Berbagai potensi wisata Aceh memang sangat menjanjikan. Boleh dibilang masih lebih unggul dari daerah lain. Wisata bahari dengan pantai-pantai yang eksotik bertebaran di rata pelosok Aceh. Pemandangan bawah lautnya yang indah untuk wisata snorkeling, ombaknya yang bergulung dan berlembah menjadi surga para peselancar angina dipadu keindahan gugusan pulau-pulau adalah surga para petualang.
Ada gugus Pulo Aceh, Sabang dengan Pulau Klah dan Rubiahnya, Aceh Jaya dengan sejumlah gugus pulaunya, atau bahkan 99 pulau eksotik di kepulauan banyak dan Pulau Simelue yang saat ini menjadi kampong para “adventure” dan penikmat wisata extreme.
Kejuaraan surfing internasional yang bertema Aceh Internasional Surfing Championship 2013 lalu di di Simeulue, dan diikuti Amerika, Australia, Austria, Malaysia, Thailand, dan Filipina, serta peselancar nasional berasal dari Bali, NTB, Jawa Barat dan Aceh, serta dari Simeulue sebagai tuan rumah, telah menjadi pintu gerbang wisata dunia, Pulau Simeulue surganya wisata bahari, jauh lebih indah dibandingkan lokasi lain yang ada di Indonesia.
Tidak hanya wisata bahari, tapi kulinerAceh begitu menggoda. Aneka makanan khas tradisi yang mengoyang lidah para pengendus kuliner. Satu hal yang mengindentikkan Aceh sebagai zona ingatan, adalah dikenal dengan kota seribu warung kopi. Bagi penikmat kopi, siapa yang tak pernah dengar tentang enaknya kopi Aceh.
Kopi Aceh dikagumi para Coffee Lover di seluruh dunia. Dalam hal produk keunggulan mutu, kopi Aceh menjadi andalan Indonesia. Tercatat sekitar 40 persen biji kopi Arabika tingkat premium dari total panen kopi di Indonesia adalah produksi dari Aceh. Produksi kopi di Indonesia setiap tahunnya rata-rata mencapai 600 ribu ton dan lebih dari 80 persen produksi biji kopi berasal dari perkebunan rakyat
Seperti banyak ditulis, bahwa budidaya kopi di Aceh sudah dimulai pada masa kekuasaan pemerintah Belanda di Tanah Gayo tahun 1904. Daerah dataran tinggi Gayo dijadikan onder afdeeling Nordkus Atjeh yang beribukota di Sigli. Gayo (Aceh Tengah dan Bener Meriah) tercatat sebagai daerah penghasil kopi terbesar sejak tahun 1972 yang tersebar di wilayah perkebunan seluas 19.962 ha.
Kopi Arabica Gayo cukup terkenal di dunia karena aroma dan kenikmatan yang khas. Hal ini terbentuk dari letak Dataran Tinggi Gayo, Aceh, dan beberapa unsur lingkungan sekitarnya. Kopi Arabica Gayo memiliki peringkat premium dan banyak diekspor ke negara-negara Eropa selain ke Amerika Serikat dan Asia.
Kopi Arabica, nama yang dipopulerkan seorang ilmuan Swedia, Carl Linnaeus (Carl von Linné) pada tahun 1753. Jenis Kopi yang memiliki kandungan kafein sebasar 0.8-1.4% ini awalnya berasal dari Brasil dan Etiopia. Arabika (caffea Arabica) merupakan Spesies kopi pertama yang ditemukan dan dibudidayakan manusia hingga sekarang. Kopi arabika tumbuh di daerah di ketinggian 700-1700 meter dpl dengan suhu 16-20 °C, beriklim kering tiga bulan secara berturut-turut. Jenis Arabica ini terbagi lagi menjadi king gayo. peaberry, long berry, dan lainya. Kemudian ada jenis Robusta, keturunan beberapa spesies kopi , terutama GetOne coffe.
Kemajuan teknologin dan pengembangan kualitas selera rasa penikmat kopi, sekarang kopi Aceh diracik secara modern dan elegan. Ada Drip Method (Kopi Tetes) atau disebut juga Filter Method. Ada French ress atau Disebut juga Plunger atau Cafetiere yang dibuar dengan mengekstrak paling banyak cita rasa. Turkish Coffee atau Arab Method, dan Espresso, Mesin Espresso ada yang manual dan otomatis, serta ada metode Vacuum, Neapolitan Flip, dan Instant Coffee (Kopi Instan).
Ragam paket wisata Aceh itu yang ikut dipamerkan dalam Deep & Extreme Indonesia 2018 yang berlangsung di di Hall B, Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, sejak Kamis (8/3). Penampilan Aceg dengan menu yang kreatif dan aktratif itu menyentak perhatian para pengunjung, termasuk sejumlah turis manca negara.
Aktrasi barista kopi Aceh dengan latar belakang Pegunungan Burni Telong di dataran tinggi Gayo serta photo ukuran besar wisata petualangan Aceh menjadi sajian menarik. Selain itu disediakan 2 unit TV Flat berukuran 42 centimeter dengan konten TVC the Light of Aceh l dan II yang memutar atraksi wisata, seperti surfing, wisata rafting, Tour de Leuser dan Aceh International Marathon, sambal menyeruput kopi Aceh secara cuma-cuma (gratis)
Pameran yang berlangsung tiga hari itu, kata, Nurlaila Hamjah, S.Sos, MM, kasi Analisa dan Pengembangan Segmen Pasar, Dinas Parawisata Aceh, menjadi bagian dari rangkaian kegiatan berrsama pada Pameran Deep & Extreme Indonesia 2018, sebuah Pameran Internasional berbasis Wisata Selam dan Petualangan. “Keikutsertaan Aceh pada berbagai event pameran berskala nasional dan internasional sebagai upaya meningkatkan branding positif industri pariwisata Aceh,” ujarnya.
