Assalamualaikum Wr.wb sahabat stemitssss semuanya, kemarin zana sudah membahas etnografi bagian setting tentang historis Seuramoe Makkah, yang terwujud dalam suatu Institut atau Universitas Serambi Makkah, yang terletak di kawasan Banda Aceh lebih tepatnya Batoh, pada kajian tersebut zana mengupas dari awal proses masuknya Islam hingga ke sistem pendidikan di Aceh.Pembahasan mengenai seuramoe Makkah atau Universitas tersebut mempunyai nilai sendiri di dalam masyarakat Aceh.
Nah kali ini sama seperti postingan yang sebelumnya,masih mengenai etnografi pada bagian settingnya,teman –teman pasti penasaran kan? Zana mau bahas apa tentang setting (tempat),baiklah kalau teman-teman steemits penasaran simak terus postingan ini hingga pembahasan akhir yaa, pada postingan ini zana akan membahas tentang Tradisi jak keumunjoeng ureung meuninggai di Aceh (Tradisi melayat/berkunjung ke rumah orang meninggal di Aceh), pembahasan tersebut merupakan postingan kedua etnografi yang terdapat dalam bagian setting, setting pada pembahasan ini memiliki makna bahwa masyarakat Aceh mempunyai ciri khas atau tradisi tersendiri dalam berkunjung ke tempat orang meninggal, dan tradisi juga sudah menjadi kebiasaan-kebiasaaan masyarakat Aceh yang sudah dilakukan turun-temurun di Aceh.
Pada tanggal 16 Mei 2018 yang lalu bertepatan hari rabu, yaitu hari sebelum ramadhan, juga bertepatan dengan hari Meugang, saat itu saya sedang berada di tempat service motor Lambaro-Aceh besar, tepat jam 10:00 WIB, handphone ibunda saya berbunyi, ternyata ada salah seorang famili kami yang mengabarkan bahwa salah seorang warga Jurong Peunjera yang merupakan kakek dari sepupu ibunda saya atau saya memanggil sepupu ibunda saya dengan panggilan cecek sudah berpulang ke Rahmatullah, pada rabu malam, ibunda saya merasa terkejut dan mengatakan pada saya kenapa telat sekali diberi kabar? Lalu, kami berfikir positif thinking bahwa, mungkin karena lagi gabuk sehingga lupa untuk mengabarkan kepada famili lainnya. Ketika mendengar kabar tersebut kami pulang ke rumah terlebih dahulu, sekitar pukul 11:30 WIB,kami berencana untuk jak keumeunjong ureung meuninggai tersebut yang berada di kampung jurong peujera, kecamatan Ingin Jaya, kabupaten Aceh Besar, namun sebelum melayat ketempat orang meninggal tersebut, Ibunda saya menelvon salah seorang famili kami untuk menanyakan apakah kakeknya tersebut sudah dikuburkan atau belum,famili kami mengatakan bahwa kakeknya itu sudah dikuburkan. Ketika itu Ibunda saya memutuskan keumeunjong atau berkunjung tersebut, perginya ba’da dzuhur saja.
diedit oleh @allfah97
Kemudian bertepatan 14:00 WIB atau ba’da dzuhur saya dan family berangkat menuju ke rumah orang meninggal tersebut, disitu saya melihat Ibunda saya membawa suatu bungkusan yang dibungkus dengan sapu tangan warna pink yang ukuran kecil yang bermotif bunga, yang berwarna pink, saya penasaran dengan isi yang dibawakan oleh Ibunda saya, lalu saya mengintip isi bungkusan tersebut, ternyata isinya telur ayam, lalu saya bertanya kepada Ibunda, kenapa dibawa telur, kenapa tidak bawa saja beras? Ibunda saya mengatakan bahwa ada perbedaan sosial dalam jak keumonjoeng ureung meuninggai, kata Ibunda saya biasanya yang dibawakan untuk beusan itu memang telur.
Disini saya juga melihat orang yang membawa beras, biasanya beras itu dibawa oleh masyarakat desa yang berada di kampung tersebut, akan tetapi ada juga orang yang membawa uang, biasanya tradisi membawa uang ketika keumenjoeng ureung meuninggai tersebut sering dilakukan oleh orang-orang kota, atau orang-orang kantor,yang biasanya orang tersebut tidak mau repot-repot untuk membawa beras, saya juga melihat biasanya uang tersebut dimasukkan ke dalam baskom yang telah diisi oleh beras,baskom tersebut sudah disediakan oleh pemilik rumah baik di bawah tenda maupun di dalam rumah, ketiga bentuk buah tangan, seperti telur, beras, dan uang tersebut suatu bentuk tradisi masyarakat Aceh ketika keumenjoeng ureung meuninggai.
diedit oleh @allfah97
Bukan hanya itu saja tradisi keumenjoeng ureung meuninggai, tetapi ada juga tradisi meutimang jame ketika keumeujong ureung meuninggai,tradisi ini sebagai pertunjukkan etika orang punya rumah dalam melayani tamu, biasanya dirumah orang meninggal itu kita sering dijamu dengan berbagai kue- kue krueh (keras), seperti boh katok, ek glang, roti bintang, dan lain sebagainya, dalam hal minuman biasanya dijamun dengan air sirup merah, teh, kopi, dan aqua gelas.
Begitu ya sukses buat mu salam kompak aja
Amiin, salam kompak kembali