yg membacanya