“Diving dan Petualangan Outdoor”, temas yang diangkat. Di samping memperkenalkan Aceh dengan ragam pesona dan keunikan wisata petualangan, juga memperkenalkan berbagai atraksi wisata alam dan budaya Aceh yang berhasil terangkum dalam Calendar of Event (COE) Aceh 2018, seperti Aceh International Marathon, tour de Leuser, Surfing Championship, Rafting Championship, International Freediving, dan lainya.
Sejumlah pelaku industri wisata di daerah juga dilibatkan, di antaranya dari komunitas Keliling Aceh, Benggala Tour, PT. Tarah Melatih Group TnT, Pasir Putih, Halal Travel, Iboih Dive Center, Wisma Cinta Alam Ketambe, Vila Bustanil Arifin, Sadar Wisata, the Pade Dive Resorts dan Garuda Indonesia (Perwakilan Sabang), dll. Sepasang Duta Wisata Aceh juga hadir dengan berpakaian khas Aceh untuk melayani pengunjung.
Selain itu ada beberapa paket wisata yang ikut dipromosi, meliputi Wonderful Burni Telong, Wonderful Pulo Aceh, Wonderful Banyak Island, Paket Khusus Ikan Paus (Pulau Banyak), Wonderful Sabang Underwater, Rafting Adventure (Sungai Alas dan Geumpang), Wonderful Krueng Teunom, Wonderful Leuser Adventure, Surfing Adventure (Simeulue), Birding in Gayo Highland, dan wisata bahari Pulau Banyak. “Semua paket wisata tersebut dikemas khusus oleh pelaku industri wisata kepada wisatawan yang ingin merasakan tantangan dan keunikan alam Aceh, “ tutur Laila.
Tentu, sajain kopi gratis yang diracik khusus oleh Barista, Ade Hudanzikri, menjadi pemantik para pengunjung menyerbu stand pameran wisata Aceh. “Kita berharap orang-orang Aceh di Jakarta ikut meramaikan Stand Aceh di Pameran Deep & Extreme Indonesia 2018. Nikmati suguhan kopi Arabika Aceh dan siapkan rencana wisata Anda di Aceh,” pungkas Nurlaila
Memilih Gili Trawangan-nya Aceh
Saatnya Aceh memilih mana yang dijadikan Gili Trawangan-nya wisata Aceh. Maka harus ada sesuatu yang khas untuk dijual dan berbeda dari daerah lain Tentu, harus dipastikan tidak kehilangan karakter ke-Acehannya. Tidak harus mereduksi keistimewaan Aceh sebagai negeri bertamaddun dan bersyariat Islam. Dan berbagai ragam wisata sepeerti mutiara dalam kotak yang selama tidak diangkat ke permukaan. Manuskirip, dan resort –resort wisata religi dan sejarah, termasuk situs dan Museum Tsunami, pesona alam dan fauna begitu memukau. Pulau Simelue dan Pulau Banyak, antara lain, bisa dijadikan destinasi wisata bahari akan menjadi magnet utama turis mancanegara, terutama dari Eropa dan Asia, berkunjung ke Aceh.
Jika semua itu dapat diwujudkan, maka Aceh akan lebih jaya karena sector wisata akan mampu mengalahkan pemasukan devisa dari industri kelapa sawit. Mungkin bisa menjadi seperti Dubai yang hari ini menjadi kawasan elite kunjungan dunia setelah mampu mengubah wilayah itu yang sebelum 1971 hanyalah kawasan padang pasir tandus tanpa daya tarik. Sejumlah negara bagian (Abu Dhabi, Ajman, Fujairah, Sharjah, Dubai, dan Umm Al Qaiwain) bergabung mendirikan Uni Emirat Arab (UAE). Mereka menyulap kawasan tandus ini dengan investasi besar-besaran sebagai pusat kunjungan wisata dunia paling elite.
Aceh tetap dengan kekuatan karakter budayanya, maka mungkin boleh meniru pariwisata di Eropa, seperti Paris, Amsterdam, London, bahkan Istanbul sebagai bekas pusat imperium Turki Utsmani yang masyhur. Hampir seluruh destinasi wisata utama dunia memiliki identitas dan karakter yang kuat dari masa lalu, yang punya nilai jual tinggi di masa kini maupun di masa depan.
Mengingat sector wisata sebagaiindustri tanpa batas sumberdaya, pemerintah di Aceh harus memberi perhatian, khusunya Pemko Bandar Aceh sebagai bekas pusat peradaban Islam bermula di Asia Tenggara. Bukan mustahil, Aceh akan gemilang dan kembali menjadi pewaris Malaka. Semoga!
Wisata adventure ; dahulu pernah digagas wisata rute yang dilewati para Kombatan disekitar pegunungan bukit barisan dan gunung halimun
Sekarang entah bagaimana nasibnya
jadi sudah minum kopi hari ini, Bang?